Kamis, 19 Maret 2015

Cerbung BHN (Part 9)

Part 9



***
Sherani kemudian menyetop taksi dan mengantar Raj pulang. Di dalam mobil Raj bicara tidak karuan, tentang kekecewaannya pada Sherani, dia terus ngoceh dengan kalimat yang mengatakan Sherani seorang penghianat, tapi gadis itu hanya diam dan tidak menanggapi omongan Raj.
Ayo turun, “Sherani menggotong Raj masuk setelah sampai dirumah, gelap tidak ada siapa-siapa. Sherani baru ingat kalau keluarga Raj di Amrik dan dia sendirian. Sherani mengantarkan Raj sampai ke kamar tidur dan begitu Sherani ingin pergi, cowok itu memegang tangannya…

Sher, jangan pergi… kamu tetap disini ya? Aku benar-benar ngk bisa hidup tanpa kamu…

Raj… kamu bisa hidup tanpa aku, tapi kamu tidak mau mencoba. Aku harus pergi, sudah malam… “Sherani melepaskan tangan Raj dan berlari menuruni anak tangga tapi begitu Sherani sampai di pintu, dia mendengar bunyi pecahan di kamar Raj, dia buru-buru ke atas lagi dan melihat apa yang terjadi. Dia melihat Raj memukul cermin dengan tangannya, dia bisa melihat tangan Raj terluka...
Raj… kamu gila ya?

Ya aku gila, aku memang gila Sherani oberoi…., karena kamu, “Raj setengah berteriak sambil menunjuk wajah Sherani, karena kamu… “ulangnya setengah memelas.

Raj... kamu kenapa sich? Kenapa? Aku sudah jelasin semuanya, kenapa kamu ngk bisa ngerti...

Aku mengerti Sherani tapi kenapa hatiku tidak bisa mengerti? huh… “Raj tampak meneteskan airmata. Aku mencintai kamu Sherani, tapi… kamu lihat, takdir begitu kejam padaku, apa salahku?

Aku pergi… “Sherani berbalik ingin pergi tapi Raj menyambar tangannya dari belakang dan menarik Sherani ke dalam pelukannya.

Lepaskan aku... aku mau pulang.

Tatap aku Sherani, lihat mataku dan katakan kalau kamu tidak mencintaiku... “Raj tampak semakin erat memeluk gadis itu. Sherani terdiam, dia memang tidak bisa dustai hatinya kalau dia mencintai cowok itu.

Ya dia sangat mencintai Raj... entah apa yang membuat Sherani luluh, dia balik memeluk Raj, sangat erat...

Tidak Raj… aku mencintaimu” hanya kata itu yang keluar dari mulut Sherani dan malam itu dia lupa akan Karan dan pernikahannya.

***
Pagi itu terdengar sayup-sayup isak tangis dikamar mandi. Terlihat Sherani sedang duduk di lantai kamar mandi dan membiarkan tubuhnya basah di bawah shower, dia terisak dan berkali-kali meremas rambutnya. Apa yang terjadi semalam benar-benar membuatnya terpukul, dia menatap nanar kedepan…

Aaakkhh… “Sherani semakin histeris dan kali ini dia memukul tubuhnya tapi tiba-tiba pandangannya buram dan dia tak ingat apa-apa lagi.

***
Non... bangun Non? Perlahan Sherani membuka matanya, terlihat pembantu rumahnya mengantarkan makanan.

Non kenapa? Tadi saya lihat non tertidur dikamar mandi lalu saya bawa kesini dan saya gantikan baju karena non kebasahan.

Makasih ya… saya ngk apa-apa cuma tadi pusing ajah.

Ya udah… non dimakan dulu sarapannya. Saya kebelakang dulu…

Tunggu… Kamu ngk usah kasih tahu Karan ya, saya ngk mau dia khawatir, saya baik-baik aja kok… “ujar Sherani.

Iya Non… “ujar pembantunya sambil beranjak pergi.

Sherani kembali nanar, dia meremas rambutnya lagi…

Kenapa semua ini terjadi “gumamnya, tampak ada bulir bening jatuh dari matanya. Dia masih tak habis pikir bagaimana bisa melakukan hal sekeji itu, bagaimana mungkin semua ini terjadi.
Non… “tiba-tiba pembantunya datang lagi.

Ada apa?

Ada orang mencari anda?

Siapa?
 
Dia bilang, namanya Raj… teman suami anda.

Apa... “lama Sherani terdiam sampai akhirnya dia berujar.

Bilang aja tunggu sebentar aku keluar sebentar lagi.

Baik Non…

Sherani melangkahkan kakinya keluar, tatapannya nanar… dia bisa melihat laki-laki itu sedang berdiri di hadapannya.

Sherani menatapnya dengan tatapan kosong…

Ada apa? “tanya Sherani sambil berpangku tangan.

Sherani… “ucapan Raj terhenti, dia benar-benar tidak tahu apa yang harus dia katakan.

Sherani… semua itu…

Pergi... aku tidak ingin mendengar apapun, apapun yang terjadi semalam tidak ada pengaruhnya untukku “Sherani memotong pembicaraan Raj, pergi dari kehidupanku… tinggalkan aku, jangan pernah datang lagi… selamanya.

Tapi Sherani...

Bruk, Sherani menutup pintu dan dia kembali terisak dibalik pintu sementara Raj, dia terus berdiri didepan pintu, dia berharap Sherani akan keluar dan mendengar penjelasannya.

***
Sampai malampun Raj masih berdiri didepan halaman rumah Sherani, hujan sangat deras, cowok itu membiarkan tubuhnya basah kuyup, Sherani hanya melihatnya dari balik jendela. Dia tidak bergeming, dia mati rasa…

Non… dia sudah kehujanan dari tadi, apa ngk sebaiknya kita suruh masuk “pembantu Sherani sepertinya kasihan melihat Raj kehujanan.

Biarkan saja, dia hanya sedang patah hati… kekasihnya meninggal. Kalau hujan bisa memperbaiki semuanya, biarkan dia kebasahan selama yang dia mau “entah kenapa Sherani mengucapkan kata itu, sepertinya dia benar-benar ingin membunuh Sherani dalam dirinya.

***
Seminggu kemudian...

Karan… “Sherani tersenyum senang begitu membuka pintu, Karan telah kembali dari Sydney.
Aku sangat merindukanmu, “Karan memeluk Sherani, gadis itu hanya tersenyum tipis. Bagaimana keadaanmu? Semuanya baik-baik saja kan? Pertanyaan Karan membuat Sherani terdiam… “

Ya... semuanya baik-baik saja. Kamu mandi dulu ya... aku akan siapkan makan malam.

Kenapa Sherani? Kamu terlihat sangat gugup? Karan agak heran melihat sikap Sherani yang tiba-tiba sangat berbeda.

Ngk apa-apa kok Karan… mungkin aku hanya capek aja.

Ya udah, habis makan kamu istirahat aja ya… “ucap Karan sambil melanjutkan makan malamnya.

Ya… “Sherani menatap Karan agak lama, entah apa yang dia pikirkan. Rasa bersalah itu menyeruak lagi.

Jam telah menunjukkan pukul 1 dini hari, Sherani tetap tidak bisa memejamkan matanya. Dia menatap Karan yang tertidur disampingnya. Tiba-tiba butiran bening di matanya menetes... Sherani mendekatkan tangannya ke wajah Karan dia membelainya… tapi Karan tidak bergeming sepertinya dia benar-benar terlelap.

Karan… kamu suamiku, kamu sangat menghormatiku, kamu tidak menyentuhku? Kenapa? Apa semua harus seizinku… tapi kenapa ada orang lain yang merasa lebih berhak darimu? Kenapa? Maafkan aku Karan, semua ini terjadi benar-benar diluar kendaliku “Sherani terisak… dia begitu sangat terluka dengan apa yang terjadi.

***
Karan terbangun mendengar suara Sherani sedang muntah di kamar mandi, dia turun dan melihat apa yang terjadi.

Sherani… ada apa? Kamu baik-baik saja kan?

Ya Karan, ngk tahu tiba-tiba badan aku ngk enak banget… mungkin aku masuk angin aja, bentar lagi juga baikan kok... “ujar Sherani meyakinkan Karan.

Kamu yakin? Kalo ngk aku panggilkan dokter ya…

Ngk usah... aku baik-baik aja, kamu ngk kekantor hari ini?

Ngk... kan ini hari minggu Sher...

Oh iya… aku lupa. Oh ya aku siapkan sarapan, Sherani beranjak keluar sementara Karan tampak masih sangat bingung.

Sherani, aku ingin sarapan bubur…

Ya… aku akan siapkan, kamu tunggu di meja makan ya...

Oke “ujar Karan sambil tersenyum.

Selama sarapan mereka hanya diam, Karan terus memperhatikan istrinya. Dia merasa ada yang aneh dengan Sherani… dia terlihat sangat pucat.

Sherani, kenapa ngk dimakan buburnya? Karan heran karena Sherani tidak menyentuh bubur buatannya sama sekali.

Aku ngk suka... rasanya bikin aku muntah “ujar Sherani datar.

Apa? Karan terlihat mengerutkan keningnya.

Dia tiba-tiba berdiri dan mengambil gagang telpon.

Kamu nelpon siapa?

Dokter… sepertinya kamu kurang sehat.

***
Setelah memeriksa Sherani, dokter segera keluar kamar dan memberikan hasil pemeriksaannya pada Karan.

Dia tidak sakit Karan, tapi... sepertinya kamu akan bahagia mendengarnya.

Tapi kenapa dok? Karan mulai penasaran.

Sherani hamil… selamat kamu akan jadi seorang ayah, “ujar dokter itu sambil tersenyum. Oke Karan… saya pergi dulu.

Ya… “cuma kata itu yang mampu diucapkan Karan dengan berita yang didengarnya.

Sherani hamil? Aku bahkan belum menyentuhnya sama sekali. Karan pergi, dia tidak ingin menemui Sherani… entah arah mana yang akan dia tuju. Hingga larut malam pun Karan tak kembali.

Sherani hanya bisa menangis dirumah, dia tetap menunggu Karan di ruang tamu tanpa tidur sedikitpun. Entah kata apa yang akan dia sampaikan ketika Karan kembali nanti. Dia begitu bingung, ketika fajar telah datang tapi Karan tidak juga muncul…

Karan, kamu dimana? Sherani kembali menangis, wajahnya kusam… matanya bengkak. Dia ingin sekali Karan datang dan mendengar penjelasannya.

Sherani berjalan kearah jendela dan… Karan, dia melihat Karan tidur dikursi taman, dia buru-buru keluar untuk menghampirinya.

Karan... “panggil Sherani yang membuat cowok itu membuka matanya.

Dia hanya menatap Sherani lama.

Kenapa kamu tidur disini? Aku menunggumu sepanjang malam. Karan hanya diam lalu beranjak masuk, Sherani mengikutinya.

Karan… kenapa kamu diam saja, bicaralah…. Katakan sesuatu, jangan diam saja. “Sherani mulai terisak.

Siapa ayahnya? Pertanyaan Karan membuat Sherani tersentak.

Karan…

Siapa? Kali ini Karan membentak Sherani dan menatap gadis itu dengan tajam.

Raj... tapi aku tidak sengaja Karan, maafkan aku... aku mohon, “tiba-tiba Sherani berlutut memohon.
Tidak sengaja? Kamu pikir apa yang terjadi? Kamu tidak sedang menuangkan minuman di bajuku yang dengan sekali cuci nodanya bisa hilang... Kamu itu hamil Sherani... Dan Raj? Karan terbelalak kaget… dia menghela nafas, aku begitu bodoh ya… kenapa aku tidak menyadarinya. Aku selalu berpikir ketakutanmu, kegugupanmu karena menghadapi pernikahan yang baru pertama kali, kegelisahanmu karena menikah dengan orang asing. Tapi… ternyata kamu mencintai orang lain dan orang itu Raj? Sahabatku? Dan sekarang kamu hamil anak dia, apa yang kalian lakukan dibelakangku benar-benar tak termaafkan... Kalian benar-benar keterlaluan.

Maafkan aku Karan…

Kalau aku diposisimu apa kamu mau memaafkanku? Kalau kamu mencintaiku dan aku melakukan hal yang sama, apa kamu memaafkanku? “Karan menatap Sherani tajam.

Sherani terdiam…

Kenapa kamu diam? Kamu tidak memaafkanku kan? Karan tersenyum sinis dan beranjak pergi…

Karan… “panggil Sherani.

Pergi dari sini Sherani, pergilah… lupakan pernikahan kita, kembalilah dengan orang yang kamu cintai. Menikahlah dengannya. Aku akan urus surat perceraian kita. “Karan pergi meninggalkan Sherani yang termangu kaget dengan apa yang baru didengarnya.

Sherani menangis untuk kesekian kali, semuanya berakhir karena kesalahannya. Dia pergi ke kamar dan mengemasi barang-barangnya dan pergi dari rumah Karan. Dia juga tidak tahu akan pergi kemana.

Karan… sebelum pergi, aku ingin mengatakan sesuatu, ya… aku memang mencintai Raj dan aku menerima perjodohan ini hanya karena tak ingin menyakiti papa, terlalu banyak hal yang telah papa lakukan untukku, dia memberiku banyak kasih sayang sampai aku lupa bahwa aku bukan anak kandungnya… tiba-tiba Karan menatap Sherani.

Ada satu kenyataan yang baru dia tahu…

Aku bukan siapa-siapa Karan. Walaupun kita dijodohkan, kamu harus tahu aku tidak pernah berniat menghianatimu, percayalah… semua terjadi diluar kendaliku dan aku sangat berharap suatu hari nanti kamu mau memaafkanku, kamu jaga diri baik-baik ya… aku pergi.

Karan membuang muka...

Sherani berjalan keluar, Karan hanya memandangnya dengan tatapan kosong...

To be continue...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar