Jumat, 20 Maret 2015

Cerbung BHN 2 (Part 15)



Part 15

***
Nikhil terbangun, dia tak sadar kalau tertidur dikursi disamping Neha sejak malam, tapi dimana gadis itu? Dia tidak ada ditempat tidur.

Neha… Neha… kamu dimana? Nikhil berjalan ke pintu kamar mandi dan mencoba membuka pintu, terkunci.

Neha… kamu didalam? Kamu baik-baik aja kan? Tidak ada sahutan. 10 menit, 20 menit bahkan hampir satu jam Neha juga tidak menampakkan batang hidungnya. Nikhil mengetuk kamar mandi sekali lagi.

Neha… tolong buka pintunya, kamu baik-baik aja kan? Jawab aku… “Nikhil tampak setengah berteriak. Tanpa pikir panjang lagi Nikhil segera mendobrak pintu itu.
Nikhil menghela nafas, tampak sekali kalau dia baru terlepas dari kekhawatirannya yang teramat sangat. Dilihatnya Neha sedang berendam didalam bath up masih dengan pakaiannya semalam.

Neha… “Nikhil mencoba mendekatinya. Dilihatnya gadis itu masih menangis, tatapannya kosong. Dilihatnya Neha berkali-kali berusaha menahan tangisnya.

Aku tidak bisa membencinya Nikhil. Aditya… aku tahu sikapnya semalam untuk membuatku berhenti mencintainya tapi aku ngk bisa.
“Dia kakakku… Aku dan dia dilahirkan oleh perempuan yang sama, aku tidak boleh mencintainya.”
Aku katakan itu pada diriku berulang kali, aku berusaha meyakinkan diriku untuk itu… aku mengerti tapi hatiku tidak mau mengerti. Aku mencintainya Nikhil… Aku mencintai Aditya. Aku tahu ini gila tapi… “Neha tidak melanjutkan kata-katanya, dia menutup wajahnya berusaha menahan tangis yang sejak tadi ditahannya.

Aku selalu berharap kalau dia orang lain, orang lain yang tidak punya ikatan apapun denganku, aku bisa bebas mencintainya, hidup bersamanya, kalau dia minta... aku akan tinggalkan semuanya, karir dan apapun itu… tapi kenyataannya… dia saudaraku dan sekuat apapun aku tak akan pernah bisa merubah itu.

Seandainya aku orang lain dia pasti mencintaiku kan? Dia pasti mencintaiku kan Nikhil?

Hmmm... “Nikhil hanya mengangguk tanpa berkata apapun, dia serasa ingin menangis melihat Neha seperti ini.

Aku selalu ingin bertanya apa dia baik-baik saja, bagaimana dia menghadapi kenyataan yang aku tahu itu sulit baginya, bagaimana dia menjalani hari-harinya dengan tatapan sinis orang-orang terhadapnya, aku ingin tahu semua itu. Kalau semua itu sulit baginya, aku akan tinggalkan semua itu… aku akan tinggalkan semua keartisanku agar dia baik-baik saja, aku mau menjadi bukan siapa-siapa supaya dia tidak kesulitan. Aku pergi dari rumah agar aku bisa melupakannya Nikhil… tapi kenyataannya saat ini aku merindukannya, aku kangen saat-saat dia mengkhawatirkanku, melarangku ini itu, menemaniku kemanapun. Aku benar-benar merindukannya… “Neha terdiam, bulir bening itu turun dari matanya. Nikhil menatap Neha tanpa berkedip, tanpa disadarinya satu tetes bening pun turun dari matanya. Dia menangis. Entah kenapa dia merasa hatinya ikut terluka, Neha… si angsa yang cantik sekarang tersebur ke dalam lumpur yang membuat sayapnya patah.

***
Sudah seminggu Neha tidak pulang kerumah. Dia benar-benar tidak mau ketemu mama walau sebenarnya dia sangat merindukannya. Baginya masih sulit untuk menerima apa yang sedang terjadi. Dia benci, kehadiran Aditya yang membuat masalah ini terjadi… kehadiran Aditya ataukah perasaannya yang salah? Entahlah.

Bagaimana bisa dia jatuh cinta pada orang yang ternyata adalah saudaranya sendiri? Papa benar… mencintai itu sulit, butuh hati yang siap untuk terluka. Tapi Neha tidak pernah membayangkan kalau luka hatinya akan sedalam ini.

Kamu ngk pulang? Nikhil bertanya ketika dilihatnya Neha masih duduk di kursinya tanpa berniat ingin pulang padahal jam sekolah telah habis sejak setengah jam yang lalu.
Neha hanya diam, terlihat sekali wajahnya begitu gelisah.
Melihat Neha hanya diam Nikhil pun duduk didepannya. Kamu masih marah?

Neha menekurkan wajahnya… aku kangen mama “ujarnya terbata-bata. Selama ini dengan rasa kecewaku yang mendalam aku begitu ingin membencinya tapi Nikhil… aku sangat menyayangi mama. Nikhil terdiam dengan penuturan Neha, dia tahu ini adalah ucapan tulus yang keluar dari hati gadis itu.

Neha, kamu ngk usah pikirin apapun… ngk usah denger ucapan temen-temen. Sekarang kamu pikirin, lusa kita udah ujian kelulusan. Kamu harus buktiin ke semua orang kalau kamu masih yang terbaik, luluslah dengan nilai yang terbaik. Kamu sering bilang kan? Segala yang berbaur nomor 1 itu milikmu dan kamu hanya tinggal membawanya pulang… ya kan?

Neha terdiam, dia menatap Nikhil… tampak jelas guratan ketulusan dimata cowok itu, entah kenapa dia menjadi sosok yang begitu hangat.

Ya… “hanya kata itu yang keluar dari mulut Neha, dia berusaha tersenyum sebisa mungkin walau sebenarnya dia ngk yakin apakah dia masih bisa membuktikan kalau dia yang terbaik.

Nikhil tertegun, mungkin semua orang mengidolakan Neha dengan segala kesempurnaannya selama ini tapi dimata Nikhil Neha yang dihadapannya sekaranglah yang membuatnya kagum. Inilah Neha… dia menatap gadis itu tak berkedip.

Entah Neha menyadarinya atau tidak Nikhil seperti merasa sesuatu yang berbeda dihatinya, entah apa yang jelas dia hanya ingin menjadi tempat bersandar bagi gadis itu. Tempat dia tinggal disaat dunia berpaling darinya saat ini.

***
Perkataan Nikhil masih terngiang ditelinganya, Neha tersenyum dia seakan memiliki semangat baru hari ini. Dia bisa melupakan masalahnya sejenak, percuma… sekeras apapun dia berusaha dia tidak akan bisa merubah apa yang telah terjadi. Yang perlu dia lakukan sekarang hanyalah mencoba untuk memahami walaupun sulit.
Neha menghela nafas panjang… dia menyetir mobilnya kesekolah. Begitu sampai digerbang dia kembali berpapasan dengan Tina. Gadis itu menatap ke arahnya dengan pandangan yang sulit diartikan, Neha berusaha untuk tidak peduli, dia terus berjalan ke kelasnya tanpa memperdulikan mata yang menatapnya sinis sepanjang koridor sekolah.

Neha udah biasa dengan pandangan temen sekolah padanya, yang dia fokus sekarang adalah ujian untuk kelulusan, bukan yang lain.

To be continue...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar