Part 14
***
Malam semakin larut, Neha sama sekali tidak bisa memejamkan
matanya. Dia menatap foto mamanya dengan sendu, dia begitu merindukan perempuan
itu. Penjelasan tante Priya benar-benar membawanya pada perasaan tak menentu,
dia tetap tidak mengerti atau lebih tepatnya sulit untuk memahami dengan apa
yang sebenarnya terjadi tapi satu hal yang di tahu… mama tidak seperti yang dia
pikirkan, mama tetap perempuan yang dia cintai siapapun dan bagaimanapun dia.
Mama… aku kangen “bisiknya pada foto itu, tampak butiran
bening itu berkali-kali turun dari matanya. Dia berusaha untuk memejamkan mata,
berharap bisa bertemu mama di dalam mimpi, karena rasanya begitu berat untuk
menemuinya dalam nyata.
Meera terbangun ditengah malam, dilihatnya Neha terlelap
sambil memeluk sebuah pigura. Meera tersenyum setelah melihat foto siapa yang
dipeluk sahabatnya itu… ya itu foto mamanya, Meera tahu Neha sangat kecewa
dengan apa yang baru diketahuinya tapi perasaan tetaplah utuh, dia masih
mencintai wanita itu bahkan dalam perasaan kecewa sekalipun. Meera menangis,
sulit memang mempunyai perasaan benci dan sayang pada orang yang sama.
***
Keesokan harinya.
Hari sudah mulai gelap, sepulang sekolah sejak siang Neha
masih enggan untuk pulang ke apartemennya, dia menghentikan mobilnya menatap
pemandangan didepan matanya dengan perasaan tak menentu, ya itu Aditya bersama
Sheena, seseorang yang pernah dia bilang hanya seorang teman tapi entah mengapa
Neha ngk yakin dengan itu. Mereka memasuki sebuah cafe, apakah Aditya tidak peduli
padanya? Pernahkah dia merindukannnya?
Airmata Neha jatuh lagi, rasanya hujan diluar sana tidak
cukup mendinginkan hatinya yang terasa sangat gersang.
Entah naluri apa yang membuat Neha keluar dari mobilnya dan
menghampiri Aditya, cowok itu sangat kaget dengan kedatangan Neha yang
tiba-tiba dalam keadaan basah kuyup, Aditya segera keluar sambil membawa
payung.
Neha? Aditya tampak senang dan segera menghampirinya... Kamu
ngapain disini? Kan hujan? Kita pulang yuk… Mama sering nanyain kamu. Neha
hanya diam sambil menatap Aditya nanar, air yang turun diwajahnya tampak jelas
kalau itu adalah airmata bukan hujan.
Neha… ada apa? Aditya tampak heran dengan pandangan Neha
terhadapnya.
“aku mencintaimu Aditya” itu pengakuan pertama yang aku
ucapkan sepenuh hati dan “Neha… aku sayang dan aku ngk ingin sesuatu yang buruk
terjadi padamu” entah kenapa kalimat itu menjadi sebuah pengakuan yang
mendebarkan hati untuk pertama kalinya karena kamu… Aditya. Tadinya aku
berpikir aku adalah gadis yang paling sempurna tapi tiba-tiba aku merasa iri
dengan gadis yang sedang bersamamu. Aku iri padanya, bisa berada didekatmu
tanpa ada batas apapun. “Neha berusaha menahan isaknya. Berkali-kali airmatanya
jatuh yang membaur dengan derasnya hujan.
Kenapa harus kamu? Aku sendiri tak menemukan jawaban, dari
sekian banyak laki-laki kenapa harus kamu.
Aditya menatap Neha, dia tidak tahu kata apa yang harus
diucapkannya saat ini.
Tiba-tiba dia menggenggam tangan Sheena… aku… mencintai
Sheena “ucapnya yang membuat Neha kaget bukan main, Sheena pun tak kalah heran,
dia menatap Aditya dengan pandangan tak mengerti.
Pulanglah… sudah malam “Aditya berlalu dari hadapan Neha,
gadis itu masih mematung, airmatanya jatuh berkali-kali. Dia tidak mengerti
kenapa Aditya bersikap seperti itu padanya. Ditatapnya Aditya sudah berlalu
pergi. Dia sendirian, masih betah dibawah hujan tanpa berniat untuk pergi, Neha
terduduk dijalan yang basah… dia menangis sesugukan. Tiba-tiba sebuah payung
berdiri tepat diatasnya… ya Nikhil menghampiri setelah sekian lama hanya
menatap gadis itu dari jauh. Entah kenapa rasanya begitu sakit melihat Neha
seperti ini. Neha pun menatap Nikhil, dia seperti ingin bertanya bagaimana
Nikhil bisa berada disini tapi tak terkatakan.
***
Aditya menangis terisak setelah cukup jauh.
Aditya… kamu baik-baik aja kan? Sheena bertanya karena dia
melihat Aditya hanya diam sejak tadi.
Aku merasa sakit hati dengan pandangan orang-orang
terhadapku, dikampus… tapi ternyata hatiku jauh lebih sakit melihat Neha
seperti ini. Kenapa harus aku? Kenapa dia harus punya perasaan seperti itu
terhadapku? Dari sekian banyak laki-laki diluar sana kenapa dia memilih aku?
Ini bukan salah kamu Aditya.
Ini salahku, ini salahku Sheena… seandainya sejak awal dia
tahu siapa aku, dia tidak akan pernah punya perasaan seperti ini. Aku berharap
dengan aku menyakitinya dia akan membenciku dan menghapus perasaannya
terhadapku.
***
Nikhil mengantar Neha ke apartemennya dalam keadaan basah
kuyup, setelah berganti pakaian gadis itu tertidur. Nikhil merasa masih enggan
untuk pergi, dia menatap gadis itu tak mengerti. Kenapa Neha seperti ini? Dia
terlihat begitu menyedihkan, inikah gadis yang dikenalnya beberapa waktu yang
lalu? Gadis dengan segala keangkuhannya tiba-tiba menjadi seperti keong yang
bersembunyi dicangkangnya yang retak. Hatinya patah, bagaimana bisa dia
mencintai seseorang yang jelas-jelas tak akan pernah dia miliki dan bahkan dia
sengaja disakiti didepan matanya. Orang yang dia cintai, mencintai orang lain
dan itu didengarnya langsung… kalau seandainya hati Neha sebuah kaca, pasti
sekarang dia telah pecah berkeping-keping.
Nikhil memandang Neha yang sedang terpejam, dia tak habis
pikir. Neha Oberoi… siapa yang tidak menyukainya, Neha bisa tinggal pilih siapa
orang yang ingin dia jadikan kekasih dan tidak akan ada yang menolaknya tapi
lihat… dia tidak pernah lakukan itu dan bahkan dia seperti mengemis cinta pada
seseorang yang tidak pernah punya perasaan yang sama terhadapnya. Satu lagi hal
yang menambah kesempurnaan Neha dimatanya, Neha tidak pernah mematahkan hati
siapapun dengan kelebihannya, dia mungkin angkuh dan terkesan arogan tapi dia
tidak pernah memanfaatkan orang lain dengan kelebihan yang dia miliki. Dia
tulus, dia hanya ingin bersama orang yang dia cintai bukan memanfaatkan
orang-orang yang mencintainya. Nikhil tersenyum… dia harus akui satu hal lagi,
hati Neha benar-benar secantik wajahnya.
To be continue...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar