Part 15
***
Nikhil terbangun, dia tak sadar kalau tertidur dikursi
disamping Neha sejak malam, tapi dimana gadis itu? Dia tidak ada ditempat
tidur.
Neha… Neha… kamu dimana? Nikhil berjalan ke pintu kamar
mandi dan mencoba membuka pintu, terkunci.
Neha… kamu didalam? Kamu baik-baik aja kan? Tidak ada
sahutan. 10 menit, 20 menit bahkan hampir satu jam Neha juga tidak menampakkan
batang hidungnya. Nikhil mengetuk kamar mandi sekali lagi.
Neha… tolong buka pintunya, kamu baik-baik aja kan? Jawab
aku… “Nikhil tampak setengah berteriak. Tanpa pikir panjang lagi Nikhil segera
mendobrak pintu itu.
Nikhil menghela nafas, tampak sekali kalau dia baru terlepas
dari kekhawatirannya yang teramat sangat. Dilihatnya Neha sedang berendam
didalam bath up masih dengan pakaiannya semalam.
Neha… “Nikhil mencoba mendekatinya. Dilihatnya gadis itu
masih menangis, tatapannya kosong. Dilihatnya Neha berkali-kali berusaha
menahan tangisnya.
Aku tidak bisa membencinya Nikhil. Aditya… aku tahu sikapnya
semalam untuk membuatku berhenti mencintainya tapi aku ngk bisa.
“Dia kakakku… Aku dan dia dilahirkan oleh perempuan yang
sama, aku tidak boleh mencintainya.”
Aku katakan itu pada diriku berulang kali, aku berusaha
meyakinkan diriku untuk itu… aku mengerti tapi hatiku tidak mau mengerti. Aku
mencintainya Nikhil… Aku mencintai Aditya. Aku tahu ini gila tapi… “Neha tidak
melanjutkan kata-katanya, dia menutup wajahnya berusaha menahan tangis yang
sejak tadi ditahannya.
Aku selalu berharap kalau dia orang lain, orang lain yang
tidak punya ikatan apapun denganku, aku bisa bebas mencintainya, hidup
bersamanya, kalau dia minta... aku akan tinggalkan semuanya, karir dan apapun
itu… tapi kenyataannya… dia saudaraku dan sekuat apapun aku tak akan pernah
bisa merubah itu.
Seandainya aku orang lain dia pasti mencintaiku kan? Dia
pasti mencintaiku kan Nikhil?
Hmmm... “Nikhil hanya mengangguk tanpa berkata apapun, dia
serasa ingin menangis melihat Neha seperti ini.
Aku selalu ingin bertanya apa dia baik-baik saja, bagaimana
dia menghadapi kenyataan yang aku tahu itu sulit baginya, bagaimana dia
menjalani hari-harinya dengan tatapan sinis orang-orang terhadapnya, aku ingin
tahu semua itu. Kalau semua itu sulit baginya, aku akan tinggalkan semua itu…
aku akan tinggalkan semua keartisanku agar dia baik-baik saja, aku mau menjadi
bukan siapa-siapa supaya dia tidak kesulitan. Aku pergi dari rumah agar aku
bisa melupakannya Nikhil… tapi kenyataannya saat ini aku merindukannya, aku
kangen saat-saat dia mengkhawatirkanku, melarangku ini itu, menemaniku kemanapun.
Aku benar-benar merindukannya… “Neha terdiam, bulir bening itu turun dari
matanya. Nikhil menatap Neha tanpa berkedip, tanpa disadarinya satu tetes
bening pun turun dari matanya. Dia menangis. Entah kenapa dia merasa hatinya
ikut terluka, Neha… si angsa yang cantik sekarang tersebur ke dalam lumpur yang
membuat sayapnya patah.
***
Sudah seminggu Neha tidak pulang kerumah. Dia benar-benar
tidak mau ketemu mama walau sebenarnya dia sangat merindukannya. Baginya masih
sulit untuk menerima apa yang sedang terjadi. Dia benci, kehadiran Aditya yang
membuat masalah ini terjadi… kehadiran Aditya ataukah perasaannya yang salah?
Entahlah.
Bagaimana bisa dia jatuh cinta pada orang yang ternyata
adalah saudaranya sendiri? Papa benar… mencintai itu sulit, butuh hati yang
siap untuk terluka. Tapi Neha tidak pernah membayangkan kalau luka hatinya akan
sedalam ini.
Kamu ngk pulang? Nikhil bertanya ketika dilihatnya Neha
masih duduk di kursinya tanpa berniat ingin pulang padahal jam sekolah telah
habis sejak setengah jam yang lalu.
Neha hanya diam, terlihat sekali wajahnya begitu gelisah.
Melihat Neha hanya diam Nikhil pun duduk didepannya. Kamu
masih marah?
Neha menekurkan wajahnya… aku kangen mama “ujarnya
terbata-bata. Selama ini dengan rasa kecewaku yang mendalam aku begitu ingin
membencinya tapi Nikhil… aku sangat menyayangi mama. Nikhil terdiam dengan
penuturan Neha, dia tahu ini adalah ucapan tulus yang keluar dari hati gadis
itu.
Neha, kamu ngk usah pikirin apapun… ngk usah denger ucapan
temen-temen. Sekarang kamu pikirin, lusa kita udah ujian kelulusan. Kamu harus
buktiin ke semua orang kalau kamu masih yang terbaik, luluslah dengan nilai
yang terbaik. Kamu sering bilang kan? Segala yang berbaur nomor 1 itu milikmu
dan kamu hanya tinggal membawanya pulang… ya kan?
Neha terdiam, dia menatap Nikhil… tampak jelas guratan
ketulusan dimata cowok itu, entah kenapa dia menjadi sosok yang begitu hangat.
Ya… “hanya kata itu yang keluar dari mulut Neha, dia
berusaha tersenyum sebisa mungkin walau sebenarnya dia ngk yakin apakah dia
masih bisa membuktikan kalau dia yang terbaik.
Nikhil tertegun, mungkin semua orang mengidolakan Neha
dengan segala kesempurnaannya selama ini tapi dimata Nikhil Neha yang
dihadapannya sekaranglah yang membuatnya kagum. Inilah Neha… dia menatap gadis
itu tak berkedip.
Entah Neha menyadarinya atau tidak Nikhil seperti merasa
sesuatu yang berbeda dihatinya, entah apa yang jelas dia hanya ingin menjadi
tempat bersandar bagi gadis itu. Tempat dia tinggal disaat dunia berpaling
darinya saat ini.
***
Perkataan Nikhil masih terngiang ditelinganya, Neha
tersenyum dia seakan memiliki semangat baru hari ini. Dia bisa melupakan
masalahnya sejenak, percuma… sekeras apapun dia berusaha dia tidak akan bisa
merubah apa yang telah terjadi. Yang perlu dia lakukan sekarang hanyalah
mencoba untuk memahami walaupun sulit.
Neha menghela nafas panjang… dia menyetir mobilnya
kesekolah. Begitu sampai digerbang dia kembali berpapasan dengan Tina. Gadis
itu menatap ke arahnya dengan pandangan yang sulit diartikan, Neha berusaha
untuk tidak peduli, dia terus berjalan ke kelasnya tanpa memperdulikan mata
yang menatapnya sinis sepanjang koridor sekolah.
Neha udah biasa dengan pandangan temen sekolah padanya, yang
dia fokus sekarang adalah ujian untuk kelulusan, bukan yang lain.
To be continue...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar