Jumat, 20 Maret 2015

Cerbung BHN 2 (Part 8)

Part 8

***
Neha kaget begitu mendengar pintu pagar terbuka, dia segera berlari kearah jendela.

Dia bisa melihat dari atas Aditya sudah pulang, jarum jam telah menunjukkan pukul 00.00. Dia tidak tidur hanya untuk menunggu Aditya pulang, dia hanya tersenyum menatapnya dari jauh.

***
Neha masih menatap dirinya dicermin, entah kenapa gemuruh didadanya tak juga reda. Dia telah jatuh cinta, entah orang itu tepat atau tidak yang jelas dia ingin mengatakannya dan saat ini adalah waktu yang tepat. Dia tidak tahu kata apa yang akan disampaikannya nanti pada papa mama, dia sudah tidak peduli… yang dia tahu sekarang, dia akan bilang pada Aditya kalau dia mencintainya.

Wah… rapi banget, mau kemana? Tiba-tiba kak Adi nongol dibalik pintu kamar Neha.

Eh… “gadis itu terkaget, aku mau pergi… aku mau bilang sama dia tentang…

Hmmm, good luck ya… “ucap Adi sepertinya paham dengan maksud perkataan Neha.
Neha hanya tersenyum sambil menatap Aditya, betapa dia ingin mengatakannya sekarang tapi… bukan disini, dia punya tempat yang lebih tepat untuk mengatakan isi hatinya.

***
Aditya menatap layar ponselnya… “Neha? Kenapa dia nelpon? Kan baru aja pergi… “tanpa pikir lagi Aditya langsung mengangkatnya.

Ya Neha…

Aku mau ketemu kakak sekarang, aku tunggu di taman deket sekolahku, cepet ya… “telpon mati, Aditya menyerngitkan keningnya,
kenapa Neha malah menelponnya, ada apa? Apa dia masih gugup dan membatalkan niatnya? Entahlah… “Aditya segera keluar rumah dan menemui Neha seperti yang diinginkan gadis itu.

***
Neha menyalakan lilin yang terakhir, taman itu menjadi tempat yang sangat indah dipenuhi nyala lilin putih setiap kuncup bunga yang hampir mekar. Aneh memang, mungkin ini pertama kali seorang gadis menunggu seorang cowok untuk mengatakan perasaannya, tapi apapun itu sepertinya Neha tidak peduli tapi tetap saja, dia terlihat sangat gugup, sebentar lagi kak Adi datang… berkali-kali diremas jemarinya untuk menghilangkan rasa gugupnya tapi gagal. Ini pertama kalinya dia punya perasaan yang lebih dan orang itu Aditya.

Neha sepertinya sangat tidak sabar dan tiba-tiba dia melihat seseorang mendekatinya.. ya itu kak Adi ngk salah lagi.
Neha… Wah... ”Aditya tampak kagum melihat tempat itu, dia menatap sekelilingnya sambil berdecak kagum. Mana dia? Katanya kamu mau bilang cinta sama orang yang kamu suka, kok malah manggil kakak kesini? Masih gugup ya?

Neha terlihat sangat gugup.

Kenapa? Aditya mendekatinya… atau dia ngk datang?

Dia udah datang kok dan udah ada didepan aku sekarang… “ujar Neha, dia menekurkan wajahnya seolah tak ingin melihat Aditya.

Maksud kamu? Aditya tampak heran.

Kak Aditya… Kamu orangnya, aku mencintai kamu… Aku juga ngk tahu kenapa tapi ini pertama kalinya dan rasanya begitu gugup hanya untuk mengatakan ini tapi aku benar-benar jatuh cinta padamu, Aditya… aku mencintaimu, apa kamu juga mencintaiku? Pernyataan Neha bagaikan petir di siang bolong bagi Aditya, bagaimana mungkin Neha bisa jatuh cinta padanya.

Neha… kamu sedang becanda kan? Atau lagi latihan buat ngungkapin perasaan kamu?

Neha menggeleng dengan mantap… ngk, aku sama sekali tidak bercanda… aku mencintaimu dan ini untuk pertama kalinya aku merasakannya.

Neha… kamu gila ya? Aku kakakmu, bagaimana bisa kamu punya perasaan seperti itu?

Iya tapi kita bukan saudara kandung kan? Kamu hanya anak teman papa kan? Kamu anak angkat papa kan? Lalu apa salahnya?

Neha… bagaimana bisa kamu punya perasaan seperti itu? Ya Neha… kakak sayang sama kamu tapi bukan perasaan yang seperti ini, maaf aku sama sekali ngk punya perasaan itu terhadapmu, sama sekali.
Wajah Neha berubah muram.

Kenapa?

Ya… karena kamu adikku.

Karena Sheena… kamu mencintai dia… “

Bukan kerana itu Neha, karena… “Aditya tampak menjadi serba salah untuk menjelaskan. Neha… aku kakakmu, kamu ngk boleh mencintai aku.

Kenapa? Kenapa ngk boleh, kita bukan saudara kandung… kasih aku alasan yang jelas Aditya “kali ini Neha terlihat begitu sedih, ada bulir bening turun dari sudut matanya.

Lama Aditya terdiam, perlahan dia mendekati Neha mencoba memeluknya… kamu adikku, tolong jangan punya perasaan seperti itu Neha.

Kenapa? “kali ini Neha menangis terisak, dia mendorong Aditya dari hadapannya.

Aku tidak bisa mengatakannya… “Aditya beranjak pergi tapi tiba-tiba Neha menghalanginya.

Kenapa? Ada apa sebenarnya? Apa yang terjadi?

Kita tunggu papa mama pulang ya… nanti aku akan jelaskan semuanya.

Kenapa harus nanti, aku mau tahu sekarang… ada apa? Apa yang tidak aku ketahui? Katakan, katakan sekarang… “Neha tampak setengah berteriak.

Dengan ragu Adi mendekatinya lagi, memegang kedua pipinya dan berkata… Neha, kita memang bukan saudara kandung, tapi…

Tapi apa?

Aditya tampak menghela nafas panjang… matanya mulai berkaca-kaca, kita… dilahirkan oleh perempuan yang sama hanya saja, ayahku bukan Karan Oberoi tapi ibuku dan ibumu adalah orang yang sama… Sherani!

Neha terperangah, dia merasa tanah yang dipijaknya bergetar sejenak... dia tidak bisa menyembunyikan kekagetannya, tetes bening itu berkali-kali turun dari matanya. Tak ada kata yang bisa dia katakan… dia kehilangan keseimbangan dan terduduk di tanah.

Neha… “kita pulang ya, sudah malam.
Neha hanya diam, bibirnya bergetar menahan tangis… sementara gerimis mulai turun mematikan satu persatu nyala lilin.

Neha… “Panggil Aditya sekali lagi.

Pergi… tinggalkan aku sendiri. Akhirnya tangis Neha pecah, dia terisak… hatinya tergores berkali-kali, ada luka yang begitu dalam… dia jatuh cinta dan patah hati disaat yang bersamaan, cintanya yang ternyata jatuh pada orang yang salah, orang yang dicintai tidak punya perasaan yang sama dan lebih sakit adalah rasa kecewanya yang begitu mendalam pada seseorang yang begitu disayangnya, mama. Bagaimana bisa kalau ternyata ada sebuah rahasia besar yang tidak pernah dia tahu. Aditya benar-benar kakaknya... Bagaimana bisa?

Aditya hanya melihat dari jauh adiknya itu, hatinya ikut teriris…

Kenapa harus kakak Neha, kakak sama sekali tidak pernah punya perasaan seperti itu terhadapmu… “batinnya seakan menjerit.

Sementara itu Neha masih duduk dibawah hujan deras malam itu, wajahnya basah… entah itu airmata ataukah hujan, semuanya terasa campur aduk. Gadis itu semakin terisak, dia tidak bisa menahan betapa hatinya sakit, suara hujan yang deras seakan menelan suara tangisnya yang semakin kencang.

***
Neha… keluar donk “Aditya berkali-kali memanggilnya tapi sama sekali tidak ada sahutan dari dalam. Sepertinya Neha masih marah.

Kamu ngk ikut, mama papa hari ini pulang lho… kakak mau ke bandara nich “Aditya tahu kalau ucapan apapun yang dia katakan sekarang sama sekali tidak akan membuat Neha keluar dari kamarnya.

Ya udah… kakak pergi dulu ya, kamu jangan lupa sarapan ya…!

Neha… kakak minta maaf ya, kakak tahu kamu kaget dan ngk bisa nerima semua ini. Tapi suatu saat kamu pasti ngerti…

Tak lama pintu kamar Neha terbuka, Aditya berbalik, ditatapnya Neha… ada guratan kesedihan yang mendalam di wajahnya yang sendu.

Apa? Kamu minta aku buat ngerti? Aku harus ngerti semua hal yang bahkan selama ini disembunyiin dari aku dan sekarang kamu minta aku untuk ngerti? Siapa kamu? Bagaimana bisa kamu datang dalam kehidupan aku? Apa yang kamu bilang? Kita dilahirkan oleh perempuan yang sama? Ha… “Neha tersenyum sinis, bagaimana bisa? Ya tuhan… aku benar-benar tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

Neha… “Aditya mendekati Neha dan berusaha memeluknya.

Pergi, jangan dekati aku. Aku benci kamu, aku benci mama dan aku benci semuanya. Siapa ayah kamu? Dia pasti selingkuhannya mama ya? Apa tidak ada perempuan lain selain mamaku?

Neha… “Aditya berteriak membuat Neha terdiam.
Kamu pikir aku ngk terpukul dengan semua ini? Kamu pikir aku baik-baik saja dengan kenyataan kalau ternyata kehadiranku tidak diinginkan?

Neha terdiam, dia menatap Aditya nanar…
Aditya berusaha meredam kemarahannya, bulir bening itu turun dari matanya berkali-kali. Kamu beruntung Neha, kehadiranmu diinginkan… kamu dinantikan, tapi aku? Tapi aku berusaha untuk mengerti Neha, aku tidak ingin menyalahkan siapapun.

Tapi aku tidak mau mengerti apapun, kamu tahu seandainya hal ini terdengar oleh orang luar apa yang akan mereka katakan tentangku? Tentang keluargaku?

Aditya terdiam, dia tidak tahu kata-kata apa yang harus dia katakan agar Neha mengerti…

Neha… “bruk, Neha membanting pintu begitu Aditya ingin mendekatinya, pergi… aku tidak mau mendengar apapun. Dibalik pintu Neha terisak, dia tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi.
Hening… Aditya telah pergi, dia mendengar langkah kaki yang mulai menjauhi kamarnya. Dia terisak lagi, dia ngk mau ketemu mama… dia benci, bagaimana bisa dia mengerti akan hal yang bahkan tak pernah dia tahu. Semuanya berubah dalam sekejap dan itu karena rasa yang tiba-tiba hadir dihatinya… cinta!

To be continue...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar