***
Sherani kemudian menyetop taksi dan mengantar Raj
pulang. Di dalam mobil Raj bicara tidak karuan, tentang kekecewaannya pada
Sherani, dia terus ngoceh dengan kalimat yang mengatakan Sherani seorang
penghianat, tapi gadis itu hanya diam dan tidak menanggapi omongan Raj.
Ayo turun, “Sherani menggotong Raj masuk setelah
sampai dirumah, gelap tidak ada siapa-siapa. Sherani baru ingat kalau keluarga
Raj di Amrik dan dia sendirian. Sherani mengantarkan Raj sampai ke kamar tidur
dan begitu Sherani ingin pergi, cowok itu memegang tangannya…
Sher, jangan pergi… kamu tetap disini ya? Aku
benar-benar ngk bisa hidup tanpa kamu…
Raj… kamu bisa hidup tanpa aku, tapi kamu tidak mau
mencoba. Aku harus pergi, sudah malam… “Sherani melepaskan tangan Raj dan
berlari menuruni anak tangga tapi begitu Sherani sampai di pintu, dia mendengar
bunyi pecahan di kamar Raj, dia buru-buru ke atas lagi dan melihat apa yang
terjadi. Dia melihat Raj memukul cermin dengan tangannya, dia bisa melihat
tangan Raj terluka...
Raj… kamu gila ya?
Ya aku gila, aku memang gila Sherani oberoi….,
karena kamu, “Raj setengah berteriak sambil menunjuk wajah Sherani, karena kamu…
“ulangnya setengah memelas.
Raj... kamu kenapa sich? Kenapa? Aku sudah jelasin
semuanya, kenapa kamu ngk bisa ngerti...
Aku mengerti Sherani tapi kenapa hatiku tidak bisa
mengerti? huh… “Raj tampak meneteskan airmata. Aku mencintai kamu Sherani,
tapi… kamu lihat, takdir begitu kejam padaku, apa salahku?
Aku pergi… “Sherani berbalik ingin pergi tapi Raj
menyambar tangannya dari belakang dan menarik Sherani ke dalam pelukannya.
Lepaskan aku... aku mau pulang.
Tatap aku Sherani, lihat mataku dan katakan kalau
kamu tidak mencintaiku... “Raj tampak semakin erat memeluk gadis itu. Sherani
terdiam, dia memang tidak bisa dustai hatinya kalau dia mencintai cowok itu.
Ya dia sangat mencintai Raj... entah apa yang
membuat Sherani luluh, dia balik memeluk Raj, sangat erat...
Tidak Raj… aku mencintaimu” hanya kata itu yang
keluar dari mulut Sherani dan malam itu dia lupa akan Karan dan pernikahannya.
***
Pagi itu terdengar sayup-sayup isak tangis dikamar
mandi. Terlihat Sherani sedang duduk di lantai kamar mandi dan membiarkan
tubuhnya basah di bawah shower, dia terisak dan berkali-kali meremas rambutnya.
Apa yang terjadi semalam benar-benar membuatnya terpukul, dia menatap nanar
kedepan…
Aaakkhh… “Sherani semakin histeris dan kali ini dia
memukul tubuhnya tapi tiba-tiba pandangannya buram dan dia tak ingat apa-apa
lagi.
***
Non... bangun Non? Perlahan Sherani membuka matanya,
terlihat pembantu rumahnya mengantarkan makanan.
Non kenapa? Tadi saya lihat non tertidur dikamar
mandi lalu saya bawa kesini dan saya gantikan baju karena non kebasahan.
Makasih ya… saya ngk apa-apa cuma tadi pusing ajah.
Ya udah… non dimakan dulu sarapannya. Saya
kebelakang dulu…
Tunggu… Kamu ngk usah kasih tahu Karan ya, saya ngk
mau dia khawatir, saya baik-baik aja kok… “ujar Sherani.
Iya Non… “ujar pembantunya sambil beranjak pergi.
Sherani kembali nanar, dia meremas rambutnya lagi…
Kenapa semua ini terjadi “gumamnya, tampak ada bulir
bening jatuh dari matanya. Dia masih tak habis pikir bagaimana bisa melakukan
hal sekeji itu, bagaimana mungkin semua ini terjadi.
Non… “tiba-tiba pembantunya datang lagi.
Ada apa?
Ada orang mencari anda?
Siapa?
Dia bilang, namanya Raj… teman suami anda.
Apa... “lama Sherani terdiam sampai akhirnya dia
berujar.
Bilang aja tunggu sebentar aku keluar sebentar lagi.
Baik Non…
Sherani melangkahkan kakinya keluar, tatapannya
nanar… dia bisa melihat laki-laki itu sedang berdiri di hadapannya.
Sherani menatapnya dengan tatapan kosong…
Ada apa? “tanya Sherani sambil berpangku tangan.
Sherani… “ucapan Raj terhenti, dia benar-benar tidak
tahu apa yang harus dia katakan.
Sherani… semua itu…
Pergi... aku tidak ingin mendengar apapun, apapun
yang terjadi semalam tidak ada pengaruhnya untukku “Sherani memotong
pembicaraan Raj, pergi dari kehidupanku… tinggalkan aku, jangan pernah datang
lagi… selamanya.
Tapi Sherani...
Bruk, Sherani menutup pintu dan dia kembali terisak
dibalik pintu sementara Raj, dia terus berdiri didepan pintu, dia berharap
Sherani akan keluar dan mendengar penjelasannya.
***
Sampai malampun Raj masih berdiri didepan halaman
rumah Sherani, hujan sangat deras, cowok itu membiarkan tubuhnya basah kuyup,
Sherani hanya melihatnya dari balik jendela. Dia tidak bergeming, dia mati
rasa…
Non… dia sudah kehujanan dari tadi, apa ngk
sebaiknya kita suruh masuk “pembantu Sherani sepertinya kasihan melihat Raj
kehujanan.
Biarkan saja, dia hanya sedang patah hati…
kekasihnya meninggal. Kalau hujan bisa memperbaiki semuanya, biarkan dia
kebasahan selama yang dia mau “entah kenapa Sherani mengucapkan kata itu,
sepertinya dia benar-benar ingin membunuh Sherani dalam dirinya.
***
Seminggu kemudian...
Karan… “Sherani tersenyum senang begitu membuka
pintu, Karan telah kembali dari Sydney.
Aku sangat merindukanmu, “Karan memeluk Sherani,
gadis itu hanya tersenyum tipis. Bagaimana keadaanmu? Semuanya baik-baik saja
kan? Pertanyaan Karan membuat Sherani terdiam… “
Ya... semuanya baik-baik saja. Kamu mandi dulu ya...
aku akan siapkan makan malam.
Kenapa Sherani? Kamu terlihat sangat gugup? Karan
agak heran melihat sikap Sherani yang tiba-tiba sangat berbeda.
Ngk apa-apa kok Karan… mungkin aku hanya capek aja.
Ya udah, habis makan kamu istirahat aja ya… “ucap
Karan sambil melanjutkan makan malamnya.
Ya… “Sherani menatap Karan agak lama, entah apa yang
dia pikirkan. Rasa bersalah itu menyeruak lagi.
Jam telah menunjukkan pukul 1 dini hari, Sherani
tetap tidak bisa memejamkan matanya. Dia menatap Karan yang tertidur
disampingnya. Tiba-tiba butiran bening di matanya menetes... Sherani
mendekatkan tangannya ke wajah Karan dia membelainya… tapi Karan tidak
bergeming sepertinya dia benar-benar terlelap.
Karan… kamu suamiku, kamu sangat menghormatiku, kamu
tidak menyentuhku? Kenapa? Apa semua harus seizinku… tapi kenapa ada orang lain
yang merasa lebih berhak darimu? Kenapa? Maafkan aku Karan, semua ini terjadi
benar-benar diluar kendaliku “Sherani terisak… dia begitu sangat terluka dengan
apa yang terjadi.
***
Karan terbangun mendengar suara Sherani sedang
muntah di kamar mandi, dia turun dan melihat apa yang terjadi.
Sherani… ada apa? Kamu baik-baik saja kan?
Ya Karan, ngk tahu tiba-tiba badan aku ngk enak
banget… mungkin aku masuk angin aja, bentar lagi juga baikan kok... “ujar
Sherani meyakinkan Karan.
Kamu yakin? Kalo ngk aku panggilkan dokter ya…
Ngk usah... aku baik-baik aja, kamu ngk kekantor
hari ini?
Ngk... kan ini hari minggu Sher...
Oh iya… aku lupa. Oh ya aku siapkan sarapan, Sherani
beranjak keluar sementara Karan tampak masih sangat bingung.
Sherani, aku ingin sarapan bubur…
Ya… aku akan siapkan, kamu tunggu di meja makan
ya...
Oke “ujar Karan sambil tersenyum.
Selama sarapan mereka hanya diam, Karan terus
memperhatikan istrinya. Dia merasa ada yang aneh dengan Sherani… dia terlihat
sangat pucat.
Sherani, kenapa ngk dimakan buburnya? Karan heran
karena Sherani tidak menyentuh bubur buatannya sama sekali.
Aku ngk suka... rasanya bikin aku muntah “ujar
Sherani datar.
Apa? Karan terlihat mengerutkan keningnya.
Dia tiba-tiba berdiri dan mengambil gagang telpon.
Kamu nelpon siapa?
Dokter… sepertinya kamu kurang sehat.
***
Setelah memeriksa Sherani, dokter segera keluar
kamar dan memberikan hasil pemeriksaannya pada Karan.
Dia tidak sakit Karan, tapi... sepertinya kamu akan
bahagia mendengarnya.
Tapi kenapa dok? Karan mulai penasaran.
Sherani hamil… selamat kamu akan jadi seorang ayah,
“ujar dokter itu sambil tersenyum. Oke Karan… saya pergi dulu.
Ya… “cuma kata itu yang mampu diucapkan Karan dengan
berita yang didengarnya.
Sherani hamil? Aku bahkan belum menyentuhnya sama
sekali. Karan pergi, dia tidak ingin menemui Sherani… entah arah mana yang akan
dia tuju. Hingga larut malam pun Karan tak kembali.
Sherani hanya bisa menangis dirumah, dia tetap
menunggu Karan di ruang tamu tanpa tidur sedikitpun. Entah kata apa yang akan
dia sampaikan ketika Karan kembali nanti. Dia begitu bingung, ketika fajar
telah datang tapi Karan tidak juga muncul…
Karan, kamu dimana? Sherani kembali menangis,
wajahnya kusam… matanya bengkak. Dia ingin sekali Karan datang dan mendengar
penjelasannya.
Sherani berjalan kearah jendela dan… Karan, dia
melihat Karan tidur dikursi taman, dia buru-buru keluar untuk menghampirinya.
Karan... “panggil Sherani yang membuat cowok itu
membuka matanya.
Dia hanya menatap Sherani lama.
Kenapa kamu tidur disini? Aku menunggumu sepanjang
malam. Karan hanya diam lalu beranjak masuk, Sherani mengikutinya.
Karan… kenapa kamu diam saja, bicaralah…. Katakan
sesuatu, jangan diam saja. “Sherani mulai terisak.
Siapa ayahnya? Pertanyaan Karan membuat Sherani
tersentak.
Karan…
Siapa? Kali ini Karan membentak Sherani dan menatap
gadis itu dengan tajam.
Raj... tapi aku tidak sengaja Karan, maafkan aku...
aku mohon, “tiba-tiba Sherani berlutut memohon.
Tidak sengaja? Kamu pikir apa yang terjadi? Kamu
tidak sedang menuangkan minuman di bajuku yang dengan sekali cuci nodanya bisa
hilang... Kamu itu hamil Sherani... Dan Raj? Karan terbelalak kaget… dia
menghela nafas, aku begitu bodoh ya… kenapa aku tidak menyadarinya. Aku selalu
berpikir ketakutanmu, kegugupanmu karena menghadapi pernikahan yang baru
pertama kali, kegelisahanmu karena menikah dengan orang asing. Tapi… ternyata
kamu mencintai orang lain dan orang itu Raj? Sahabatku? Dan sekarang kamu hamil
anak dia, apa yang kalian lakukan dibelakangku benar-benar tak termaafkan...
Kalian benar-benar keterlaluan.
Maafkan aku Karan…
Kalau aku diposisimu apa kamu mau memaafkanku? Kalau
kamu mencintaiku dan aku melakukan hal yang sama, apa kamu memaafkanku? “Karan
menatap Sherani tajam.
Sherani terdiam…
Kenapa kamu diam? Kamu tidak memaafkanku kan? Karan
tersenyum sinis dan beranjak pergi…
Karan… “panggil Sherani.
Pergi dari sini Sherani, pergilah… lupakan
pernikahan kita, kembalilah dengan orang yang kamu cintai. Menikahlah
dengannya. Aku akan urus surat perceraian kita. “Karan pergi meninggalkan
Sherani yang termangu kaget dengan apa yang baru didengarnya.
Sherani menangis untuk kesekian kali, semuanya
berakhir karena kesalahannya. Dia pergi ke kamar dan mengemasi barang-barangnya
dan pergi dari rumah Karan. Dia juga tidak tahu akan pergi kemana.
Karan… sebelum pergi, aku ingin mengatakan sesuatu,
ya… aku memang mencintai Raj dan aku menerima perjodohan ini hanya karena tak
ingin menyakiti papa, terlalu banyak hal yang telah papa lakukan untukku, dia
memberiku banyak kasih sayang sampai aku lupa bahwa aku bukan anak kandungnya…
tiba-tiba Karan menatap Sherani.
Ada satu kenyataan yang baru dia tahu…
Aku bukan siapa-siapa Karan. Walaupun kita
dijodohkan, kamu harus tahu aku tidak pernah berniat menghianatimu, percayalah…
semua terjadi diluar kendaliku dan aku sangat berharap suatu hari nanti kamu
mau memaafkanku, kamu jaga diri baik-baik ya… aku pergi.
Karan membuang muka...
Sherani berjalan keluar, Karan hanya memandangnya
dengan tatapan kosong...
To be continue...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar