***
Sherani sedang duduk bersama papanya di taman rumah,
mama dan Mona sedang keluar mereka pergi menjemput gaun pengantin Sherani yang
akan dipakai besok.
Sherani... papa bahkan tidak pernah tersadar kalau
kamu sudah sebesar ini, besok hari pernikahanmu papa akan memegang tanganmu,
seperti ini… papa menggenggam tangan Sherani dan memberikannya pada Karan. Papa
sangat bahagia Sherani, sangat bahagia... Sherani tersenyum menatap papanya…
Percayalah nak... Karan laki-laki yang baik, kamu
akan bahagia bersamanya.
Sherani mulai berkaca-kaca... Sherani percaya kok
pa...
Sherani… apa kamu mencintainya? Jujur nak… papa
tidak pernah mengajarkanmu berbohong.
Sherani akan mencintainya pa... “jawab Sherani
yakin.
Papanya tersenyum, jawaban ini yang papa ingin
dengar Sherani… papa tahu sekarang kamu belum mencintainya, tapi nanti papa
yakin kamu akan mencintainya… kamu pasti mencintainya... cinta itu muncul
karena kebersamaan Sherani. Terkadang orang yang tepat itu bukan orang yang
kita cintai.
Pa... aku akan menikah dengan laki-laki yang papa
pilihkan untukku, sekalipun aku tidak mencintainya. Aku percaya papa tidak
mungkin memilihkan orang yang salah…
Kamu bahagia nak?
Sangat bahagia... aku bahagia pa, aku tidak sabar
menunggu esok… “Sherani memeluk papanya dengan hangat, dia sendiri tidak yakin
kata-kata itu keluar dari hati kecilnya.
Papa yakin nak, dia laki-laki terbaik untukmu…
Papa… papa tau ngk, laki-laki terbaik didunia itu
papa, bukan orang lain...
Papa Sherani tersenyum mendengar penuturan
anaknya... Sherani sayang banget sama papa… “Sherani semakin memeluk papanya
dengan erat.
***
Sherani berjalan menuju altar didampingi papanya,
dia tampak seperti seorang peri dengan balutan gaun putih dengan mahkota
dikepalanya, dia tampak begitu cantik. Hari ini adalah hari pernikahannya,
Karan sudah berdiri disamping pendeta yang akan membacakan pemberkatan
pernikahan mereka. Selangkah, dua langkah… rasanya altar itu begitu jauh,
kakinya begitu berat dilangkahkan. Sherani masih ragu apakah ini keputusan
terbaik tapi dia tidak punya pilihan, dia masih berharap kalau semua ini hanya
mimpi dan disaat membuka mata semua akan kembali seperti semula… tapi sayang
ini kenyataan, kenyataan yang harus dihadapi. Papanya memberikan tangan Sherani
pada Karan dan pemberkatan pun di mulai… semua hening seakan begitu menghayati
apa yang diucapkan pendeta. Dan akhirnya mereka resmi menjadi suami istri…
Karan mencium kening Sherani dengan lembut. Mereka
kemudian berbalik dan menatap ke semua tamu, dan tiba-tiba Sherani melihat Raj
di salah satu meja, kontan saja raut mukanya segera berubah…
Raj datang di acara pernikahannya? Ya tuhan… Raj
terus menatap Sherani tanpa berkedip seolah ingin mengatakan pada gadis itu...
kamu penghianat Sherani, kamu benar-benar penghianat.
Sherani kemudian berbalik menatap Karan dengan wajah
tersenyum, dia mengandeng tangan suaminya sambil berjalan keluar gereja. Semua
orang memberikan selamat pada pasangan itu, termasuk Raj... dia memberikan
selamat pada Sherani, dan tanpa ragu Sherani menjabat tangan Raj dengan ringan
sambil berkata… makasih…!
Karan… selamat ya” Raj akhirnya memberi selamat pada
sahabatnya itu.
Raj… makasih udah datang, aku senang banget kamu
datang. Karan memeluk sahabatnya itu dengan penuh bahagia.
***
Sherani tampak begitu gugup, dia masih mengenakan
baju pengantin sambil duduk ditepi tempat tidurnya. Dia meremas tangannya
berulang kali... tiba-tiba seseorang menggenggam tangannya.
Karan... “Sherani berusaha tersenyum sebisa mungkin.
Sherani... kamu gugup?
Ngk kok… “Sherani hanya tersenyum sambil menatap
Karan yang duduk dibawah menyandarkan kepalanya ke lutut Sherani.
Sherani… kamu tahu? Aku sangat bahagia hari ini, aku
bisa menikah dengan gadis yang sangat aku cintai. Aku sangat mencintaimu
Sher... aku ingin selamanya bersamamu. Aku ingin menghabiskan seluruh hidupku
bersamamu... hidup ini singkat Sherani, tapi aku akan mencintaimu sangat lama
dan teramat lama “Karan menggenggam tangan Sherani erat seakan tidak ingin
melepaskannya.
Karan... “panggil Sherani, Karan tersenyum, cepat
ganti bajumu… habis itu istirahat, kamu pasti capek kan? Ujarnya sambil mengusap
lembut rambut Sherani.
Sherani termangu menatap Karan yang langsung
berbaring di sampingnya. Dia begitu heran… laki-laki ini, laki-laki yang telah
menjadi suaminya begitu penuh cinta.
Sherani tersenyum… ada bulir bening mengalir di
sudut matanya... Karan terlalu baik untuknya. Sepanjang malam Sherani terus terjaga,
pandangannya tak berpindah dari sosok tubuh yang kini berbaring disampingnya...
Karan, dia begitu penuh cinta. Cinta yang mungkin tidak dimilikinya... papa
pernah bilang, kalau orang tua adalah wakil tuhan dalam menentukan takdir
anaknya. Diakah jodoh yang tuhan pilihkan? Pertanyaan itu terus memenuhi
pikiran Sherani tanpa tahu jawabannya.
***
Sherani… “Karan memegang pundak istrinya, dia masih
tidur.
Ya... ya ampun, aku kesiangan.. maaf Karan “Sherani
buru-buru turun dari tempat tidur dan bergegas hendak menyiapkan sarapan.
Ngk apa-apa Sher, sini… kamu duduk dulu, “Karan
memintanya duduk disampingnya.
Ada apa?
Barusan aku dapat telpon, aku harus ke Sydney siang
ini juga.
Memangnya ada apa?
Papa bilang, ada bisnis yang ngk bisa ditunda siang
ini dan aku harus datang. Kamu mau ikut aku atau tetap disini?
Berapa lama? Tanya Sherani tampak gelisah.
Sekitar seminggu…
Sherani tersenyum, aku kira bakalan lama… kalau
seminggu aku tunggu kamu disini aja ya, aku ngk usah ke Sydney…
Kamu yakin disini sendiri? Karan tampak khawatir.
Ngk apa-apa kok Karan, lagian aku ngk sendirian juga
dirumah. Ada pembantu kan? Aku lagi males banget kemana-mana…
Ya udah… begitu urusan selesai aku bakalan cepat
balik.
Ya… “Sherani tersenyum.
***
Dan siang itu Sherani mengantar Karan ke bandara,
entah kenapa ada perasaan aneh di hati Sherani melihat langkah Karan yang
semakin menjauhinya. Ada perasaan yang begitu enggan untuk tinggal.
Ada apa?
Karan… “Sherani memanggil dan berlari kearahnya.
Karan menatapnya dengan pandangan tanda tanya...
Hati-hati ya, jaga diri baik-baik dan cepat
kembali…! Karan tersenyum, dia membelai rambut Sherani dan mencium kening gadis
itu. Sherani terdiam, dia tidak menolak.
Bye... “ujar Karan berpamitan, Sherani tersenyum
sambil mengangguk.
Aku mencintaimu Sherani…. “Sherani hanya diam, entah
kenapa dia tidak pernah bisa untuk mengucapkan kata yang sama.
***
Kamu bahagia Sher? Priya sepertinya sangat ragu
dengan keadaan Sherani, malam ini dia menginap di rumah Sherani karena memang
Sherani sendirian.
Aku juga ngk tahu Priya... tapi, “Sherani tidak
melanjutkan kata-katanya.
Tapi apa Sher...?
Dia begitu baik Priya, dia sangat mencintaiku bukan
hanya itu dia sangat menghormatiku. Bahkan di malam pengantin pun dia sama
sekali tidak menyentuhku…
Apa?
Iya Priya... sepertinya dia tahu kalau aku sangat
gugup dan dia hanya menggenggam tanganku dan bilang kalau aku harus istirahat,
entah kenapa kadang aku merasa dia sangat memahamiku, dia begitu penuh cinta...
“Sherani menerawang dan terlihat ada senyum tipis dibibirnya.
Ada apa Sherani? Apa ada perasaan yang berbeda
terhadapnya? Sherani terdiam dengan pertanyaan Priya, dia tidak menemukan
jawaban untuk itu.
Priya… aku tidur dulu... “Sherani membaringkan
tubuhnya di tempat tidur.
Priya menatap sahabatnya itu dengan tatapan yang
masih bingung, satu hal yang dia tahu Sherani mulai ragu dengan perasaanya… ada
seseorang yang nyaris merebut hatinya, Karan. Segampang itukah Sherani
berpindah hati? Entahlah…!
***
Ketenangannya terusik, Sherani yang sedang duduk
akhirnya berjalan kearah pintu karena memang pintu sudah berulang kali diketuk,
entah siapa yang datang sepagi ini. Begitu pintu dibuka, Sherani tampak
kaget...
Raj? Kamu?
Kenapa? kamu tidak menginginkan aku datang?
Raj… tolong mengerti, aku sudah menikah dan… kita
berdua...
Apa kamu sudah tidak mencintaiku lagi? Pertanyaan
Raj membuat Sherani terdiam.
Aku mencintai kamu Raj, sangat mencintaimu tapi…
kita ngk mungkin lagi untuk bersama. Aku sudah menikah tolong mengerti Raj,
tolong... aku bukannya mengusir tapi sebaiknya kamu pergi, aku ngk ingin ada
orang yang melihatmu disini, Karan tidak dirumah… please Raj…
Oke, aku akan pergi tapi Sherani… sudah beberapa
hari ini aku berusaha untuk mengerti dan menerima kenyataan tapi aku gagal, aku
terlalu mencintaimu dan masih berharap kamu kembali… aku akan selalu tunggu
kamu Sher...
Raj...
Aku pergi ya... “Raj pergi tanpa mau mendengar lagi
apa yang akan dikatakan Sherani, dia tahu kata yang akan diucapkannya pasti
akan sangat menyakitkan.
***
Kring… telpon diruang tengah berbunyi…
Sherani, ini Rahul… Raj…
Ada apa Rahul? Raj kenapa?
Dia mabuk Sherani, kamu bisa tolong kesini sebentar
ngk… suruh dia pulang, aku yakin kalau kamu yang minta dia pasti nurut...
Tapi Rahul...
Tolong Sher... aku khawatir, cuma kamu yang bisa
bantu... kamu mau kan? Sherani terdiam agak lama.
Oke… aku kesana 10 menit lagi... “Sherani terpaksa
setuju.
Makasih Sher… kita lagi di club deket apartementku
ya... “Rahul menutup telpon.
Sherani masih mematung, kenapa Raj ngelakuin ini?
kenapa dia tidak bisa mengerti… Sherani menghela nafas panjang dan segera pergi
ke alamat yang diberikan Rahul. Dan benar saja, Sherani sangat kaget melihat
Raj, dia mabuk dan melempar botol ke semua orang, selama ini Raj tidak pernah
seperti ini…
Raj… “panggil Sherani yang membuat cowok itu kaget
dan mendekati Sherani...
Sherani… Sherani Oberoi, hahaha, kamu disini? Buat
apa? Kamu sudah tidak mencintaiku lagi kan?
Ayo Raj, kita pulang… kamu jangan gini donk ”Sherani
mencoba menarik tangan Raj dan mengajaknya keluar club.
Rahul sudah menunggu diluar, dia tampak takut karena
tadi dia sempat kena botol minuman oleh Raj...
Sherani makasih ya udah datang, maaf aku ganggu
kamu...
Ngk apa-apa kok Rahul, kamu pulang aja biar aku yang
ngantar Raj pulang...
Beneran ngk apa-apa...? “Rahul tampak sedikit ragu
melihat Sherani sendirian.
Ngk apa-apa kok, kamu pulang aja…
Ya udah, hati-hati ya Sher... “Rahul meninggalkan
tempat itu dengan motornya, dia sudah tidak tinggal lagi dengan Raj sejak
kelulusan kemaren.
To be continue...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar