Kamis, 19 Maret 2015

Cerbung BHN (Part 8)

Part 8



***
Sherani sedang duduk bersama papanya di taman rumah, mama dan Mona sedang keluar mereka pergi menjemput gaun pengantin Sherani yang akan dipakai besok.

Sherani... papa bahkan tidak pernah tersadar kalau kamu sudah sebesar ini, besok hari pernikahanmu papa akan memegang tanganmu, seperti ini… papa menggenggam tangan Sherani dan memberikannya pada Karan. Papa sangat bahagia Sherani, sangat bahagia... Sherani tersenyum menatap papanya…

Percayalah nak... Karan laki-laki yang baik, kamu akan bahagia bersamanya.

Sherani mulai berkaca-kaca... Sherani percaya kok pa...

Sherani… apa kamu mencintainya? Jujur nak… papa tidak pernah mengajarkanmu berbohong.

Sherani akan mencintainya pa... “jawab Sherani yakin.

Papanya tersenyum, jawaban ini yang papa ingin dengar Sherani… papa tahu sekarang kamu belum mencintainya, tapi nanti papa yakin kamu akan mencintainya… kamu pasti mencintainya... cinta itu muncul karena kebersamaan Sherani. Terkadang orang yang tepat itu bukan orang yang kita cintai.

Pa... aku akan menikah dengan laki-laki yang papa pilihkan untukku, sekalipun aku tidak mencintainya. Aku percaya papa tidak mungkin memilihkan orang yang salah…

Kamu bahagia nak?

Sangat bahagia... aku bahagia pa, aku tidak sabar menunggu esok… “Sherani memeluk papanya dengan hangat, dia sendiri tidak yakin kata-kata itu keluar dari hati kecilnya.

Papa yakin nak, dia laki-laki terbaik untukmu…

Papa… papa tau ngk, laki-laki terbaik didunia itu papa, bukan orang lain...

Papa Sherani tersenyum mendengar penuturan anaknya... Sherani sayang banget sama papa… “Sherani semakin memeluk papanya dengan erat.

***
Sherani berjalan menuju altar didampingi papanya, dia tampak seperti seorang peri dengan balutan gaun putih dengan mahkota dikepalanya, dia tampak begitu cantik. Hari ini adalah hari pernikahannya, Karan sudah berdiri disamping pendeta yang akan membacakan pemberkatan pernikahan mereka. Selangkah, dua langkah… rasanya altar itu begitu jauh, kakinya begitu berat dilangkahkan. Sherani masih ragu apakah ini keputusan terbaik tapi dia tidak punya pilihan, dia masih berharap kalau semua ini hanya mimpi dan disaat membuka mata semua akan kembali seperti semula… tapi sayang ini kenyataan, kenyataan yang harus dihadapi. Papanya memberikan tangan Sherani pada Karan dan pemberkatan pun di mulai… semua hening seakan begitu menghayati apa yang diucapkan pendeta. Dan akhirnya mereka resmi menjadi suami istri…

Karan mencium kening Sherani dengan lembut. Mereka kemudian berbalik dan menatap ke semua tamu, dan tiba-tiba Sherani melihat Raj di salah satu meja, kontan saja raut mukanya segera berubah…

Raj datang di acara pernikahannya? Ya tuhan… Raj terus menatap Sherani tanpa berkedip seolah ingin mengatakan pada gadis itu... kamu penghianat Sherani, kamu benar-benar penghianat.
Sherani kemudian berbalik menatap Karan dengan wajah tersenyum, dia mengandeng tangan suaminya sambil berjalan keluar gereja. Semua orang memberikan selamat pada pasangan itu, termasuk Raj... dia memberikan selamat pada Sherani, dan tanpa ragu Sherani menjabat tangan Raj dengan ringan sambil berkata… makasih…!

Karan… selamat ya” Raj akhirnya memberi selamat pada sahabatnya itu.

Raj… makasih udah datang, aku senang banget kamu datang. Karan memeluk sahabatnya itu dengan penuh bahagia.

***
Sherani tampak begitu gugup, dia masih mengenakan baju pengantin sambil duduk ditepi tempat tidurnya. Dia meremas tangannya berulang kali... tiba-tiba seseorang menggenggam tangannya.

Karan... “Sherani berusaha tersenyum sebisa mungkin.

Sherani... kamu gugup?

Ngk kok… “Sherani hanya tersenyum sambil menatap Karan yang duduk dibawah menyandarkan kepalanya ke lutut Sherani.

Sherani… kamu tahu? Aku sangat bahagia hari ini, aku bisa menikah dengan gadis yang sangat aku cintai. Aku sangat mencintaimu Sher... aku ingin selamanya bersamamu. Aku ingin menghabiskan seluruh hidupku bersamamu... hidup ini singkat Sherani, tapi aku akan mencintaimu sangat lama dan teramat lama “Karan menggenggam tangan Sherani erat seakan tidak ingin melepaskannya.

Karan... “panggil Sherani, Karan tersenyum, cepat ganti bajumu… habis itu istirahat, kamu pasti capek kan? Ujarnya sambil mengusap lembut rambut Sherani.

Sherani termangu menatap Karan yang langsung berbaring di sampingnya. Dia begitu heran… laki-laki ini, laki-laki yang telah menjadi suaminya begitu penuh cinta.

Sherani tersenyum… ada bulir bening mengalir di sudut matanya... Karan terlalu baik untuknya. Sepanjang malam Sherani terus terjaga, pandangannya tak berpindah dari sosok tubuh yang kini berbaring disampingnya... Karan, dia begitu penuh cinta. Cinta yang mungkin tidak dimilikinya... papa pernah bilang, kalau orang tua adalah wakil tuhan dalam menentukan takdir anaknya. Diakah jodoh yang tuhan pilihkan? Pertanyaan itu terus memenuhi pikiran Sherani tanpa tahu jawabannya.

***
Sherani… “Karan memegang pundak istrinya, dia masih tidur.

Ya... ya ampun, aku kesiangan.. maaf Karan “Sherani buru-buru turun dari tempat tidur dan bergegas hendak menyiapkan sarapan.

Ngk apa-apa Sher, sini… kamu duduk dulu, “Karan memintanya duduk disampingnya.

Ada apa?

Barusan aku dapat telpon, aku harus ke Sydney siang ini juga.

Memangnya ada apa?

Papa bilang, ada bisnis yang ngk bisa ditunda siang ini dan aku harus datang. Kamu mau ikut aku atau tetap disini?

Berapa lama? Tanya Sherani tampak gelisah.

Sekitar seminggu…

Sherani tersenyum, aku kira bakalan lama… kalau seminggu aku tunggu kamu disini aja ya, aku ngk usah ke Sydney…

Kamu yakin disini sendiri? Karan tampak khawatir.

Ngk apa-apa kok Karan, lagian aku ngk sendirian juga dirumah. Ada pembantu kan? Aku lagi males banget kemana-mana…

Ya udah… begitu urusan selesai aku bakalan cepat balik.

Ya… “Sherani tersenyum.

***
Dan siang itu Sherani mengantar Karan ke bandara, entah kenapa ada perasaan aneh di hati Sherani melihat langkah Karan yang semakin menjauhinya. Ada perasaan yang begitu enggan untuk tinggal. 

Ada apa?

Karan… “Sherani memanggil dan berlari kearahnya.
Karan menatapnya dengan pandangan tanda tanya...

Hati-hati ya, jaga diri baik-baik dan cepat kembali…! Karan tersenyum, dia membelai rambut Sherani dan mencium kening gadis itu. Sherani terdiam, dia tidak menolak.

Bye... “ujar Karan berpamitan, Sherani tersenyum sambil mengangguk.

Aku mencintaimu Sherani…. “Sherani hanya diam, entah kenapa dia tidak pernah bisa untuk mengucapkan kata yang sama.

***
Kamu bahagia Sher? Priya sepertinya sangat ragu dengan keadaan Sherani, malam ini dia menginap di rumah Sherani karena memang Sherani sendirian.

Aku juga ngk tahu Priya... tapi, “Sherani tidak melanjutkan kata-katanya.

Tapi apa Sher...?

Dia begitu baik Priya, dia sangat mencintaiku bukan hanya itu dia sangat menghormatiku. Bahkan di malam pengantin pun dia sama sekali tidak menyentuhku…

Apa?

Iya Priya... sepertinya dia tahu kalau aku sangat gugup dan dia hanya menggenggam tanganku dan bilang kalau aku harus istirahat, entah kenapa kadang aku merasa dia sangat memahamiku, dia begitu penuh cinta... “Sherani menerawang dan terlihat ada senyum tipis dibibirnya.

Ada apa Sherani? Apa ada perasaan yang berbeda terhadapnya? Sherani terdiam dengan pertanyaan Priya, dia tidak menemukan jawaban untuk itu.

Priya… aku tidur dulu... “Sherani membaringkan tubuhnya di tempat tidur.

Priya menatap sahabatnya itu dengan tatapan yang masih bingung, satu hal yang dia tahu Sherani mulai ragu dengan perasaanya… ada seseorang yang nyaris merebut hatinya, Karan. Segampang itukah Sherani berpindah hati? Entahlah…!

***
Ketenangannya terusik, Sherani yang sedang duduk akhirnya berjalan kearah pintu karena memang pintu sudah berulang kali diketuk, entah siapa yang datang sepagi ini. Begitu pintu dibuka, Sherani tampak kaget...

Raj? Kamu?

Kenapa? kamu tidak menginginkan aku datang?

Raj… tolong mengerti, aku sudah menikah dan… kita berdua...

Apa kamu sudah tidak mencintaiku lagi? Pertanyaan Raj membuat Sherani terdiam.

Aku mencintai kamu Raj, sangat mencintaimu tapi… kita ngk mungkin lagi untuk bersama. Aku sudah menikah tolong mengerti Raj, tolong... aku bukannya mengusir tapi sebaiknya kamu pergi, aku ngk ingin ada orang yang melihatmu disini, Karan tidak dirumah… please Raj…

Oke, aku akan pergi tapi Sherani… sudah beberapa hari ini aku berusaha untuk mengerti dan menerima kenyataan tapi aku gagal, aku terlalu mencintaimu dan masih berharap kamu kembali… aku akan selalu tunggu kamu Sher...

Raj...

Aku pergi ya... “Raj pergi tanpa mau mendengar lagi apa yang akan dikatakan Sherani, dia tahu kata yang akan diucapkannya pasti akan sangat menyakitkan.

***
Kring… telpon diruang tengah berbunyi…

Sherani, ini Rahul… Raj…

Ada apa Rahul? Raj kenapa?

Dia mabuk Sherani, kamu bisa tolong kesini sebentar ngk… suruh dia pulang, aku yakin kalau kamu yang minta dia pasti nurut...

Tapi Rahul...

Tolong Sher... aku khawatir, cuma kamu yang bisa bantu... kamu mau kan? Sherani terdiam agak lama.

Oke… aku kesana 10 menit lagi... “Sherani terpaksa setuju.

Makasih Sher… kita lagi di club deket apartementku ya... “Rahul menutup telpon.
Sherani masih mematung, kenapa Raj ngelakuin ini? kenapa dia tidak bisa mengerti… Sherani menghela nafas panjang dan segera pergi ke alamat yang diberikan Rahul. Dan benar saja, Sherani sangat kaget melihat Raj, dia mabuk dan melempar botol ke semua orang, selama ini Raj tidak pernah seperti ini…

Raj… “panggil Sherani yang membuat cowok itu kaget dan mendekati Sherani...

Sherani… Sherani Oberoi, hahaha, kamu disini? Buat apa? Kamu sudah tidak mencintaiku lagi kan?
Ayo Raj, kita pulang… kamu jangan gini donk ”Sherani mencoba menarik tangan Raj dan mengajaknya keluar club.

Rahul sudah menunggu diluar, dia tampak takut karena tadi dia sempat kena botol minuman oleh Raj...

Sherani makasih ya udah datang, maaf aku ganggu kamu...

Ngk apa-apa kok Rahul, kamu pulang aja biar aku yang ngantar Raj pulang...

Beneran ngk apa-apa...? “Rahul tampak sedikit ragu melihat Sherani sendirian.
Ngk apa-apa kok, kamu pulang aja…

Ya udah, hati-hati ya Sher... “Rahul meninggalkan tempat itu dengan motornya, dia sudah tidak tinggal lagi dengan Raj sejak kelulusan kemaren.

To be continue...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar