Jumat, 20 Maret 2015

Cerbung BHN 2 (Part 11)



Part 11

***
Karan mengantarkan Neha kembali ke apartemennya, dia tidak ingin memaksanya untuk pulang sekarang.

Sampai kapan kamu disini?

Sampai semuanya baik-baik aja pa… dan sekarang semuanya tidak baik-baik saja. Aku butuh waktu untuk menerima semua yang terjadi.

Kamu ngk kengen sama mama?

Mama? Aku ngk mau ketemu mama, lihat apa yang dia lakuin sama aku pa… dia benar-benar bikin aku kehilangan semuanya.

Neha… jangan berkata seperti itu, papa tahu kamu marah tapi kamu ngk boleh membencinya.

Papa tahu kan, ini pertama kalinya aku menyukai seseorang, ada laki-laki yang aku cintai selain papa… tapi… “Neha tidak melanjutkan kata-katanya, dia kembali terisak.

Karan memeluknya,… Neha, kamu boleh mencintai siapapun nak, tapi papa mohon jangan Aditya… papa mohon Neha.

Kamu baik-baik disini, papa akan tunggu kamu pulang.

***
Keesokan harinya Neha memberanikan diri untuk datang ke sekolah. Dia ingin bersikap seperti biasa tapi keadaan benar-benar tidak sedang bersahabat dengannya…

Begitu sampai digerbang sekolah pun semua teman-teman terlihat seperti sedang membicarakan dirinya. Neha berusaha untuk tidak terlalu peduli.

Neha Oberoi… hai Neha, bagaimana kabarnya? Kamu baik-baik aja kan? “terlihat Tina menghampiri meja Neha sambil tertawa.

Mau ngapain kamu?

Wah… Neha sepertinya hidupmu yang sempurna tidak sesempurna yang kamu bayangkan ya, so sad! Teman-teman kalian udah lihat di infotaiment tentang Neha kan? Ngk nyangka ya kalau mamanya Neha tukang selingkuh… hahaha, “Tina bicara sekeras-kerasnya sampai semua anak dikelas itu memandang remeh kearah Neha. Eh Neha… ngomong-ngomong nich ya kamu perlu cari tahu dech, bisa jadi kan kalau ternyata ayah kamu itu orang lain bukan Karan Oberoi.
Plak… “tiba-tiba sebuah tamparan mendarat di pipi Tina.

Neha…, apa-apaan sich kamu?

Berani kamu menjelekkan mamaku, aku bisa bayar orang buat bunuh kamu, ngerti!
“terlihat Neha menangis, matanya merah. Kemudian dia mengambil tas dan berlari keluar kelas.

Neha menangis sesugukan, berkali-kali dia menyeka airmatanya… dia tidak pernah menyangka semuanya akan seperti ini, apa yang terjadi sekarang lebih buruk dari apa yang dia bayangkan, dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang.

Nich… “tiba-tiba seseorang mengulurkan sapu tangan kearah Neha, gadis itu keheranan dan menatap siapa yang datang…

Nikhil? Cowok sok cool di kelas kini berdiri disampingnya.
Neha hanya diam tanpa menggubris cowok itu… Nikhil lalu duduk disebelahnya.
Cowok itu hanya diam sambil menatap wajah Neha yang sembab.

Kenapa? Kamu mau ikut ngetawain aku? Sorry… aku harus pergi. “Neha berdiri hendak pergi.

Tiba-tiba Nikhil menarik tangan Neha… duduk dulu dech, buat apa aku ngetawain kamu? Ngk ada untungnya buat aku, aku justru heran sama kamu, kenapa harus nangis sich? Justru disaat seperti ini kamu tahu siapa orang yang benar-benar mengagumimu, siapa yang benar-benar temanmu… buat apa kamu menangisi orang-orang yang bahkan tidak simpati disaat kamu terjatuh, mereka yang bilang menyukaimu, mengagumimu, mengidolakanmu… dimana mereka saat kamu butuh dukungan, ngk ada kan? Jadi kamu ngk perlu nangis… buang-buang airmata aja. Terkadang aku suka heran dengan sikap siswa disekolah ini, hampir semuanya menyukaimu, ingin dekat denganmu dan bahkan sangat bahagia hanya dengan berbicara denganmu tapi hari ini kenapa tiba-tiba semua menjauh karena masalah yang bahkan tidak mereka mengerti. “cowok itu meneguk softdrink ditangannya.

Neha menatap cowok itu heran… bener yang dia bilang, dimana mereka saat dia terjatuh dan butuh dukungan.

Kamu tahu semua tentang aku kan? Tapi kenapa?

Kenapa aku tidak ikut mengejekmu? Buat apa? Kamu tahu Neha… mengidolakan seseorang dengan kelebihan dan kesempurnaan itu mudah, tapi tulus itu ketika tetap berada disisinya apapun dan bagaimanapun keadaannya. Mungkin aku memang bukan orang yang mengidolakanmu karena aku ngk suka dengan hal-hal yang dramatis tapi… aku benar-benar menganggap semua teman disekolah ini sama, bukan karena dia siapa dan aku disini cuma pengen bilang, kamu ngk perlu nangis karena mereka yang bahkan tidak menatapmu saat kamu butuh dukungan.

Neha menatap cowok itu lama, perkataannya mengingatkannya pada papa…, benarkah karena cinta papa begitu tulus sehingga dia tetap berada disisi mama walau apapun yang terjadi?

Kring… terdengar bunyi bel dari kejauhan.

Masuk yuk… “ajak Nikhil, sementara Neha hanya diam.
Ayolah, Nikhil menarik tangannya ke kelas, terlihat banyak siswa yang menatap aneh kearah mereka, Nikhil semakin erat menggenggam tangan Neha, cewek itu tersenyum sambil terus berjalan.

***
Makasih ya buat hari ini… “ucap Neha ketika pulang sekolah, dia agak sedikit tenang hari ini, setidaknya masih ada orang yang tidak memandang sinis padanya.

Santai aja lagi, ngk usah peduliin mereka… buat aku, kamu masih Neha yang dulu kok, aku ngk pernah melihat seseorang dari latar belakangnya siapa, kalau temen ya temen aja… oh ya, aku pernah bilang kan tidak semua orang menyukaimu, hati-hati aja… Oke bye, sampai ketemu besok “Nikhil pergi, dia terlihat sangat santai. Entah kenapa dia melakukan semua ini, Neha masih menatap heran kearah cowok itu, kenapa baru saat sekarang dia bicara dengannya, padahal dulu cuek banget. Neha hanya menatap cowok itu sampai hilang di tikungan, dia mengulum senyum berkali-kali.

***
Neha melihat layar ponselnya, ada panggilan yang sejak tadi tidak digubrisnya… Meera.
Dia hanya takut kalau Meera akan ikut mengejeknya dengan semua pemberitaan yang sedang marak sekarang.

Sms masuk…

“Neha, kamu lagi dimana? Aku cari ke rumah ngk ada, diapartemen kamu ya? Aku kesana ya…”
---Meera---

10 menit kemudian…
“Neha… aku dah didepan nich, susah banget cuma buat ketemu kamu ampe aku ditanyain mbak-mbak depan apa aku wartawan, aku bilang aja temen kamu makanya diizinkan masuk, bukain pintu donk… “
---Meera---

Di sms masih aja sempat ngerocos…

Neha terpaksa membukakan pintu, ada apa?

Neha… kamu baik-baik aja kan?

Kalau kamu kesini cuma buat ngetawain aku, sorry… aku ngk ada waktu ”ucap Neha sambil menutup pintu, Meera buru-buru mencegahnya.

Kenapa aku harus ngetawain kamu? Aku bukan seperti mereka Neha… “Meera tampak memelas dan akhirnya Neha membolehkan dia masuk.

Hening diantara mereka, Meera sepertinya tampak enggan untuk bicara, takut salah. Neha pun hanya menekurkan wajahnya.
Neha… “panggil Meera hati-hati, dia sangat takut kalau Neha akan marah dengan panggilannya.

Neha mengangkat kepalanya, matanya memerah… dia berusaha menahan tangis tapi gagal, bulir bening itu mulai turun dari matanya.

Neha… “Meera mendekat dan memeluknya, Neha tidak menolak, tak lama terdengar isakannya semakin keras.

Kalau nangis bisa bikin kamu tenang, kamu nangis aja… aku akan disini terus kok nemenin kamu “ucap Meera sambil memeluk Neha semakin erat.

Neha membiarkan angin malam menerpa wajahnya, matanya masih sembab, entah berapa kali airmata itu terus turun membasahi wajahnya. Dia masih menatap langit malam mencoba untuk mencari ketenangan di dalam gelapnya. Meera hanya bisa diam menatap sahabatnya itu, dia tidak ingin bertanya, hanya mencoba untuk memahami. Dia yakin apa yang sebenarnya terjadi tidak seperti yang orang-orang bilang diluar sana, pasti ada alasan yang mungkin dia sendiri sulit untuk memahami.

Aku mencintai Aditya, Meera. “Neha memulai pembicaraannya.

Aku juga tidak mengerti kenapa aku bisa punya perasaan seperti itu terhadapnya. Aku bilang padanya kalau aku cinta, dan kamu tahu dia tidak punya perasaan yang sama dan kamu tahu apa yang paling buat aku sakit? Dia kakakku, aku dan dia dilahirkan oleh perempuan yang sama. “Neha menghentikan pembicaraannya, dia menatap Meera, airmatanya jatuh lagi. Meera ikut menangis mendengar penuturan sahabatnya itu, tapi apa yang bisa dia lakukan.

Bagaimana bisa semua ini terjadi? Aku bingung Meera, kenapa aku bisa menjadi bagian dari cerita sesulit ini. Dan sekarang kamu lihat, semua orang membenciku, menghinaku… apa salahku? Kenapa harus aku yang menanggung semua ini? Kenapa aku yang disalahkan? Neha kembali sesugukan, Meera memeluk sahabatnya itu sekali lagi berusaha untuk meredakan sesak dihatinya.

Neha… apapun yang terjadi kamu tetap temanku, kamu tetap sahabatku. Kamu jangan cemas ya, aku bakal selalu ada buat kamu. Ya… “Meera berusaha tersenyum.

Makasih ya… seenggaknya masih ada orang yang tidak membenciku.

Neha… aku yakin semua yang terjadi ada alasannya hanya saja mungkin kita tidak tahu karena memang saat itu kita tidak ada, tapi entah kenapa aku yakin aja semua tidak seperti yang kita pikirkan… mamamu pasti orang yang baik, kalau tidak dia tidak mungkin dicintai sebanyak itu dan kamu harus ingat kalau dia memang perempuan yang buruk, papamu tidak mungkin bertahan bersamanya selama 20 tahun. Kamu sabar ya… semuanya akan baik-baik aja kok.

To be continue...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar