Kamis, 19 Maret 2015

Cerbung BHN (Part 11)

Part 11




***
Hari berganti hari, bulanpun berlalu… Sherani terus menjalani hari-harinya dengan baik dan tentunya ada Karan yang selalu disampingnya, ya suaminya... Dia merasa Karan bukan suami tapi seorang dewa yang turun dari langit untuk menjaganya.

Dia melakukan banyak hal… menemaninya saat malam, mencarikan semua yang dia inginkan... dan malam ini seperti biasa Sherani selalu saja tidak bisa tidur…

Aw... “Sherani meringis memegangi perutnya.

Ada apa Sher... “Karan yang sedang sibuk dengan komputernya kaget.

Perut aku... sepertinya dia nendang aku dech...

Apa... “Karan tersenyum sambil mendekat, dia duduk disebelah Sherani…

Ya... dia nendang perut aku... Karan lalu mendekatkan telinganya ke perut Sherani, mencoba mencari tahu apa yang terjadi…

Sherani kaget, dia mencoba untuk memegang kepala Karan tapi entah kenapa dia mengurungkan niatnya... Karan mengangkat kepalanya dan dengan bodohnya dia berkata... dia sedang bilang, Mama… aku mencintaimu...

Sherani tertawa ringan...

Lihat Sher... anak kamu kayaknya berbakat jadi pemain bola dech… “ucap Karan antusias, Sherani hanya diam sambil menatap Karan…

Ada apa Sher? Karan tersadar kalau Sherani menatapnya.

Ngk apa-apa... aku tidur dulu ya “Sherani kemudian merebahkan tubuhnya dan berusaha memejamkan mata, dia meraba dadanya… kenapa ada gemuruh yang begitu kuat.
Hingga pukul 01.00 dini hari Sherani belum juga tertidur, dia melihat Karan tertidur pulas disampingnya... Sherani membalikkan badan mencoba menatap wajah cowok itu lebih lama... dia tersenyum, perlahan Sherani mendekatkan tangannya seperti ingin menyentuh wajah Karan tapi sekali lagi dia mengurungkan niatnya... dia hanya menatap cowok itu hingga terlelap… batinnya berbisik...

"Karan… Sampai detik ini tak juga aku bisa memahamimu.
Tak juga tahu apa arti dibalik senyumanmu, aku tidak pernah bisa membedakan kapan saatnya kau bersedih dan kapan saatnya kau bahagia.
Saat aku menyakitimu, engkau juga tersenyum padahal saat itu aku tahu, ada luka dihatimu yang semakin menganga. Sampai sekarang aku masih belum tahu, cinta apa yang sedang kau tunjukkan padaku? Apakah cinta seperti itu? Bersikap bodoh dengan tetap menerima sesuatu yang kita tahu itu menyakitkan? Menipu diri sendiri dengan mengatakan semua baik-baik saja? Satu hal yang aku pinta dengan segala kerendahan hati... Dan kalau kamu meminta aku mau bersimpuh dikakimu, dengan satu permintaan... Tolong maafkan aku"

***
Siang ini Karan mengajak Sherani ke sebuah pantai, hanya untuk menyegarkan pikiran karena seharian di kantor. Sherani seperti tampak sangat menikmati senja itu, dia menatap mentari dengan wajah sendu, ada kenangan yang kembali tergelar dihadapannya.

Ya… saat Raj ingin mengajaknya menikah sambil menyematkan cincin di jari manisnya. Entah apa yang dia rasa… sangat sulit rasanya untuk menggambarkan perasaannya saat ini.

Karan yang sejak tadi hanya melihatnya dari mobil berjalan mendekati Sherani...

Kamu begitu menyukai senja?

Ya… aku sangat menyukainya, panasnya tidak begitu menyengat… jingganya cantik. Kamu tahu Karan… banyak orang mengatakan dia menyukai hujan tapi dia memakai payung untuk berjalan dibawahnya dan banyak juga orang bilang dia menyukai mentari tapi dia berteduh dari sinarnya.. tapi aku, aku menyukai senja dan aku berani berdiri dibawahnya, aku berani menatapnya.
Karan tersenyum… dan aku menyukaimu Sherani dan aku juga berani menerimamu apa adanya”ucap Karan yang membuat Sherani terdiam.

Senja itu kesetiaan Sherani… lihat matahari sedang berpamitan pada siang, dia berkata… “tunggu aku, aku pasti kembali... dan lihat matahari tidak pernah memungkiri janjinya, dia selalu datang dengan hari yang baru.

Iya kan? Sherani terdiam, dia menatap Karan lama… ada senyum di wajahnya.

Ya… kamu benar.

Sherani kembali menatap mentari yang semakin hilang... wajahnya kembali sendu.
Tiba-tiba Karan mendekatinya dan meletakkan tangannya di depan wajah Sherani...
Kamu lagi ngapain Karan? Tanya Sherani heran.

Kamu tahu Sher, aku heran kenapa ya mendung begitu menyukai wajahmu… sini aku lagi memindahkan awan, dan selesai… sekarang tersenyumlah.

Sherani tidak bisa menahan dirinya untuk tidak tersenyum, dia menatap Karan dengan mata berbinar. 

Kenapa cowok ini begitu menenangkan... “batinnya.

Ayo Sher... kita pulang, udah mulai gelap…

Ya… “Sherani berjalan menuju mobil, dia masih terlihat mengulum senyum, entah apa yang dia rasakan dengan perkataan Karan tadi.

***
Sherani sedang membereskan meja makan pagi itu, bel di depan berbunyi berkali-kali… bentar sahutnya dari dalam. Sherani pun buru-buru keluar untuk melihat siapa yang datang…

Begitu pintu dibuka Sherani kaget bukan kepalang… dia hanya menghela nafas yang sepertinya sangat berat.
 
Raj. Kamu? Raj terdiam menatap keadaan Sherani, Sherani hamil?

Sherani… kamu? Raj tidak bisa menyembunyikan kekagetannya melihat keadaan Sherani… gadis yang dicintainya itu sedang hamil?

Ada apa? Sherani bertanya dengan nada dingin. Suamiku tidak dirumah, dia baru saja ke kantor… maaf aku tidak bisa mengizinkanmu masuk.

Kenapa Sherani, apa-apaan semua ini?

Kenapa? Apa ada yang salah?

Kamu hamil? Kamu benar-benar melupakanku Sherani?

Aku sudah mengatakannya sejak lama, lupakan aku… dan keadaan aku sekarang rasanya cukup membuktikan kalau aku sudah melupakanmu… tolong pergi dari sini Raj, aku tidak ingin suamiku melihatmu disini. “Sherani menutup pintu.

Raj masih berdiri di depan pintu, dia masih ingin mengatakan sesuatu tapi… dia tak habis pikir, secepat itukah Sherani melupakannya. Raj tampak sangat terpukul dengan apa yang terjadi, dia tidak tahu kalau anak yang dikandung Sherani itu tak lain adalah anaknya sendiri.

***
Jam 5 sore Karan pulang, dia sangat kaget melihat Raj tengah berdiri di halaman rumahnya.
Raj... “Karan mencoba bersikap biasa.

Karan… aku datang kesini tapi Sherani tidak mau menemuiku, kenapa ya? Karan sangat muak melihat sikap Raj.

Kamu pikir aku tidak tahu apa yang terjadi Raj? Jangan berpura-pura lugu dihadapanku… “batinnya.
Ayo masuk yuk… “ujar Karan.

Sherani… “panggil Karan sesampai didalam, Sherani yang sedang berada di kamar segera berlari keluar dan… dia begitu kaget melihat siapa yang sedang duduk diruang tamu. Dia menatap Karan seakan meminta penjelasan kenapa suaminya menyuruh Raj masuk.

Karan hanya menatap Sherani agak lama, entah apa arti dari tatapannya itu… akhirnya Karan pergi ke kamar, Sherani mengikutinya…

Dia kembali Sherani, pikirkanlah… kamu kembali atau bertahan disini. Apapun itu aku akan kabulkan… kalau kamu ingin kembali aku akan siapkan surat perceraian kita secepatnya. “Karan pergi keluar tanpa melihat Sherani.

Karan… “panggil Sherani tapi cowok itu seakan tak mendengar penggilannya. Sherani berjalan keluar, dia melihat Karan sedang ngobrol dengan Raj… entah apa yang sedang mereka bicarakan tapi tampak sekali Karan terlihat sangat santai seperti tidak terjadi apa-apa. Tak lama merekapun pergi entah kemana tapi Sherani hanya diam tanpa ingin tahu.

***
Dia Sherani Karan… kamu sering bertanya kan siapa gadis yang aku cintai, siapa gadis yang sering ada di mimpi-mimpiku… ya, dia Sherani, istrimu. Aku mencintainya jauh sebelum kamu datang dan kedatanganku kesini, aku ingin membawa dia kembali “entah kenapa Raj tiba-tiba membahas tentang Sherani ketika dia ngobrol dengan Karan, entah apa yang dia pikirkan… Karan hanya menatap Raj dengan tatapan yang tajam.

Aku tahu kamu kaget Karan, aku pergi karena Sherani yang memintaku… tapi kamu tahu seharipun aku tidak pernah tidak memikirkannya. Sekian banyak gadis di dunia ini kenapa kamu memilih Sherani? Kenapa Karan? Aku mencintainya Karan… aku ingin dia kembali.

Bruk… “tiba-tiba Karan memukul wajah Raj, cowok itu terduduk di tanah, darah segar mengalir disudut bibirnya.

Kembali? Bruk… sekali lagi Karan melayangkan pukulannya ke wajah Raj. Raj menyeka darah di bibirnya...

Apa-apaan sich Karan? Raj berdiri, tampak sekali dia sangat marah dengan apa yang dilakukan Karan padanya.

Apa-apaan? Aku yang seharusnya bertanya apa-apaan semua ini? Memangnya kamu siapa bisa-bisanya membawa Sherani? Ya… dia mencintaimu, tapi kamu tidak mencintainya Raj... kamu tidak mencintainya… “Raj terperangah tidak mengerti dengan ucapan Karan. Kalau kamu mencintainya kamu tidak akan melakukan semua ini padanya. Tapi apa? Brensek…

Kamu bicara apa Karan? Apa maksudmu?

Maksudku… ha, “Karan tertawa mengejek. Maksudku… kamu tahu anak yang dikandung Sherani, itu anakmu… anak kamu Raj ”Karan berteriak dengan kesal.

Apa? Raj terperangah.

Berani-beraninya kamu menyentuh istriku… laki-laki brensek.

Setiap waktu aku selalu menahan hatiku untuk tidak marah, aku bisa saja membunuh anakmu tapi… untuk apa? Aku tidak egois sepertimu. Aku mencintai Sherani, aku sangat menghormatinya… aku sudah menikahinya dan kamu tahu bahkan sampai saat ini aku belum menyentuhnya. Aku menikahinya karena aku mencintainya, bukan hanya sekedar memiliki tapi aku bertanggungjawab atas dirinya, dan kamu lihat dia bersamaku sekarang itu bukti kalau aku sangat mencintainya. Aku akan mencintainya bagaimanapun dia... Kamu tahu? Karan berteriak sambil mencengkram baju Raj, nafasnya memburu, tampak sekali dia sedang berusaha meredam kemarahan yang sejak lama bersarang di dadanya. Aku tidak pernah memaksa Sherani untuk mencintaiku, aku akan mengizinkan dia pergi kalau dia yang minta. Bukan kamu… “Karan lalu beranjak pergi meninggalkan Raj yang masih terperangah dengan apa yang baru didengarnya.

**
“Dia datang untuk membawamu kembali Sherani, aku sudah beritahu semuanya… sekarang pikirkan. Kalau kamu mencintainya aku akan menceraikanmu, aku bukan orang egois, aku tak perlu memaksamu untuk mencintaiku”

Kata-kata Karan masih terngiang di telinga Sherani… dia tak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang. Dia kembali menatap senja sore ini dan tiba-tiba…

Sherani... “seseorang memanggilnya.

Kamu… “Sherani sedikit kaget melihat kedatangan Raj.

Aku tahu kamu disini Sher, kamu masih menyukai senja… Sherani aku, aku minta maaf… aku tidak kalau aku... Karan sudah memberitahuku semuanya, kita bisa memulai semuanya dari awal. Aku datang untuk membawamu kembali... Ayo "Raj memegang tangan Sherani tapi tiba-tiba Sherani menepisnya dan melepaskan genggaman Raj.

Ada apa Sher "Raj terlihat bingung.

Aku tidak akan kembali Raj, aku tidak akan kemana-mana, aku akan tetap disini... Bersama Karan.
Sherani... "Raj tampak terperangah, matanya tampak berkaca-kaca.

Hari ini aku menyadari satu hal… aku tahu siapa orang yang benar-benar mencintaiku… Maaf Raj, aku tidak bisa meninggalkan dia.

Aku mencintaimu Sherani... “Raj tampak memelas.

Tidak, kamu tidak mencintaiku Raj, kamu hanya ingin memilikiku... dan rasanya saat ini hatiku ragu untuk bilang aku masih mencintaimu.

Kya? Raj heran dengan perkataan Sherani.

Lihat Raj… senja itu begitu indah, dia pernah jadi saksi cinta kita… dan Karan juga pernah bilang kalau senja itu kesetiaan, sejauh apapun dia pergi… mentari selalu kembali dengan pagi yang baru. Dia selalu kembali... tapi aku bukan senja Raj, aku tidak akan kembali… aku tidak akan kembali… dengan alasan apapun “pernyataan Sherani seperti petir di siang bolong bagi Raj, dia sangat kaget dengan apa yang baru didengarnya.

Sherani… apa yang sedang kamu katakan?

Ini keputusan terakhirku Raj, aku sudah memikirkannya berkali-kali… aku tidak akan kembali. Sepertinya memang kita tidak berjodoh... aku tidak bisa bercerai dengan Karan.
Kenapa Sherani? Apa kamu mencintai Karan…

Entahlah… Cinta? Aku benar-benar ngk tahu bagaimana perasaanku tapi yang kutahu aku bahagia bersamanya. Dia yang menemaniku saat aku benar-benar sendiri, dia juga membantuku berdiri disaat aku terjatuh. Lupakan aku… itu akan lebih mudah untukku. Dan Karan pasti sudah memberitahumu kan tentang anak ini… ya, ini anakmu. Tapi aku tidak pernah menganggap ini cinta, bagiku ini kesalahan. Tapi kalau kamu menginginkannya aku kan berikan… tapi kalau tidak aku bisa menjaganya sendiri, aku pergi ”Sherani melangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu…
Kamu tidak serius dengan ucapanmu Sherani, kamu hanya sedang marah… aku tahu kamu pasti kembali, aku akan tunggu Sher, aku akan menunggumu.

Langkah Sherani terhenti…

Aku tidak akan kembali Raj meskipun kamu menunggu seumur hidupmu.

Kamu akan kembali Sherani… aku yakin itu… “Raj terus berteriak.
Sherani terus melangkah pergi dia sama sekali tidak peduli dengan celotehan Raj.

To be continue...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar