***
Hari berganti hari, bulanpun berlalu… Sherani terus
menjalani hari-harinya dengan baik dan tentunya ada Karan yang selalu
disampingnya, ya suaminya... Dia merasa Karan bukan suami tapi seorang dewa
yang turun dari langit untuk menjaganya.
Dia melakukan banyak hal… menemaninya saat malam,
mencarikan semua yang dia inginkan... dan malam ini seperti biasa Sherani selalu
saja tidak bisa tidur…
Aw... “Sherani meringis memegangi perutnya.
Ada apa Sher... “Karan yang sedang sibuk dengan
komputernya kaget.
Perut aku... sepertinya dia nendang aku dech...
Apa... “Karan tersenyum sambil mendekat, dia duduk
disebelah Sherani…
Ya... dia nendang perut aku... Karan lalu
mendekatkan telinganya ke perut Sherani, mencoba mencari tahu apa yang terjadi…
Sherani kaget, dia mencoba untuk memegang kepala
Karan tapi entah kenapa dia mengurungkan niatnya... Karan mengangkat kepalanya
dan dengan bodohnya dia berkata... dia sedang bilang, Mama… aku mencintaimu...
Sherani tertawa ringan...
Lihat Sher... anak kamu kayaknya berbakat jadi
pemain bola dech… “ucap Karan antusias, Sherani hanya diam sambil menatap
Karan…
Ada apa Sher? Karan tersadar kalau Sherani
menatapnya.
Ngk apa-apa... aku tidur dulu ya “Sherani kemudian
merebahkan tubuhnya dan berusaha memejamkan mata, dia meraba dadanya… kenapa
ada gemuruh yang begitu kuat.
Hingga pukul 01.00 dini hari Sherani belum juga
tertidur, dia melihat Karan tertidur pulas disampingnya... Sherani membalikkan
badan mencoba menatap wajah cowok itu lebih lama... dia tersenyum, perlahan
Sherani mendekatkan tangannya seperti ingin menyentuh wajah Karan tapi sekali
lagi dia mengurungkan niatnya... dia hanya menatap cowok itu hingga terlelap…
batinnya berbisik...
"Karan… Sampai detik ini tak juga aku bisa
memahamimu.
Tak juga tahu apa arti dibalik senyumanmu, aku tidak
pernah bisa membedakan kapan saatnya kau bersedih dan kapan saatnya kau
bahagia.
Saat aku menyakitimu, engkau juga tersenyum padahal
saat itu aku tahu, ada luka dihatimu yang semakin menganga. Sampai sekarang aku
masih belum tahu, cinta apa yang sedang kau tunjukkan padaku? Apakah cinta
seperti itu? Bersikap bodoh dengan tetap menerima sesuatu yang kita tahu itu
menyakitkan? Menipu diri sendiri dengan mengatakan semua baik-baik saja? Satu
hal yang aku pinta dengan segala kerendahan hati... Dan kalau kamu meminta aku
mau bersimpuh dikakimu, dengan satu permintaan... Tolong maafkan aku"
***
Siang ini Karan mengajak Sherani ke sebuah pantai,
hanya untuk menyegarkan pikiran karena seharian di kantor. Sherani seperti
tampak sangat menikmati senja itu, dia menatap mentari dengan wajah sendu, ada
kenangan yang kembali tergelar dihadapannya.
Ya… saat Raj ingin mengajaknya menikah sambil
menyematkan cincin di jari manisnya. Entah apa yang dia rasa… sangat sulit
rasanya untuk menggambarkan perasaannya saat ini.
Karan yang sejak tadi hanya melihatnya dari mobil
berjalan mendekati Sherani...
Kamu begitu menyukai senja?
Ya… aku sangat menyukainya, panasnya tidak begitu
menyengat… jingganya cantik. Kamu tahu Karan… banyak orang mengatakan dia
menyukai hujan tapi dia memakai payung untuk berjalan dibawahnya dan banyak
juga orang bilang dia menyukai mentari tapi dia berteduh dari sinarnya.. tapi
aku, aku menyukai senja dan aku berani berdiri dibawahnya, aku berani
menatapnya.
Karan tersenyum… dan aku menyukaimu Sherani dan aku
juga berani menerimamu apa adanya”ucap Karan yang membuat Sherani terdiam.
Senja itu kesetiaan Sherani… lihat matahari sedang
berpamitan pada siang, dia berkata… “tunggu aku, aku pasti kembali... dan lihat
matahari tidak pernah memungkiri janjinya, dia selalu datang dengan hari yang
baru.
Iya kan? Sherani terdiam, dia menatap Karan lama…
ada senyum di wajahnya.
Ya… kamu benar.
Sherani kembali menatap mentari yang semakin
hilang... wajahnya kembali sendu.
Tiba-tiba Karan mendekatinya dan meletakkan tangannya
di depan wajah Sherani...
Kamu lagi ngapain Karan? Tanya Sherani heran.
Kamu tahu Sher, aku heran kenapa ya mendung begitu
menyukai wajahmu… sini aku lagi memindahkan awan, dan selesai… sekarang
tersenyumlah.
Sherani tidak bisa menahan dirinya untuk tidak
tersenyum, dia menatap Karan dengan mata berbinar.
Kenapa cowok ini begitu
menenangkan... “batinnya.
Ayo Sher... kita pulang, udah mulai gelap…
Ya… “Sherani berjalan menuju mobil, dia masih
terlihat mengulum senyum, entah apa yang dia rasakan dengan perkataan Karan
tadi.
***
Sherani sedang membereskan meja makan pagi itu, bel
di depan berbunyi berkali-kali… bentar sahutnya dari dalam. Sherani pun
buru-buru keluar untuk melihat siapa yang datang…
Begitu pintu dibuka Sherani kaget bukan kepalang…
dia hanya menghela nafas yang sepertinya sangat berat.
Raj. Kamu? Raj terdiam menatap keadaan Sherani, Sherani
hamil?
Sherani… kamu? Raj tidak bisa menyembunyikan
kekagetannya melihat keadaan Sherani… gadis yang dicintainya itu sedang hamil?
Ada apa? Sherani bertanya dengan nada dingin.
Suamiku tidak dirumah, dia baru saja ke kantor… maaf aku tidak bisa mengizinkanmu
masuk.
Kenapa Sherani, apa-apaan semua ini?
Kenapa? Apa ada yang salah?
Kamu hamil? Kamu benar-benar melupakanku Sherani?
Aku sudah mengatakannya sejak lama, lupakan aku… dan
keadaan aku sekarang rasanya cukup membuktikan kalau aku sudah melupakanmu…
tolong pergi dari sini Raj, aku tidak ingin suamiku melihatmu disini. “Sherani
menutup pintu.
Raj masih berdiri di depan pintu, dia masih ingin
mengatakan sesuatu tapi… dia tak habis pikir, secepat itukah Sherani
melupakannya. Raj tampak sangat terpukul dengan apa yang terjadi, dia tidak
tahu kalau anak yang dikandung Sherani itu tak lain adalah anaknya sendiri.
***
Jam 5 sore Karan pulang, dia sangat kaget melihat
Raj tengah berdiri di halaman rumahnya.
Raj... “Karan mencoba bersikap biasa.
Karan… aku datang kesini tapi Sherani tidak mau
menemuiku, kenapa ya? Karan sangat muak melihat sikap Raj.
Kamu pikir aku tidak tahu apa yang terjadi Raj?
Jangan berpura-pura lugu dihadapanku… “batinnya.
Ayo masuk yuk… “ujar Karan.
Sherani… “panggil Karan sesampai didalam, Sherani
yang sedang berada di kamar segera berlari keluar dan… dia begitu kaget melihat
siapa yang sedang duduk diruang tamu. Dia menatap Karan seakan meminta
penjelasan kenapa suaminya menyuruh Raj masuk.
Karan hanya menatap Sherani agak lama, entah apa
arti dari tatapannya itu… akhirnya Karan pergi ke kamar, Sherani mengikutinya…
Dia kembali Sherani, pikirkanlah… kamu kembali atau
bertahan disini. Apapun itu aku akan kabulkan… kalau kamu ingin kembali aku
akan siapkan surat perceraian kita secepatnya. “Karan pergi keluar tanpa
melihat Sherani.
Karan… “panggil Sherani tapi cowok itu seakan tak
mendengar penggilannya. Sherani berjalan keluar, dia melihat Karan sedang
ngobrol dengan Raj… entah apa yang sedang mereka bicarakan tapi tampak sekali
Karan terlihat sangat santai seperti tidak terjadi apa-apa. Tak lama merekapun
pergi entah kemana tapi Sherani hanya diam tanpa ingin tahu.
***
Dia Sherani Karan… kamu sering bertanya kan siapa
gadis yang aku cintai, siapa gadis yang sering ada di mimpi-mimpiku… ya, dia
Sherani, istrimu. Aku mencintainya jauh sebelum kamu datang dan kedatanganku
kesini, aku ingin membawa dia kembali “entah kenapa Raj tiba-tiba membahas
tentang Sherani ketika dia ngobrol dengan Karan, entah apa yang dia pikirkan…
Karan hanya menatap Raj dengan tatapan yang tajam.
Aku tahu kamu kaget Karan, aku pergi karena Sherani
yang memintaku… tapi kamu tahu seharipun aku tidak pernah tidak memikirkannya.
Sekian banyak gadis di dunia ini kenapa kamu memilih Sherani? Kenapa Karan? Aku
mencintainya Karan… aku ingin dia kembali.
Bruk… “tiba-tiba Karan memukul wajah Raj, cowok itu
terduduk di tanah, darah segar mengalir disudut bibirnya.
Kembali? Bruk… sekali lagi Karan melayangkan
pukulannya ke wajah Raj. Raj menyeka darah di bibirnya...
Apa-apaan sich Karan? Raj berdiri, tampak sekali dia
sangat marah dengan apa yang dilakukan Karan padanya.
Apa-apaan? Aku yang seharusnya bertanya apa-apaan
semua ini? Memangnya kamu siapa bisa-bisanya membawa Sherani? Ya… dia
mencintaimu, tapi kamu tidak mencintainya Raj... kamu tidak mencintainya… “Raj
terperangah tidak mengerti dengan ucapan Karan. Kalau kamu mencintainya kamu
tidak akan melakukan semua ini padanya. Tapi apa? Brensek…
Kamu bicara apa Karan? Apa maksudmu?
Maksudku… ha, “Karan tertawa mengejek. Maksudku…
kamu tahu anak yang dikandung Sherani, itu anakmu… anak kamu Raj ”Karan
berteriak dengan kesal.
Apa? Raj terperangah.
Berani-beraninya kamu menyentuh istriku… laki-laki
brensek.
Setiap waktu aku selalu menahan hatiku untuk tidak
marah, aku bisa saja membunuh anakmu tapi… untuk apa? Aku tidak egois
sepertimu. Aku mencintai Sherani, aku sangat menghormatinya… aku sudah
menikahinya dan kamu tahu bahkan sampai saat ini aku belum menyentuhnya. Aku
menikahinya karena aku mencintainya, bukan hanya sekedar memiliki tapi aku
bertanggungjawab atas dirinya, dan kamu lihat dia bersamaku sekarang itu bukti
kalau aku sangat mencintainya. Aku akan mencintainya bagaimanapun dia... Kamu
tahu? Karan berteriak sambil mencengkram baju Raj, nafasnya memburu, tampak
sekali dia sedang berusaha meredam kemarahan yang sejak lama bersarang di
dadanya. Aku tidak pernah memaksa Sherani untuk mencintaiku, aku akan
mengizinkan dia pergi kalau dia yang minta. Bukan kamu… “Karan lalu beranjak
pergi meninggalkan Raj yang masih terperangah dengan apa yang baru didengarnya.
**
“Dia datang untuk membawamu kembali Sherani, aku
sudah beritahu semuanya… sekarang pikirkan. Kalau kamu mencintainya aku akan
menceraikanmu, aku bukan orang egois, aku tak perlu memaksamu untuk
mencintaiku”
Kata-kata Karan masih terngiang di telinga Sherani…
dia tak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang. Dia kembali menatap senja
sore ini dan tiba-tiba…
Sherani... “seseorang memanggilnya.
Kamu… “Sherani sedikit kaget melihat kedatangan Raj.
Aku tahu kamu disini Sher, kamu masih menyukai
senja… Sherani aku, aku minta maaf… aku tidak kalau aku... Karan sudah
memberitahuku semuanya, kita bisa memulai semuanya dari awal. Aku datang untuk
membawamu kembali... Ayo "Raj memegang tangan Sherani tapi tiba-tiba
Sherani menepisnya dan melepaskan genggaman Raj.
Ada apa Sher "Raj terlihat bingung.
Aku tidak akan kembali Raj, aku tidak akan
kemana-mana, aku akan tetap disini... Bersama Karan.
Sherani... "Raj tampak terperangah, matanya
tampak berkaca-kaca.
Hari ini aku menyadari satu hal… aku tahu siapa
orang yang benar-benar mencintaiku… Maaf Raj, aku tidak bisa meninggalkan dia.
Aku mencintaimu Sherani... “Raj tampak memelas.
Tidak, kamu tidak mencintaiku Raj, kamu hanya ingin
memilikiku... dan rasanya saat ini hatiku ragu untuk bilang aku masih
mencintaimu.
Kya? Raj heran dengan perkataan Sherani.
Lihat Raj… senja itu begitu indah, dia pernah jadi
saksi cinta kita… dan Karan juga pernah bilang kalau senja itu kesetiaan,
sejauh apapun dia pergi… mentari selalu kembali dengan pagi yang baru. Dia
selalu kembali... tapi aku bukan senja Raj, aku tidak akan kembali… aku tidak
akan kembali… dengan alasan apapun “pernyataan Sherani seperti petir di siang
bolong bagi Raj, dia sangat kaget dengan apa yang baru didengarnya.
Sherani… apa yang sedang kamu katakan?
Ini keputusan terakhirku Raj, aku sudah
memikirkannya berkali-kali… aku tidak akan kembali. Sepertinya memang kita
tidak berjodoh... aku tidak bisa bercerai dengan Karan.
Kenapa Sherani? Apa kamu mencintai Karan…
Entahlah… Cinta? Aku benar-benar ngk tahu bagaimana
perasaanku tapi yang kutahu aku bahagia bersamanya. Dia yang menemaniku saat
aku benar-benar sendiri, dia juga membantuku berdiri disaat aku terjatuh.
Lupakan aku… itu akan lebih mudah untukku. Dan Karan pasti sudah memberitahumu
kan tentang anak ini… ya, ini anakmu. Tapi aku tidak pernah menganggap ini
cinta, bagiku ini kesalahan. Tapi kalau kamu menginginkannya aku kan berikan…
tapi kalau tidak aku bisa menjaganya sendiri, aku pergi ”Sherani melangkahkan kakinya
meninggalkan tempat itu…
Kamu tidak serius dengan ucapanmu Sherani, kamu
hanya sedang marah… aku tahu kamu pasti kembali, aku akan tunggu Sher, aku akan
menunggumu.
Langkah Sherani terhenti…
Aku tidak akan kembali Raj meskipun kamu menunggu
seumur hidupmu.
Kamu akan kembali Sherani… aku yakin itu… “Raj terus
berteriak.
Sherani terus melangkah pergi dia sama sekali tidak
peduli dengan celotehan Raj.
To be continue...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar