Hrithik Roshan as Anand Kishore
Katrina Kaif as Shanaya
Kareena Kapoor as Meera
Ranbir Kapoor as Prem
Abhisek Bachan as Jay (special appreance)
***
2 Januari 2006
Meera menutup diary yang dibacanya, bening kristal itu mengalir deras di matanya, bagaimana mungkin ini terjadi… ada perempuan lain di hati Anand, tunangannya. Anand jatuh cinta selain dirinya, semua itu terjadi sejak lama dan mirisnya Anand masih menunggu gadis itu saat pernikahan mereka sudah didepan mata. Jadi ini alasan kenapa Anand berubah sejak kepulangannya dari London? Ya… ada orang yang tiba-tiba datang diantara mereka. Meera menekurkan wajahnya di meja, dia tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya, dia menangis sesugukan.
Meera… “seseorang memanggilnya, ternyata Anand sudah pulang. Jarum jam telah menunjukkan pukul 15.45.
Aku sudah memanggilmu berulang-ulang, apa kamu ngk denger? Gimana kita jadi ke butik?
Meera mengangkat wajahnya dan menatap Anand…
Meera, ada apa? Kamu menangis? Apa yang terjadi? Tanya Anand heran melihat wajah Meera begitu basah.
Aku pikir kamu mencintai aku Anand… tapi…
Kamu ngomong apa sich Meera? Apa yang terjadi?
Ini… “Meera melemparkan diary yang dia baca tadi ke wajah Anand, aku berbicara tentang Shanaya. Shanaya… perempuan yang sering kau sebut didiary itu. Aku sedang berbicara tentangnya.
Meera… aku… “Anand tampak bicara terbata-bata.
Stop Anand… aku tidak mau mendengar apapun, aku tidak mengerti Anand, kenapa semua ini bisa terjadi? Kenapa? Kamu mencintainya Anand… dan itu sejak lama. Jadi ini alasannya kenapa kamu menunda sedemikian lama pertunangan kita dan Anand… kamu masih menulis tentangnya di malam sehari sebelum pertunangan kita? Oh my god… kenapa ini terjadi? Meera memegang kepalanya lalu terduduk dengan lemah… bagaimana bisa dia datang dan menyingkirkan aku? Ya tuhan kenapa aku begitu bodoh… aku benci kamu Anand, aku sangat membencimu… oke… aku pergi “Meera berlari keluar tanpa memperdulikan Anand yang terus memanggilnya.
Meera… tunggu, dengarkan aku dulu…
Denger apa? Denger kalau kamu mencintai Shanaya dan ingin bertemu dia lagi… ingin meminta waktu lebih lama untuk memastikan dia akan datang atau tidak? Kamu jahat Anand… kamu ngk tahu gimana perasaan aku “Meera semakin sesugukan.
Bukan begitu Meera, tolong dengerkan aku dulu… aku minta maaf, aku sudah lupain dia kok… tolong jangan begini, kita bisa omongin baik-baik.
Oh ya? “Meera berbalik… Kamu udah lupain dia? Kamu yakin?
Meera terus berlari keluar apartement dan setibanya dijalan… tiba-tiba ada mobil yang mendekat ke arah Meera…
Meera awas… gadis itu terjatuh disisi jalan dan Anand… cowok itu tergeletak bersimbah darah.
Anand… “Meera histeris melihat apa yang terjadi di hadapannya.
***
Meera hanya bisa menangis melihat Anand terbaring lemah. Dia belum sadarkan diri. Entah apa yang dia tangiskan, keadaan Anand ataukah kenyataan bahwa Anand mencintai orang lain? Berkali-kali Meera menghela nafas, kenyataan ini begitu menyakitkan…
Dia belum sadarkan diri… kita berdoa saja semoga dia cepat pulih dari masa kritisnya dan segera sadar “hanya itu yang diucapkan dokter pada orang tua Anand. Mereka tampak sangat terpukul melihat anaknya. Apalagi Meera, semua ini karena dia… kalau saja Anand tidak mendorongnya semua ini tidak akan terjadi. Sulit untuk diungkapkan bagaimana perasaannya saat ini.
Meera memasuki ruangan Anand dirawat, dia memandangi Anand dengan sendu.
Kenapa Anand? Kenapa? Kenapa harus ada orang lain diantara kita? Meera kembali menangis, dia terisak… digenggamnya jemari Anand. Bagaimana bisa dia datang dan merebut hatimu dalam sekejap? Sekian lama kita bersama tapi ternyata masih ada celah dihatimu untuk dia masuk dan sihir apa yang membuatmu berpaling dariku, kita udah bersama sejak lama Anand… kenapa? Aku mencintaimu Anand… aku sangat mencintaimu… “tiba-tiba Anand menggerakkan jarinya.
Anand kamu bangun? Dokter… “Meera tampak begitu bersemangat melihat Anand bergerak. Segera seorang dokter datang memeriksa keadaannya … Shanaya “kata itu keluar dari mulut Anand, Meera tampak tertegun tanpa kata. Dia melepaskan genggaman tangannya. Bulir bening dimatanya jatuh sekali lagi, guratan diwajahnya nampak jelas menyiratkan luka yang mulai berdarah. Bibirnya bergetar menahan tangis.
Ini hanya pergerakan biasa nona, biasa terjadi pada pasien yang sedang dalam masa kritis… tapi siapa Shanaya? Sebaiknya anda menyuruhnya datang… Dokter itu bertanya tapi Meera hanya diam dan keluar dari ruangan. Dia menangis, hatinya begitu terluka. Shanaya… gadis itu benar-benar telah menyingkirkannya keluar dari hati Anand.
***
Siapa Shanaya? Kamu pasti tahu sesuatu kan Meera… “ibu Anand langsung bertanya pada Meera begitu mendengar penjelasan dokter.
Aku tidak tahu bu… aku tidak tahu dia siapa?
Kenapa Anand memanggil dia? Kalian sudah bersama selama lima tahun kan… katakan sesuatu nak, apa dia temen Anand? Mungkin kalau dia datang Anand bisa bangun. Ibu ngk mau kehilangan Anand… “wanita paruh baya itu menangis sesugukan.
Aku benar-benar tidak mengenalnya bu… Anand tidak pernah bercerita tentangnya.
Shanaya? Dia kan teman Anand waktu di London… “tiba-tiba paman Anand datang menyela pembicaraan mereka.
Apa? Ibu Anand sangat kaget mendengarnya.
Iya… dia pernah membawanya kerumah sewaktu ulang tahun pernikahanku, tapi aku tidak begitu mengenalnya karena memang Anand hanya membawanya sekali itu saja. Tapi kenapa Anand memanggil dia?
Semuanya sontak memandang kearah Meera, entah karena apa? Banyak hal yang tidak terjawab… tapi satu hal yang dia tahu, karena Anand mencintainya… gadis itu hanya menekurkan wajahnya. Dia merasa hatinya begitu sakit dengan keadaan ini, apa keluarga Anand tidak tahu, mendatangkan Shanaya kesini hanya akan membuat lukanya semakin dalam.
***
Meera melihat dari balik kaca ruangan Anand, tampak ibu cowok itu begitu terpukul dengan keadaan putranya. Rasa bersalah itu menyeruak lagi, guratan kesedihan diwajah wanita paruh baya itu begitu dalam, Meera menyeka airmatanya yang sejak tadi berusaha dia tahan. Dia terduduk dikoridor rumah sakit, dipandanginya cincin yang melingkar dijari manisnya, airmatanya semakin jatuh… pengikat apa ini? Hati Anand? Ngk… seseorang telah membawanya pergi dan rasanya dia tidak bisa mengikat apapun hanya dengan sebuah cincin. Meera menutup wajahnya dengan telapak tangan, dia semakin terisak, pikirannya kacau… apa yang harus dia lakukan sekarang?
To be continue…
Katrina Kaif as Shanaya
Kareena Kapoor as Meera
Ranbir Kapoor as Prem
Abhisek Bachan as Jay (special appreance)
***
2 Januari 2006
Meera menutup diary yang dibacanya, bening kristal itu mengalir deras di matanya, bagaimana mungkin ini terjadi… ada perempuan lain di hati Anand, tunangannya. Anand jatuh cinta selain dirinya, semua itu terjadi sejak lama dan mirisnya Anand masih menunggu gadis itu saat pernikahan mereka sudah didepan mata. Jadi ini alasan kenapa Anand berubah sejak kepulangannya dari London? Ya… ada orang yang tiba-tiba datang diantara mereka. Meera menekurkan wajahnya di meja, dia tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya, dia menangis sesugukan.
Meera… “seseorang memanggilnya, ternyata Anand sudah pulang. Jarum jam telah menunjukkan pukul 15.45.
Aku sudah memanggilmu berulang-ulang, apa kamu ngk denger? Gimana kita jadi ke butik?
Meera mengangkat wajahnya dan menatap Anand…
Meera, ada apa? Kamu menangis? Apa yang terjadi? Tanya Anand heran melihat wajah Meera begitu basah.
Aku pikir kamu mencintai aku Anand… tapi…
Kamu ngomong apa sich Meera? Apa yang terjadi?
Ini… “Meera melemparkan diary yang dia baca tadi ke wajah Anand, aku berbicara tentang Shanaya. Shanaya… perempuan yang sering kau sebut didiary itu. Aku sedang berbicara tentangnya.
Meera… aku… “Anand tampak bicara terbata-bata.
Stop Anand… aku tidak mau mendengar apapun, aku tidak mengerti Anand, kenapa semua ini bisa terjadi? Kenapa? Kamu mencintainya Anand… dan itu sejak lama. Jadi ini alasannya kenapa kamu menunda sedemikian lama pertunangan kita dan Anand… kamu masih menulis tentangnya di malam sehari sebelum pertunangan kita? Oh my god… kenapa ini terjadi? Meera memegang kepalanya lalu terduduk dengan lemah… bagaimana bisa dia datang dan menyingkirkan aku? Ya tuhan kenapa aku begitu bodoh… aku benci kamu Anand, aku sangat membencimu… oke… aku pergi “Meera berlari keluar tanpa memperdulikan Anand yang terus memanggilnya.
Meera… tunggu, dengarkan aku dulu…
Denger apa? Denger kalau kamu mencintai Shanaya dan ingin bertemu dia lagi… ingin meminta waktu lebih lama untuk memastikan dia akan datang atau tidak? Kamu jahat Anand… kamu ngk tahu gimana perasaan aku “Meera semakin sesugukan.
Bukan begitu Meera, tolong dengerkan aku dulu… aku minta maaf, aku sudah lupain dia kok… tolong jangan begini, kita bisa omongin baik-baik.
Oh ya? “Meera berbalik… Kamu udah lupain dia? Kamu yakin?
Meera terus berlari keluar apartement dan setibanya dijalan… tiba-tiba ada mobil yang mendekat ke arah Meera…
Meera awas… gadis itu terjatuh disisi jalan dan Anand… cowok itu tergeletak bersimbah darah.
Anand… “Meera histeris melihat apa yang terjadi di hadapannya.
***
Meera hanya bisa menangis melihat Anand terbaring lemah. Dia belum sadarkan diri. Entah apa yang dia tangiskan, keadaan Anand ataukah kenyataan bahwa Anand mencintai orang lain? Berkali-kali Meera menghela nafas, kenyataan ini begitu menyakitkan…
Dia belum sadarkan diri… kita berdoa saja semoga dia cepat pulih dari masa kritisnya dan segera sadar “hanya itu yang diucapkan dokter pada orang tua Anand. Mereka tampak sangat terpukul melihat anaknya. Apalagi Meera, semua ini karena dia… kalau saja Anand tidak mendorongnya semua ini tidak akan terjadi. Sulit untuk diungkapkan bagaimana perasaannya saat ini.
Meera memasuki ruangan Anand dirawat, dia memandangi Anand dengan sendu.
Kenapa Anand? Kenapa? Kenapa harus ada orang lain diantara kita? Meera kembali menangis, dia terisak… digenggamnya jemari Anand. Bagaimana bisa dia datang dan merebut hatimu dalam sekejap? Sekian lama kita bersama tapi ternyata masih ada celah dihatimu untuk dia masuk dan sihir apa yang membuatmu berpaling dariku, kita udah bersama sejak lama Anand… kenapa? Aku mencintaimu Anand… aku sangat mencintaimu… “tiba-tiba Anand menggerakkan jarinya.
Anand kamu bangun? Dokter… “Meera tampak begitu bersemangat melihat Anand bergerak. Segera seorang dokter datang memeriksa keadaannya … Shanaya “kata itu keluar dari mulut Anand, Meera tampak tertegun tanpa kata. Dia melepaskan genggaman tangannya. Bulir bening dimatanya jatuh sekali lagi, guratan diwajahnya nampak jelas menyiratkan luka yang mulai berdarah. Bibirnya bergetar menahan tangis.
Ini hanya pergerakan biasa nona, biasa terjadi pada pasien yang sedang dalam masa kritis… tapi siapa Shanaya? Sebaiknya anda menyuruhnya datang… Dokter itu bertanya tapi Meera hanya diam dan keluar dari ruangan. Dia menangis, hatinya begitu terluka. Shanaya… gadis itu benar-benar telah menyingkirkannya keluar dari hati Anand.
***
Siapa Shanaya? Kamu pasti tahu sesuatu kan Meera… “ibu Anand langsung bertanya pada Meera begitu mendengar penjelasan dokter.
Aku tidak tahu bu… aku tidak tahu dia siapa?
Kenapa Anand memanggil dia? Kalian sudah bersama selama lima tahun kan… katakan sesuatu nak, apa dia temen Anand? Mungkin kalau dia datang Anand bisa bangun. Ibu ngk mau kehilangan Anand… “wanita paruh baya itu menangis sesugukan.
Aku benar-benar tidak mengenalnya bu… Anand tidak pernah bercerita tentangnya.
Shanaya? Dia kan teman Anand waktu di London… “tiba-tiba paman Anand datang menyela pembicaraan mereka.
Apa? Ibu Anand sangat kaget mendengarnya.
Iya… dia pernah membawanya kerumah sewaktu ulang tahun pernikahanku, tapi aku tidak begitu mengenalnya karena memang Anand hanya membawanya sekali itu saja. Tapi kenapa Anand memanggil dia?
Semuanya sontak memandang kearah Meera, entah karena apa? Banyak hal yang tidak terjawab… tapi satu hal yang dia tahu, karena Anand mencintainya… gadis itu hanya menekurkan wajahnya. Dia merasa hatinya begitu sakit dengan keadaan ini, apa keluarga Anand tidak tahu, mendatangkan Shanaya kesini hanya akan membuat lukanya semakin dalam.
***
Meera melihat dari balik kaca ruangan Anand, tampak ibu cowok itu begitu terpukul dengan keadaan putranya. Rasa bersalah itu menyeruak lagi, guratan kesedihan diwajah wanita paruh baya itu begitu dalam, Meera menyeka airmatanya yang sejak tadi berusaha dia tahan. Dia terduduk dikoridor rumah sakit, dipandanginya cincin yang melingkar dijari manisnya, airmatanya semakin jatuh… pengikat apa ini? Hati Anand? Ngk… seseorang telah membawanya pergi dan rasanya dia tidak bisa mengikat apapun hanya dengan sebuah cincin. Meera menutup wajahnya dengan telapak tangan, dia semakin terisak, pikirannya kacau… apa yang harus dia lakukan sekarang?
To be continue…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar