Kamis, 01 Januari 2015

CERBUNG SAANS (Part 20 - Ending)

Hrithik Roshan as Anand Kishore
Katrina Kaif as Shanaya
Kareena Kapoor as Meera
Ranbir Kapoor as Prem
Abhisek Bachan as Jay (special appreance)

***
Meera, kita mau kemana?

Kamu diam aja ya, ntar juga tahu kok… “walaupun heran Shanaya berusaha untuk tenang, dia yakin Meera tidak akan berbuat hal yang aneh padanya.

Sampai… yuk turun. Shanaya mengikuti Meera turun dari mobil. Kenapa kamu membawa aku kesini? Ngapain kita ke gereja malam-malam seperti ini, “Shanaya tampak bingung kenapa Meera membawanya kegereja kemarin tapi dia begitu takjub melihat tempat itu, taman diluar itu begitu indah, lampu-lampu yang gemerlap… dan didalam seperti ada sebuah pemberkatan. Shanaya membuka pintu dan alangkah terkejutnya dia, disana ada Prem, papanya dan… Anand. Bagaimana bisa mereka semua ada disini.

Shanaya terperanjat dengan apa yang dilihatnya. Jantungnya berdegup kencang, kakinya seperti tertanam dibumi… tak ada kata yang mampu dia ucapkan, semua seperti tertelan hingga ulu hati, nafasnya seperti tertahan di tenggorokan. Rasanya begitu sesak, hanya bulir bening yang mengalir deras dimatanya.

Meera memegang tangan Shanaya, menjelaskan kebingungannya. Sejak aku tahu kamu di Mumbai aku memberi tahu Anand, dia masih menunggumu Shanaya… percayalah, Anand tidak pernah menghianatiku, dia hanya bertemu seseorang yang ditakdirkan untuknya dan mungkin memang disaat bersamaku. Aku sadar… tidak selamanya orang yang tepat itu datang pada waktu yang tepat, mungkin memang kamu datang diwaktu yang salah, tapi kamu tidak mengambilnya waktu itu… tapi kamu lebih memilih tuhan memberikannya diwaktu yang tepat.

Shanaya menatap Meera, airmatanya jatuh. Meera memeluk gadis itu, isaknya tertahan… dia menghapus airmata Shanaya, lihat… dia sedang menunggumu. Shanaya menatap Anand… laki-laki berjalan mendekatinya, rasanya begitu sulit untuk digambarkan.

Anand… “hanya kata itu yang mampu diucapkan Shanaya, dia tertegun, sosok itu berdiri dihadapannya sekarang, sosok yang sangat dia rindukan selama tujuh tahun ini. Tidak ada yang perlu disembunyikan… ya, dia masih sangat mencintainya.

Sejak kapan India punya 2 taj mahal? Kalimat itu keluar dari mulut Anand, Shanaya tersneyum, dia tidak dapat menahan airmatanya, bulir bening itu terus menetes membasahi pipinya. Dia tersenyum melihat sosok dihadapannya kini…
Sejak lama aku menunggumu… Shanaya. Kenapa begitu lama kamu datang, haruskah aku menunggu seumur hidup?
Tapi aku tidak menunggumu Anand… hanya saja aku belum menemukan orang lain setelah kamu.

Anand tidak mengatakan apapun, dia langsung memeluk Shanaya dengan erat… aku mencintaimu, aku mencintaimu Shanaya.
Shanaya masih diam, dia masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya… Dia bahkan tidak pernah membayangkan akan bertemu Anand lagi setelah sekian lama.

Anand... Aku pikir, perasaan yang aku rasa 8 tahun yang lalu hanya emosi sesaat karena aku kesepian tapi… ternyata rasa itu tetap ada sampai sekarang. Aku tidak menemukan siapapun Anand. Anand tersenyum mendengar penuturan Shanaya.

Aku tidak Shanaya, sejak pertama kali aku melihatmu aku sudah yakin kalau ini perasaan yang utuh, bukan sesaat … dan saat aku melamarmu delapan tahun yang lalu aku sudah berpikir ribuan kali… semua itu bukan kalimat yang terlontar begitu saja. Aku mencintaimu Shanaya… sejak dulu, saat pertama kali aku melihatmu di coffee shop itu, aku kecewa saat kamu bilang kamu udah tunangan, tapi aku tetap mencintaimu, saat itu aku merasa aku bodoh… tapi Shanaya aku benar-benar bahagia melihatmu tersenyum. Saat kamu pergi aku merasa duniaku hilang… tapi kali ini aku mohon jangan pergi lagi. 7 tahun ini tidak satu hari pun aku lewati tanpa mengingatmu… Anand lalu berlutut dihadapan Shanaya.

Shanaya… Kamu mau kan menikah denganku? Sekarang... Aku akan mencintaimu seperti yang kamu inginkan, aku bekerja dengan baik dan tidak akan mengurangi waktu bersamamu… aku akan memelukmu, menciummu setiap hari dan aku akan bawakan setangkai bunga untukmu setiap hari, aku ingin menghabiskan seumur hidupku bersamamu, aku ingin tua bersamamu… kamu tahu, dari sekian banyak orang, Cuma kamu yang ingin aku miliki… aku mohon Shanaya, kali ini jangan katakan “tidak”…

Shanaya tertegun, kalimat itu yang pernah diucapkan Anand 8 tahun yang lalu dan dia masih mengingatnya dengan baik… Shanaya lalu menatap Papanya yang berdiri tak jauh darinya… papanya itu tersenyum sambil menganggukkan kepalanya…

Shanaya berbalik menatap Anand… tak lama dia tersenyum dan menganggukkan kepalanya dengan cepat…
Aku mau… “ucapannya disela tangisnya, dia langsung memeluk Anand.

Jangan pergi lagi Shanaya, aku sudah lewati banyak waktu hanya untuk menunggu hari ini… “Anand berkata tepat ditelinga Shanaya, gadis itu hanya diam dan memeluk Anand semakin erat.

Meera tersenyum melihat mereka. Pemberkatan mereka dilaksanakan saat itu juga. Rasanya lebih tenang.
Ya… terkadang memang tidak selamanya mencintai orang lain itu sesuatu yang disebut mendua… kerena hati itu tidak pernah tahu, mana tepat dan tidak tepat, mana pantas dan tidak pantas. Tak ada seorangpun yang bisa menebak, kapan, dimana dan pada siapa kita akan jatuh cinta. Cinta itu tidak salah, yang salah hanya ketika kamu sengaja berbagi hati dan tidak berniat untuk memilih.

TAMAT

CERBUNG SAANS (Part 19)


Hrithik Roshan as Anand Kishore
Katrina Kaif as Shanaya
Kareena Kapoor as Meera
Ranbir Kapoor as Prem
Abhisek Bachan as Jay (special appreance)

***
Shanaya masih kaget dengan apa yang terjadi hari ini, kalau Meera sudah menikah bagaimana dengan Anand? Dimana dia sekarang? Shanaya tampak bingung.

Hei… “Jay mengagetkannya. Kok diem aja, kamu lagi mikirin apa?
Ngk apa-apa “jawab Shanaya berusaha terlihat santai.
Meera banyak bercerita tentangmu ”ucapan Jay mengagetkan Shanaya. Mereka duduk diberanda rumah, Meera sedang sibuk bermain dengan anaknya.
Shanaya menatap Jay heran…

Dia banyak terluka Shanaya, terlalu banyak dia menangis. Saat dia membatalkan pernikahannya dengan Anand aku bingung… tapi pada akhirnya dia bilang, percuma hidup bersama seseorang yang tidak mencintainya, sejak itu dia tidak pernah terlihat ceria. Aku selalu berusaha menghiburnya, menemaninya, meyakinkan dia kalau semuanya akan baik-baik saja.

Kamu tahu… bahkan dihari pertunangan mereka pun, Anand pernah bilang padaku kalau dia tidak yakin dengan semua itu. Aku heran dan bertanya, apa yang terjadi? Dan ternyata Anand jatuh cinta pada wanita lain, yaitu kamu… dan aku tidak pernah menyangka ternyata dia tidak pernah melupakan kamu.

Maafkan aku… “hanya kata itu yang mampu diucapkan Shanaya setelah cukup lama terdiam.

Jay menggelengkan kepalanya… ngk Shanaya, tidak ada yang salah disini, Anand, kamu ataupun Meera, tidak ada yang salah diantara kalian… kamu sudah melakukan yang terbaik, aku juga tahu pasti sulit bagimu melewati tujuh tahun ini sendirian. Ternyata bener ya… cinta itu emang terkadang ngk masuk akal. “Jay tersenyum.

Lupakan tentang aku, kamu sangat mencintai Meera kan? Tanya Shanaya berusaha mengalihkan pembicaraan.

Ya… sangat, bahkan sejak lama. Tapi aku tidak berusaha untuk mengatakannya, aku cukup bahagia melihat dia bahagia. Tapi saat dia terluka dengan pernikahannya, aku sungguh sedih. Saat itulah aku berusaha untuk membuat dia tersenyum lagi, ceria lagi seperti dulu… saat itulah aku jujur kalau aku mencintainya sejak lama… dan…

Dia setuju menikah denganmu? Sambung Shanaya cepat.
Ya… “ujar Jay sambil tersenyum.

Shanaya tertawa ringan, kamu beruntung Jay… kamu bisa hidup bersama orang yang kamu cintai.

Kamu juga akan hidup bersama orang yang kamu cintai Shanaya… jodoh itu ngk akan tertukar, cepat atau lambat itu hanya masalah waktu “ucapan Jay membuat Shanaya tersenyum.

Hai hai… asik banget ngobrolnya “tiba-tiba Meera muncul diantara mereka.

Hmmm... “Shanaya hanya tersenyum tipis.
Shanaya… sini dech, aku punya sesuatu buat kamu, “tanpa basa basi Meera menarik tangan Shanaya ke dalam kamarnya.

Ini… “Meera menyodorkan sebuah kotak pada Shanaya dan gadis itu langsung membukanya.
Gaun pengantin? Untuk aku? “Shanaya terpana melihat isi kotak itu yang ternyata adalah gaun pengantin yang sangat indah.

Ya… itu gaun yang aku pakai waktu hari pernikahanku dengan Anand. Sejak itu aku tidak pernah memakainya lagi bahkan dihari pernikahanku dengan Jay. Aku hanya menyimpannya dan aku bertekad aku akan memberikannya padamu suatu hari nanti.

Kenapa Meera? Kenapa kamu lakukan semua ini buat aku…
Shanaya… kamu ingat di malam aku pulang waktu aku mabuk, aku tahu aku mengatakan sesuatu yang menyakitimu. Maafkan aku… waktu itu aku sedang marah dan emosi.

Meera, aku udah maafin kamu kok. Jauh sebelum kamu memintanya. Aku baik-baik aja Meera, kalau aku jadi kamu mungkin aku akan lebih marah dan aku mungkin ngk bisa lakuin semua ini. Aku ngerti kok… “Shanaya memeluk Meera dengan hangat.

Shanaya… saat itu aku mengerti kenapa Anand mencintaimu, kenapa Anand jatuh cinta padamu.
Shanaya hanya tersenyum menatap Meera, ada bulir bening mengalir disudut matanya yang sembab.
Kamu cobain dech gaunnya, siapa tahu cocok…
Oke “jawab Shanaya segera berganti baju…

Setelah berganti pakaian, Shanaya keluar ruangan hendak mencari Meera untuk meminta pendapatnya tentang gaun yang dipakainya…

Meera, Meera… kamu dimana?
Shanaya… ikut kita yuk “tiba-tiba Meera menarik tangan Shanaya dengan cepat.
Eh mau kemana sich? Aku pakai baju ginian… aku ganti dulu ya.
Ngk keburu, udah dech.. bentar aja kok.
Sebenarnya kita mau kemana sich, trus baju ini gimana? Aku ngk pedean nich pake baju ini jalan-jalan, ntar dikirain pengantin kabur lagi…
Meera hanya tersenyum mendengar celotehan Shanaya, sementara jay sibuk menyetir mobil. Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam…

To be continue…

CERBUNG SAANS (Part 18)


Hrithik Roshan as Anand Kishore
Katrina Kaif as Shanaya
Kareena Kapoor as Meera
Ranbir Kapoor as Prem
Abhisek Bachan as Jay (special appreance)

***
Mama… tampak seorang putri kecil yang cantik berlari memeluk Meera. Dia sangat manis, dia anak Meera dan tentunya anak Anand juga. Rasanya begitu sakit, Shanaya berusaha menyembunyikan airmatanya.
Ini anakku Shanaya, Sanju salamin tante nak… ini tante Shanaya, teman mama.

Hallo tante, anak itu mencium tangan Shanaya. Kali ini Shanaya tidak bisa menyembunyikan airmatanya, satu tetes berhasil jatuh dari matanya.
Hallo sayang, Shanaya memeluk anak itu dengan hangat. Meera melihatnya sambil tersenyum.
Tante kenapa nangis? Anak itu menyeka airmata yang jatuh dipipi Shanaya.
Ngk kok sayang, tante cuma lagi ingat dengan seseorang.
Kamu ingat Anand? Meera memotong menyela perkataan Shanaya. Gadis itu terdiam, dia hanya menatap Meera lama.

***
Shanaya dan Meera sedang duduk disebuah taman bermain, mereka asik melihat Sanju sedang bermain kesana kemari.
Kamu ingat Anand kan Shanaya… Apa kamu masih mencintainya?

Shanaya menatap Meera heran, kenapa kamu menanyakan ini?
Meera meraih tangan Shanaya…. Tolong jujur sama aku, kamu masih mencintainya kan?
Meera… aku… “Shanaya bicara terbata-bata.
Please Shanaya jangan bohong… kamu sudah membohongi aku 7 tahun yang lalu, jangan bohongi aku lagi sekarang “Meera menatap Shanaya penuh harap, Shanaya tidak menjawab dia hanya menganggukkan kepalanya, tampak jelas butiran bening itu turun dari matanya, tak ada yang bisa dia katakan lagi.
Meera tersenyum, dia memeluk Shanaya… Shanaya, Sanju itu… dia bukan anak Anand.
Apa? Shanaya kaget bukan kepalang, dia melepaskan pelukan Meera…

Ya Shanaya… Sanju itu anak aku, tapi dia bukan anak Anand, aku tidak menikah dengan dia. Inilah hal penting yang ingin aku katakan. Tujuh tahun yang lalu, memang aku akan menikah dengannya, tapi saat aku menaiki altar aku bisa lihat disorot matanya masih ada kamu… Shanaya. Dia masih menginginkanmu, dia masih menunggumu… kalau kamu tidak bisa menikah dengan orang yang tidak kamu cintai, lalu bagaimana bisa aku bisa menikah dengan orang yang tidak mencintaiku… aku mencarimu Shanaya, bahkan Anandpun, dia mencarimu tapi gagal, kami tidak menemukan keberadaanmu. Kamu kemana aja? Tapi lihat… takdir mempertemukan kita kembali. Kamu pernah bilang kan, kamu berharap suatu saat kalau kita ketemu lagi, aku sudah menikah… dan itu benar kan, hanya saja aku tidak menikah dengan Anand.

Shanaya masih terpana, dia tidak bisa menyembunyikan kekagetannya…

Setelah sekian lama aku baru menyadari, kebersamaan yang panjang tidak pernah menjamin kalau seseorang itu adalah jodoh kita. Pada awalnya aku memang marah Shanaya… kenapa kamu datang, kenapa kamu datang diantara aku dan Anand… bagaimana bisa semuanya bisa berubah dalam sekejap. Tapi… semakin lama aku semakin menyadari, kamu ngk salah… cinta itu bukan sesuatu yang salah, salah hanya ketika kita memaksakan perasaan… tapi kamu, kamu lebih memilih menepis perasaanmu agar tidak menyakiti orang lain.

Papaaaa…. “terdengar dari kejauhan suara Sanju.
Itu suamiku… Jay “Meera menjawab keheranan Shanaya melihat sosok laki-laki yang sedang menggendong Sanju.
Mereka mendekati Shanaya dan Meera.
Jay… kenalin ini Shanaya. Mereka pun berjabat tangan.
Shanaya, Hallo… “ucap Jay. Shanaya hanya tersenyum
Shanaya mampir kerumahku dulu ya… besok kamu mau balik ke London kan? Makan malam dirumahku dulu ya… please.
Oke… “jawab Shanaya sambil tersenyum.

To be continue…

CERBUNG SAANS (Part 17)


Hrithik Roshan as Anand Kishore
Katrina Kaif as Shanaya
Kareena Kapoor as Meera
Ranbir Kapoor as Prem
Abhisek Bachan as Jay (special appreance)

***
Perjalanan yang begitu melelahkan, tapi tetap Mumbai kembali mengingatkan Shanaya pada Anand. Entah kenapa cowok itu tidak pernah hilang dari pikirannya. Rasanya ini lebih dalam dari sebuah cinta. Dia berusaha untuk menepis segala kegalauan dan berusaha terlihat baik-baik saja di depan Prem

Meeting hari ini berjalan dengan lancar, Prem tampak sangat senang. Dia mengajak Shanaya untuk makan siang di sebuah restoran.

Shanaya… “tiba-tiba Shanaya dikagetkan oleh seseorang yang menepuk pundaknya dari belakang dan betapa terpananya Shanaya melihat gadis yang berdiri dihadapannya saat ini.
Meera? Kamu? “Shanaya hampir tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Hai Shanaya, apa kabar? Kamu ngapain disini? Ya ampun… dah lama banget ya kita ngk ketemu.
Aku baik… lagi ada kerja disini “jawab Shanaya sekenanya. Dia pun kaget bisa bertemu Meera setelah sekian lama.
Hai Prem… “ sapa Meera pada Prem.
Hai… kamu lagi apa disini, yuk ikut makan bareng kita “tawar Prem pada Meera.
Ngk usah, aku lagi buru-buru… Shanaya… Aku ingin bicara, kamu bisa?

Shanaya menatap Prem yang duduk dihadapannya sementara cowok itu hanya diam, dia pun sama sekali tidak mengerti apa yang harus dia katakaa… Aku sekarang ada kerja “hanya itu yang diucapkan Shanaya.
Ngk apa-apa, besok kita ketemu lagi disini ya… aku tunggu ”Meera tampak memohon.
Oke… “
Aku pergi dulu, sampai besok ”ucapnya sambil melambaikan tangannya pada Shanaya, gadis itu tak habis pikir kenapa semua hal tentang Anand tidak pernah hilang dari hidupnya. Ada apa lagi ini, disaat dia ingin melupakan semuanya dia malah dihadapkan pada sesuatu yang jelas-jelas membuka luka hatinya kembali, Meera, dia tak lain adalah orang yang dinikahi Anand tujuh tahun yang lalu.

Dia mau bicara apa lagi sama kamu Shanaya?
Entahlah, dia hanya ingin bertemu denganku besok.
Untuk apa lagi? Semua kan sudah jelas. Dia sudah menikah, untuk apa lagi dia bicara sama kamu. Shanaya kalau kamu mau, kita bisa balik ke London hari ini.

Ngk apa-apa, aku akan ketemu dia besok. Terlepas dari apapun aku tidak boleh lari dari kenyataan. Aku sudah bertekad, Meera temanku… menghindarinya tidak akan membuatku lebih baik.
Prem terdiam, lari dari kenyataan memang tidak akan memperbaiki apapun, dia tersenyum, dalam hatinya dia sangat kagum dengan Shanaya.

***
Shanaya melangkahkan kakinya memasuki restoran itu, dia bisa melihat Meera duduk sendirian di salah satu meja.
Hai… kamu menungguku? Maaf ya aku telat, tadi ada keperluan “Shanaya tampak agak canggung.
Ngk apa-apa kok, aku juga baru datang. Aku ingin mengatakan sesuatu Shanaya tapi ngk disini, kamu mau kan ikut denganku kesuatu tempat.

Shanaya agak terdiam, tapi akhirnya dia mengangguk sambil tersenyum.
Setibanya…
Kamu masih ingat tempat ini kan Shanaya? Kita pernah kesini tujuh tahun yang lalu.
Ya… Shanaya tampak tersenyum, “ini taman disamping gereja yang dulu mereka sempat berdoa disini sebelum menjenguk Anand.

Kenapa kamu bawa aku kesini? Tanya Shanaya.
Sejak 7 tahun yang lalu, aku tidak pernah kesini lagi. Dan hari ini aku kesini sama kamu lagi…
Digereja ini juga kan kamu menikah? Pertanyaan Shanaya membuat Meera terpana dan menatapnya agak lama tapi dia tak mengatakan apapun. Aku ingin bertemu kamu karena banyak hal yang ingin aku katakan.

Hal apa itu? pertanyaan Shanaya membuat Meera tersenyum dan mendekatinya.
Meera memajukan duduknya, dia menggenggam tangan Shanaya… kenapa kamu bohong sama aku Shanaya? Kamu dan Prem tidak menikah kan? Kenapa kamu bohong Shanaya?
Shanaya kaget dengan pertanyaan Meera, dia melepaskan genggaman tangan Meera… dan berdiri membelakangi Meera.
Kamu bingung kan aku tahu darimana? Aku sudah tahu sejak 7 tahun yang lalu Shanaya, Prem yang memberitahuku. Kenapa Shanaya?

Aku meninggalkannya bukan untuk menikah, aku hanya tidak ingin membawanya dari dunia yang sejak lama bersamanya, aku hanya tidak ingin jadi seseorang yang egois. Meera… aku sudah pernah bilang kan? Aku tidak ingin membebanimu maupun Anand dengan keadaanku. Aku hanya ingin kamu bahagia, dan semuanya udah kelar kan? Kamu udah nikah dan aku… aku hanya belum menemukan orang yang aku cintai.

Meera tersenyum… kamu udah ketemu kok, hanya saja kamu menghindarinya. “Shanaya menatap Meera dengan tatapan nanar.
Lupakan tentang aku, bagaimana hidupmu? Kamu udah punya anak? “Shanaya berusaha menyeka airmatanya.
Ya… namanya Sanju, umurnya 5 tahun. Sebentar lagi aku mau jemput dia disekolahnya, kamu mau ikut?

Boleh… “Shanaya berusaha tersenyum, diperjalanan suasana hatinya begitu tak menentu. Meera sudah memiliki seorang putri, dia ingin sekali menangis saat ini. Tapi untuk apa, bukankah dia sudah berjanji akan menerima semuanya dengan ikhlas. Bukankah dia sendiri yang bilang, dia tidak menunggu Anand. Tapi kenapa rasanya airmata ini begitu sulit untuk dibendung…

To be continue…

CERBUNG SAANS (Part 16)


Hrithik Roshan as Anand Kishore
Katrina Kaif as Shanaya
Kareena Kapoor as Meera
Ranbir Kapoor as Prem
Abhisek Bachan as Jay (special appreance)

***
Shanaya memasuki kamar yang memang sejak lama tidak dia tinggali, sejak dia membatalkan pernikahannya dengan Prem, papa sempat marah besar dan mengusir Shanaya dari rumah, dan memilih tinggal di apartement. Tapi semua itu telah berlalu, hari ini dia kembali ke kamar ini, sejak lama dan tidak ada yang berubah. Semuanya masih sama saat pertama kali dia pergi.

Shanaya menatap langit malam dari balkon kamarnya. Tiba-tiba dia teringat Anand… apa kabar dia sekarang? Bagaimana hidupnya sekarang? Semua itu seperti tanya yang tak akan terjawab karena Shanaya pun tak ingin mencari tahu. Jauh dilubuk hatinya dia masih mencintai cowok itu, ya masih sangat mencintainya. Ternyata perasaan yang dia sangka sekejap ternyata bertahan sampai saat ini, tak hilang sedikitpun. Tapi buat apa, Anand sudah punya kehidupannya sendiri sekarang, tapi Shanaya tidak menyesal, dia telah melakukan yang terbaik. Dia hanya tak ingin jadi penghalang kebahagiaan orang lain.

***
Shanaya… kamu kapan balik? Prem mengagetkannya saat sedang berada disebuah coffee shop.
Oh hai Prem… kemaren, kamu ngapain disini? Shanaya tampak senang melihat mantan tunangannya itu.
Ngk, aku lagi istirahat aja… kamu udah makan siang? Bareng yuk… “tawar Prem dan Shanaya hanya mengangguk sambil tersenyum.

Udah lama juga ya kita ngk ketemu, Jadi sekarang kamu kerja dimana? Tanya Prem disela makan siang mereka.
Belum ada, kontrakku udah selesai dan belum kepikiran kerja dimana lagi… istrimu apa kabar?
Baik… dia baik, kamu sendiri?
Ya… seperti yang kamu lihat “ucap Shanaya sambil meneguk minumannya.

Lama mereka terdiam, Prem hanya menatap Shanaya lama… entah apa yang ada dalam pikiran cowok itu…

Kenapa kamu ngelihatin aku kayak gitu? “Shanaya merasa risih sendiri Prem menatapnya sangat lama.
Dia Anand kan?
Shanaya kaget mendengar nama itu dan menatap Prem dengan wajah bingung.
Dia Anand kan? Orang yang membuatmu membatalkan pernikahan kita?

Shanaya tidak menjawab pertanyaan Prem, dia menekurkan kepalanya berusaha untuk bersikap biasa.
Aku bertemu Meera di Mumbai, dia menceritakan semuanya. Bagaimana kamu bisa seperti ini Shanaya, kamu masih mencintai dia? Aku tidak percaya ini Shanaya… kamu masih mencintainya dan bahkan sampai saat ini, yang mungkin saja saat ini dia sudah lupa pernah bertemu denganmu. Sudah 7 tahun Shanaya, dan kamu masih belum bisa melupakan dia? Kamu masih menunggunya? “Prem tampak tak habis pikir.

Aku tidak sedang menunggunya, hanya saja seseorang pernah bilang, “kita tidak bisa menikah dengan seseorang hanya karena dia baik tapi kita harus mencintainya” dan aku belum menemukan orang aku cintai… itu aja “jawab Shanaya santai. Prem hanya tersenyum menatap gadis itu lama.
Oh ya… kamu mau ngk kerja lagi dikantor aku? Ya… ngisi waktu luang aja… “Prem berusaha mengalihkan pembicaraan karena terlihat Shanaya mulai terlihat tidak nyaman.
Gadis itu hanya tersenyum… lihat besok aja ya.

***
Pagi ini Prem sangat kaget melihat kedatangan Shanaya di kantornya.
Shanaya… kamu.
Kamu bilang aku harus kerja disini lagi makanya aku datang.

Prem tampak sangat senang, masuk yuk… aku senang sekali kamu mau menerima tawaranku Shanaya.
Kenapa ngk? Aku pikir aku juga kangen dengan suasana disini… “ujar Shanaya sambil tersenyum.
Kapan kamu akan menikah? Pertanyaan Prem lagi-lagi membuat Shanaya terdiam, dia menghela nafas panjang sepertinya sangat tidak ingin bicara soal ini.
Prem… aku pasti aku menikah tapi dengan orang yang aku cintai, kamu jangan tanya ini lagi ya… please “Shanaya menatap Prem dengan penuh harap, cowok itu hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Anand pasti sangat spesial, hingga kamu begitu mencintainya”bisik Prem dalam hati.

Oh ya Shanaya… besok aku mau ke Mumbai, ada meeting dengan klien disana. Kamu ikut aku ya… “ajak Prem.
Mumbai?
Ya… kenapa? Kamu keberatan?
Shanaya hanya diam…
Karena Anand, kamu takut bertemu dengannya? Tenang Shanaya, Mumbai itu luas… kamu tidak akan bertemu dengannya. Lagian sampai kapan kamu akan menghindar? Buktikan kalau kamu sudah merelakannya.
Ya… aku ikut ”ucap Shanaya sambil tersenyum, Prem sangat senang mendengarnya.

To be continue…

CERBUNG SAANS (Part 15)


Hrithik Roshan as Anand Kishore
Katrina Kaif as Shanaya
Kareena Kapoor as Meera
Ranbir Kapoor as Prem
Abhisek Bachan as Jay (special appreance)

***
Meera tidak bisa menyembunyikan kekagetannya tentang apa yang baru terjadi, Shanaya… kenapa gadis itu membohonginya? Dia belum menikah dan… artinya dia masih mencintai Anand. Jadi ternyata Anand menunggu seseorang yang memang sedang menunggunya.
Lalu siapa dia sekarang?

Meera… Meera…
Ya… “jawab Meera terkaget dengan penggilan Anand.
Kamu kenapa sich? Kita udah sampai… Ada apa? Dari tadi diam aja kayak orang bengong, lagi mikirin apa sich?
Ngk apa-apa kok. Anand… kamu yakin mau menikah denganku?
Lho kenapa tiba-tiba kamu nanya kayak gini?
Kalau seandainya Shanaya belum menikah dan dia sedang menunggumu, apa kamu akan tetap melanjutkan pernikahan kita?
Anand terdiam agak lama, dia menatap Meera mencoba mencari tahu apa yang sedang terjadi.
Meera… kamu ngomong apa sich?
Jawab aku… “Meera bicara setengah membentak.
Meera… aku sudah lupakan semuanya, jangan bertanya soal itu lagi ya. Ya udah kamu istirahat dulu… jangan berpikir yang macam-macam. Besok hari pernikahan kita… oke ”ucap Anand tersenyum sambil mengacak-acak rambut Meera.
Apa kamu mencintaiku?
Anand kembali terdiam dengan pertanyaan Meera, dia pun bingung kenapa dia begitu enggan untuk mengatakan iya... Ya tuhan, benarkah Shanaya belum sepenuhnya pergi dari pikiran?
Tentu saja aku mencintaimu. Aku pergi dulu ya... "Jawab Anand setelah lama terdiam.
Gadis itu akhirnya turun dari mobil, dia masih menatap mobil Anand meninggalkan rumahnya. Entah kenapa hatinya merasa Anand sedang berbohong.

Malam harinya Meera tidak bisa memejamkan matanya sedikitpun. Entah karena esok pernikahannya ataukah karena kenyataan yang didengarnya tadi siang tentang Shanaya. Ditatapnya gaun yang akan dipakainya besok, hatinya merasa teriris.

***
Entah apa yang membuat Meera begitu bimbang, dia masih menatap dirinya di cermin. Semua telah siap, dirinya persis seperti apa yang dia pikirkan… gaun putih yang telah dipesannya sejak lama, persiapan pesta, semuanya… tapi kenapa Meera menatap pantulan dirinya di cermin dengan pandangan datar. Hari yang seharusnya dia bahagia tapi malah sebaliknya semuanya terasa begitu samar. Ada satu hal yang terpikir di benaknya… Shanaya, kenapa gadis itu membohonginya, bagaimana kalau seandainya Anand tahu? Apakah dia akan tetap mau menikah dengannya? Meera menghela nafas panjang, semua terasa begitu sesak, kenapa Shanaya membatalkan pernikahannya? Apakah karena Anand?

Meera, cepat nak… ini sudah waktunya kita ke gereja. “terdengar suara ayahnya memanggil Meera yang sejak tadi hanya mematung di depan meja rias.
Iya pa… “jawab Meera cepat. Dia menghela nafas sekali lagi, ya… dia harus pergi, Anand miliknya dan tidak ada yang bisa merubah itu. Meera melangkahkan kakinya keluar, menemui semua orang dan akhirnya mereka berangkat menuju gereja.

Meera melangkahkan kakinya menuju altar didampingi ayahnya, dilihatnya Anand sedang menunggunya. Terlihat sekali kalau cowok itu sedang memaksakan diri untuk tersenyum, itu membuat kebimbingan Meera muncul lagi… dia telah berada di samping Anand, ditatapnya cowok itu lekat-lekat, orang yang dicintainya yang sebentar lagi akan jadi suaminya. Meera sangat bahagia, dia berusaha menepis apa yang dirasakan hatinya dan pemberkatan pun dimulai.

***
7 tahun kemudian…

Januari 2013

Setelah 7 tahun Shanaya kembali menginjakkan kakinya di Heathrow, London. Sejak kembali dari Mumbai dia sudah memutuskan untuk menerima kontrak kerja di Melbourne, dia hanya tidak ingin siapapun mencarinya.

Papa… “Shanaya melihat papanya di kerumunan banyak orang.
Shanaya…”lelaki paruh baya itu segera memeluk anaknya. Sejak Shanaya membatalkan pernikahannya dengan Prem, papanya sempat tidak mau bicara dengannya tapi belakangan papanya sudah bisa menerima keputusan Shanaya dan tidak pernah mempersoalkannya lagi.

Bagaimana kerjanya di Melbourne Shanaya? Kamu ngk ingin melanjutkan kontrak? Tanya papanya ditengah perjalanan.
Ngk pa… Shanaya kangen disini, dekat papa… “ujarnya sambil tersenyum. Shanaya minta maaf ya pa…
Udahlah Shanaya, papa udah lupain kok… memang tidak mudah hidup dengan orang yang tidak kita cintai. Dan ini sudah bertahun-tahun Shanaya… kenapa kamu belum mau menikah?
Shanaya terdiam, pikirannya tertuju pada orang yang dia cintai, Anand. Mungkin sekarang Anand sudah menikah dan bahkan sudah memiliki anak berumur 5 atau 6 tahun.
Shanaya… “panggil papanya yang membuat Shanaya kaget.
Eh… aku hanya belum menemukan orang yang aku cintai pa…
Anand… apa kamu masih mencintainya? Lupakan dia nak, dia sudah melupakanmu. Dia sudah menikah, punya keluarga dan mungkin sekarang dia bahkan tidak mengingatmu.

Shanaya hanya tersenyum lalu mengalihkan pandangannya keluar jendela, papanya lalu diam tanpa ingin bertanya lagi.

To be continue…

CERBUNG SAANS (Part 14)

Hrithik Roshan as Anand Kishore
Katrina Kaif as Shanaya
Kareena Kapoor as Meera
Ranbir Kapoor as Prem
Abhisek Bachan as Jay (special appreance)

***
Shanaya sudah balik ke London… dia bilang Prem sudah memintanya balik “Meera memberitahu tentang kepergian Shanaya pada Anand, cowok itu hanya diam tanpa kata. Tak ada kata yang ingin dia sampaikan… Meera sepertinya mengerti ada rasa gelisah yang mungkin sulit untuk diungkapkan. Yang jelas Shanaya telah pergi, Anand harus bisa terima kalau dia harus berhenti berharap pada gadis itu.

Kenapa Anand? Tanya Meera.
Anand menatap Meera sambil tersenyum, tiba-tiba dia menggenggam tangan gadis itu… Meera, maaf untuk semuanya… Maukah kamu menikah denganku?
Meera kaget dan tersenyum, matanya terlihat berbinar, dia mangangguk cepat… ya Anand, aku mau… “Meera memeluk Anand dengan bahagia, air matanya jatuh, Anand… orang yang dicintainya, kini telah kembali padanya.

Setelah hari itu, Meera sepertinya sudah melupakan tentang Shanaya. Dia sangat bahagia, pernikahannya akan digelar seminggu lagi, entah kenapa Anand meminta pernikahan mereka dipercepat dan itu membuat Meera terlihat lebih senang. Dia sangat antusias mempersiapkan semuanya, dia sudah cuti dari pekerjaannya dan fokus pada persiapan pernikahan mereka.

***
Hari ini mereka sedang fitting gaun pengantin.
Gimana? Meera keluar dari ruang ganti, dia mengenakan gaun putih dalam yang sangat cantik, entah kenapa Anand merasa melihat Shanaya lagi di hadapannya. Dia tertegun sejenak. Senyuman itu masih terlihat jelas, bukan siluet tapi seperti sosok yang benar-benar nyata.

Anand… “panggilan Meera mengagetkan Anand, dia tersadar bukan Shanaya yang dihadapannya. Sangat cantik… “ucapnya ringan.
Meera tampak tersenyum bahagia dan berlalu mengganti pakaian lagi, mereka lalu berjalan-jalan membeli barang-barang lain yang diperlukan, seharian ini mereka menghabiskan waktu bersama, belanja, makan… rasanya Meera kembali ke masa saat mereka pacaran dulu dan tentunya tanpa kehadiran Shanaya. Meera merasa inilah Anand yang dikenalnya 5 tahun yang lalu dan sekarang telah kembali padanya.

Pernikahan tinggal 2 hari lagi, semua sudah siap… Meera seperti tidak sabar melihat gaun pengantin yang tergantung di kamarnya. Dia melihat ke seluruh sudut ruangan… kamar tercintaku, lusa aku ngk bakal disini lagi tapi dirumah Anand ”ckkkk…. “dia tertawa geli sendiri sambil merebahkan tubuhnya di tempat tidur, dia menatap langit-langit kamar dengan tersenyum bahagia.

***
Hari ini Meera sedang duduk disebuah Coffee shop, dia sedang menunggu Anand karena ada sedikit pekerjaan yang harus ditangani. Meera tampak begitu tenang sambil membolak balik majalah dan tiba-tiba dia melihat seseorang, Meera melihatnya lebih dekat… sepertinya aku kenal, lihat dimana ya? Bisiknya pada diri sendiri.

Prem… “nama itu muncul di ingatannya, ya itu Prem suaminya Shanaya, dia pernah melihat cowok itu didepan kantornya waktu di London saat dia mencari Shanaya.

Hai… “Meera menyapa cowok itu.
Cowok itu tampak heran melihat Meera.
Aku Meera, teman Shanaya…”ujar Meera sambil mengulurkan tangannya.
Hai… “cowok itu menjabat tangan Meera, kamu temannya Shanaya ya? Salam kenal… tapi kok Shanaya ngk pernah cerita ya?
Iya… kita baru kenal sekitar sekitar 1 bulan yang lalu, tapi kamu ngapain di Mumbai?
Ada perkerjaan disini dan besok aku sudah balik ke London…
Oh… duduk disana yuk, aku sendirian aja soalnya… “ajak Meera pada Prem.
Yap… kamu lagi ngapain disini sendirian? Tanya Prem setelah mereka duduk.
Ya… sebenarnya aku sedang menunggu tunanganku, dia bekerja di kantor itu ”ujar Meera sambil menunjuk sebuah kantor yang berada di ujung jalan. Kok bisa gantian gitu ya… Shanaya kan baru balik ke London, kamu malah kesini?
Shanaya ke Mumbai? Kapan?
Sekitar dua minggu yang lalu, tapi kok kamu sepertinya ngk tahu Shanaya ke Mumbai?
Ngk… dia ngk pernah bilang. “Prem meneguk kopinya, Meera tampak mengerutkan keningnya, dia terlihat bingung.
Tapi dia bilang, dia harus balik ke London secepatnya karena suaminya menelpon dia untuk balik… “ucap Meera masih dengan wajah bingungnya.
Suaminya? Siapa? Shanaya belum menikah “ucap Prem pasti.
KYA? Seperti tersambar petir di siang bolong Meera sangat terpana mendengar jawaban Prem. Tapi kamu?
Aku memang sudah menikah tapi bukan dengan Shanaya… “ucap Prem yang membuat Meera semakin terpana, Shanaya membohonginya. Tapi kenapa?

Sepertinya Shanaya bergurau. Aku memang bertunangan dengannya dan kami bahkan akan menikah tapi saat itu aku tidak mengerti kenapa dia menangis saat pemberkatan kita akan dimulai, aku bingung… dia sangat terisak dan aku bertanya dia kenapa? Tiba-tiba dia berkata, kalau dia tidak bisa menikah denganku. Aku sangat terpukul waktu itu. Dia pergi dari gereja dengan gaun pengantin dan itu benar-benar menyakitkan. Tapi setelah sekian lama, akhirnya dia mau jujur… dia mencintai orang lain.

Aku marah, tapi buat apa… aku berusaha mengerti dan berusaha menganggap Shanaya seorang teman. Tapi jujur saat itu aku sangat mencintainya… dia selalu bilang aku sok sibuk dan tidak pernah ada waktu untuknya. Tapi aku sangat mencintainya, mungkin saja aku tidak tahu cara menunjukkannya. Butuh waktu lama untukku bisa melupakan Shanaya, tapi mungkin memang dia bukan jodohku. Sampai sekarangpun… dia selalu menolak memberitahu bila aku bertanya siapa orang yang dia cintai. Tapi sekarang… semuanya jauh lebih baik. Aku bisa mengerti keputusan Shanaya dan juga aku pun sudah menikah karena aku pikir… aku ngk akan bahagia menikah dengan orang yang tidak mencintaiku dan sekarang, Shanaya bagiku hanya seorang sahabat. Istriku juga berhubungan baik dengannya.

Meera terdiam tanpa kata mendengar semua penjelasan Prem, ini lebih mengagetkan dari pada saat dia menemukan diary Anand.
Meera… ada apa? Prem sepertinya bingung melihat Meera yang tiba-tiba terdiam.
Shanaya mencintai tunanganku… dan ternyata dia belum melupakannya “ucapan Meera membuat Anand kaget bukan main, dia hanya menatap Meera lama tanpa berkata apapun.

To be continue…

CERBUNG SAANS (Part 13)


Hrithik Roshan as Anand Kishore
Katrina Kaif as Shanaya
Kareena Kapoor as Meera
Ranbir Kapoor as Prem
Abhisek Bachan as Jay (special appreance)

***
Lama mereka terdiam, tampak jelas rasa canggung itu terasa begitu kentara karena mereka memang sudah 2 tahun tidak bertemu.

Kenapa kamu menatapku seperti itu? Shanaya jadi serba salah karena dari tadi Anand terus menatapnya.
Aku hanya sedang memastikan apa kau benar-benar ada dihadapanku. Kamu disini, untuk apa Shanaya?
Untukmu… Meera memberitahuku kalau kamu kecelakaan, makanya aku datang untuk menjengukmu dan syukurlah kamu udah sadar, aku sangat senang Anand…
Aku juga… aku senang bisa melihatmu lagi dan bagaimana kabarmu…? Tanya Anand.
Aku baik… “
Pernikahanmu?
Ya… semuanya baik-baik saja, Prem banyak berubah setelah kami menikah.

Anand hanya tersenyum mendengar ucapan Shanaya, gadis itu telah bahagia dengan kehidupannya. Rasanya begitu sesak, benarkah rasa masih merindukannya ini salah?

Kamu belum punya anak? Pertanyaan Anand membuat Shanaya terdiam agak lama lalu menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis.
Kenapa? Tanya Anand lagi.
Belum sekarang, kamu kenapa belum menikah? Pertanyaan Shanaya membuat Anand berpaling dan menatap jauh kedepan, tidak ada jawaban yang dia keluarkan. Hening itu kembali terasa, Shanaya tak ingin bertanya lagi.

Anand… Aku berharap kamu menunda pernikahanmu bukan karena aku. Aku sudah lupain semuanya Anand, semuanya dan kedatanganku kemari hanya ingin menjengukmu sebagai seorang teman, ngk lebih dan aku akan kembali ke London secepatnya, aku berharap kamu segera menikah dengan Meera. Dia sangat mencintaimu Anand, percayalah tidak ada perempuan lain yang bisa seperti dia. Dia yang terbaik untukmu… baik Anand, aku pergi dulu, mungkin Meera telah menunggu terlalu lama, bye. Jaga dirimu baik-baik ya… “Shanaya mengulurkan tangannya tepat dihadapan wajah Anand, cowok itu hanya tertegun menatapnya dan tak lama dia menjabat tangan gadis itu. Shanaya tampak tersenyum bahagia, dan tak lama dia pun melangkah pergi.
Anand hanya bisa melihat gadis itu berjalan menjauh darinya, dia merasa hatinya begitu sakit… gadis itu telah jadi milik orang lain, mungkin Shanaya benar… dia pun harus bisa melupakan gadis itu.

***
Jarum jam sudah menunjukkan pukul 12 malam, Meera belum juga pulang, handphonepun mailbox, Shanaya terlihat sangat khawatir. Sejak dari rumah sakit tadi, Shanaya tidak tahu Meera kemana, dia juga meninggalkannya sewaktu dirumah sakit.
Tiba-tiba ada yang datang. Shanaya kaget bukan main… Meera pulang dalam kondisi mabuk berat, dia berjalan tertatih-tatih.

Meera… apa yang terjadi? Kamu kenapa?
Meera menatap Shanaya lama… Kamu siapa?
Meera… aku Shanaya? Ada apa? Kenapa kamu begini?
Shanaya… kamu pikir kamu siapa? Meera membentak gadis itu.
Meera… “Shanaya terheran.

Kamu tahu aku sangat membencimu, sangat membencimu… bagaimana bisa kamu datang diantara kami dan merusak semuanya? Kamu tahu… 5 tahun, “Meera memperlihat tangannya ke muka Shanaya… dan kamu, kamu merusaknya hanya dalam waktu 2 bulan. Wah… kamu sangat hebat. Apa yang kamu lakukan pada Anand? Bagaimana kamu menjeratnya? Bagaimana? Kamu tidur dengannya? Tiba-tiba air mata Shanaya jatuh mendengar tuduhan Meera padanya. Dia masih menatap Meera yang terlihat semakin tak terkendali.

Kamu menangis? Kenapa Shanaya? Bukankah kamu wanita hebat, kamu mampu melakukan sesuatu yang tak bisa kulakukan selama bertahun tahun dan kamu bisa melakukannya selama dua bulan saja… wah... “Meera tampak bertepuk tangan dalam keadaan tertatih.
Shanaya hanya tertegun… Ayo Meera, sebaiknya kamu tidur… Shanaya membimbingnya ke kamar, menidurkan cewek itu dan menyelimutinya. Dia keluar… semua perkataan Meera terngiang di benaknya, kali ini Shanaya terisak, dia merasa hatinya begitu sakit.

***
Pagi harinya… Meera terbangun, dilihatnya Shanaya sedang memasukkan pakaiannya ke koper…

Shanaya… kamu lagi ngapain?
Aku akan balik ke London, semalem Prem telpon… aku harus balik. Aku udah pesan tiket untuk penerbangan satu jam lagi.
Apa? Kenapa kamu tidak memberitahuku semalem. Kenapa begitu mendadak?
Semuanya sudah baik-baik saja, Anand sudah sembuh dan… untuk apalagi aku disini? Kamu pulang udah larut, dan terlihat sangat capek… kamu langsung tidur. Ada apa Meera? Semuanya baik-baik aja kan? Kenapa kamu minum begitu banyak?

Meera terdiam dia agak lupa dengan kejadian semalam hanya saja wajahnya agak terlihat sendu. Tapi, aku tidak mengatakan apapun kan? Tanya Meera tampak khawatir.
Shanaya terdiam sambil terus mengemasi barang-barangnya, dia tidak menjawab pertanyaan Meera.
Aku mengatakan sesuatu ya? Shanaya… kenapa kamu diam saja, maafkan aku…

Shanaya tersenyum dan menatap Meera, maaf untuk apa… aku ngk apa-apa, sama sekali ngk masalah kok… jangan minta maaf Meera, aku mengerti posisimu, kalau aku ditempatmu mungkin aku akan lebih marah. Kamu jangan cemas aku akan pergi sejauh mungkin, aku juga punya kehidupan sendiri dan suamiku. Aku pergi, kamu ngk usah antar… itu akan lebih sulit bagiku untuk pergi.
Meera terdiam tanpa kata… kamu jangan salah sangka tentang kemarin, aku yakin mulai hari ini Anand hanya menganggapku teman, hanya teman. Kamu tahu Meera, kamulah satu-satu perempuan yang terbaik untuk Anand ”ujar Shanaya sambil tersenyum dan mengemasi barang-barangnya.

Meera… aku doakan semoga pernikahanmu lancar dan tidak ada halangan apapun, kamu perempuan terbaik untuk Anand, bukan siapapun… dan aku sudah siapkan sarapan untukmu, jangan lupa dimakan ya, aku pergi dulu… aku berharap kita bisa ketemu lagi, suatu saat dan aku harap saat itu kamu sudah menikah dengan Anand… I miss you “Shanaya tersenyum begitupun Meera.

Oh ya satu lagi, Shanaya mendekat dan memeluk Meera dengan erat, percayalah… selama di London aku hanya tertawa bersamanya, menghabiskan waktu… aku bahagia Meera dan selain itu tidak ada sesuatu apapun yang terjadi. Percayalah… “Shanaya meneteskan airmatanya. Jaga diri kamu baik-baik ya ”Shanaya berlalu sambil tersenyum, Meera hanya bisa terdiam… dia tidak tahu harus mengatakan apa, dia yakin ada sesuatu yang dia katakan semalam yang membuat Shanaya tersinggung, tapi apa? Dia hanya menatap Shanaya pergi tanpa mengatakan apapun.

Malam harinya Meera masih bertanya tentang kenapa Shanaya pergi mendadak, dia membaringkan tubuhnya, menatap langit-langit kamar dengan kosong dan tiba-tiba dia menatap sebuah benda… ya cctv, dia lupa kalau kamarnya mempunyai cctv yang bisa dia akses sendiri. Meera buru-buru melihat hasil rekaman cctv tentang kejadian semalam dan betapa kagetnya Meera melihat apa yang dia katakan pada Shanaya, dia menghina gadis itu tapi kenapa dia masih bersikap manis padanya seperti tidak terjadi sesuatu apapun? Meera tak habis pikir… Rasanya sekarang aku mengerti Shanaya, kenapa Anand mencintaimu, kenapa dia begitu sulit melupakanmu… aku mengerti ”bisiknya pada diri sendiri, ada bulir bening mengalir di sudut matanya.

To be continue…

CERBUNG SAANS (Part 12)


Hrithik Roshan as Anand Kishore
Katrina Kaif as Shanaya
Kareena Kapoor as Meera
Ranbir Kapoor as Prem
Abhisek Bachan as Jay (special appreance)

***
Hallo… “Meera menjawab panggilan telpon, dia baru saja pulang dari kantor.
Meera… Anand sudah bangun, sekarang kami semua ada dirumah sakit, kamu kesinilah nak... “ibu Anand bicara ditelpon, dia terdengar sangat bahagia… Meera tidak bisa menyembunyikan kekagetannya dan yang pasti ini luar biasa…
Oke ibu… aku segera kesana…

Shanaya… Anand bangun, dia bangun Shanaya, “Meera memeluk Shanaya dengan senang.
Benarkah? Shanaya hanya tersenyum melihat Meera begitu bahagia.
Ayo kita kerumah sakit sekarang… “Meera tampak bersemangat meraih tasnya.
Kita? Aku ngk ikut Meera, kamu pergilah… aku akan tunggu disini.
Shanaya… kita harus kerumah sakit sekarang, semuanya sedang menunggu kita.
Tidak Meera, mereka hanya menunggumu… hanya kamu.
Shanaya…
Kamu lupa aku siapa? Aku Shanaya… kalau Anand melihatku bagaimana? Ucapan Shanaya membuat Meera terdiam, dia lupa… saking bahagianya dia lupa siapa Shanaya, dia gadis yang dicintai Anand dan kedatangannya pasti akan membuat Anand… ya Anand tidak akan memandangnya.

Pergilah, aku tunggu disini “ulang Shanaya mengagetkannya, Meera berlalu tanpa berkata apapun. Dia pergi sendiri.
Sesampainya dirumah sakit, dia bisa melihat semua orang begitu bahagia dan Anand… cowok itu tampak sangat sehat, seperti tidak terjadi apa-apa…

Anand… “panggil Meera, semua orang melihat ke arahnya.
Meera… akhirnya kamu datang juga nak, lihat Anand sudah bangun… “ibu Anand memeluknya dengan hangat. Meera menatap cowok itu tersenyum padanya, dia mendekat…
Kamu tahu betapa khawatirnya aku, kenapa kamu tidur begitu lama? Anand hanya tersenyum, dia memeluk cewek itu, Meera tahu ini bukan pelukan cinta, tapi permintaan maaf.

***
Keesokan harinya Meera membawa Anand berjalan di taman RS, meraka hanya duduk. Anand terlihat sudah mulai sangat membaik, hanya saja dia masih agak tertatih berjalan dan harus menggunakan tongkat. Lama hening diantara mereka… Anand pun mulai berbicara memecah keheningan.

Maafkan aku Meera, aku banyak menyusahkanmu… semua yang pernah terjadi, aku minta maaf. Aku tidak pernah berniat membagi hati… Kita akan menikah bulan depan kan? Please lupain apa yang terjadi kemarin… aku minta maaf “Anand berusaha menjelaskan semua yang terjadi yang tak sempat dia jelaskan sebelum kecelakaanya.
Kamu masih mencintainya? Tanya Meera sambil menatap Anand tajam.
Anand terdiam menatap Meera… aku akan melupakannya ”jawab Anand.
Kita akan menikah Anand dan kita akan memulai kehidupan yang baru, aku tidak ingin diawali dengan kebohongan… aku ingin tahu sekarang bagaimana perasaanmu terhadap Shanaya saat ini?

Mungkin aku hanya bermimpi… kamu tahu Meera, selama aku tertidur entah kenapa aku merasa dia ada didekatku… dia menggenggam tanganku sambil berkata, “Anand, aku disini… kita ketemu lagi… aku Shanaya, bangunlah…”aku tahu itu mungkin perasaanku saja… tapi ya sudahlah, kita lupakan semuanya Meera. Oke… sekali lagi aku mohon maafkan aku… “Anand menggenggam tangan Meera, ada sorot ketulusan dimata cowok itu.

Meera hanya diam dengan semua ucapan Anand, walaupun Anand tidak bilang dia tahu persis cowok itu masih mencintai Shanaya… dia bisa merasakan kehadiran gadis dalam kondisi sekarat sekalipun.
Dia disini ”ucap Meera tiba-tiba.
Apa? Anand kaget, tidak mengerti dengan perkataan Meera.
Shanaya… dia disini, dirumah sakit ini…
Maksud kamu?
Kamu tidak bermimpi Anand, dia benar-benar disini dan benar-banar menggenggam tanganmu sewaktu kamu sakit, dia benar-benar ada disampingmu… aku yang membawanya kesini, aku ingin kamu bangun, kamu terus memanggil nama dia, karena itu aku membawanya kesini…
Anand hanya bisa terperangah tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Kamu ingin bertemu dengannya? Tanya Meera memecah keterpanaan Anand.

Cowok itu hanya diam, dia dibelakangmu… “seketika Anand berbalik dan benar, dia melihat Shanaya… gadis yang pernah dicintainya dan jujur… bahkan masih dicintainya. Anand tidak bisa menahan airmatanya untuk tidak jatuh, bulir bening itu sepertinya terlalu menumpuk dipelupuk matanya hingga tak terbendung. Perlahan dia berjalan menuju gadis itu, dia lupa akan Meera yang duduk disampingnya. Anand terus melangkah dengan tertatih hingga akhirnya dia tepat berada di depan Shanaya, gadis itu hanya diam… Anand hanya menatapnya lama, seperti tidak ada kata yang bisa dia katakan. Shanaya… “hanya nama itu yang keluar dari bibirnya dan kembali terdiam, mungkin karena rasa hati yang terlalu bergemuruh hingga tak sempat hanya bertanya kabar. Ada rindu yang menyeruak diruang kepala hingga ingin menatapnya lebih lama, sangat lama seperti ingin meyakinkan hati kalau sosok yang selama ini hanya menjelma dalam mimpi kini benar-benar nyata didepan mata.

Sementara, Meera hanya menatap mereka dari jauh, ada luka di hatinya yang berdarah lagi. Dia tidak tahu apakah keputusannya untuk mempertemukan Shanaya dan Anand ini benar atau tidak. Ini semua karena dia ingin Anand melupakan Shanaya, Meera hanya ingin menunjukkan pada Anand kalau Shanaya sudah jadi milik orang lain. Dia harus berhenti berharap karena Shanaya sudah memiliki kehidupannya sendiri.

To be continue…

CERBUNG SAANS (Part 11)


Hrithik Roshan as Anand Kishore
Katrina Kaif as Shanaya
Kareena Kapoor as Meera
Ranbir Kapoor as Prem
Abhisek Bachan as Jay (special appreance)

***
Meera sangat kaget begitu dia terbangun, bagaimana tidak jarum jam masih menunjukkan pukul 7 pagi dan ini hari minggu tapi Shanaya sudah bangun dan… ada apa dengan apartementnya, semuanya begitu tertata dengan baik dan sarapan sudah tersedia di meja makan…

Shanaya… kamu lagi ngapain?
Kenapa? Aku sedang menyiapkan sarapan, aku ngelihat tidur kamu begitu nyenyak jadi ngk tega aja buat bangunin. Kita akan kerumah sakit kan? Kamu mandi dulu gih… habis itu sarapan.
Kamu bangun jam berapa sich?
Jam 6… aku udah terbiasa kok kayak gini, ngk usah kaget gitu ”ujar Shanaya sambil tersenyum.
Shanaya… aku mengajakmu kesini untuk menemui Anand bukan untuk menjadi pelayanku…
Meera jangan terlalu mendramatisir, ini cuma pekerjaan kecil dan aku sudah biasa melakukannya. Ayo buruan kamu mandi…
Meera masih tidak bisa menyembunyikan keheranannya, belum sehari bersama gadis itu tapi Meera sangat terkesan padanya…
Setelah sarapan mereka langsung kerumah sakit…

***
Meera, ini hari minggu, ngk apa-apa kan kalau kita ke gereja sebentar?
Oke… ngk apa-apa ”ujar Meera sambil tersenyum.
Meera menghentikan mobilnya di sebuah gereja, Shanaya masuk… kamu ngk ikut masuk? Tawar Shanaya.
Aku lagi males, perasaan aku benar ngk karuan…
Shanaya tersenyum, Meera… justru disaat kita lagi kacau kita butuh tuhan… kamu harus banyak berdoa untuk kesembuhan Anand dan kelancaran rencana pernikahan kalian, ayolah, berdoa akan bikin hati kamu lebih tenang…

Kali ini Meera tidak bisa menolak…
Meera hanya diam, dia menatap Shanaya berdoa sambil memejamkan matanya… Meera hanya tersenyum melihatnya.
Kamu minta apa dari tuhan? “Meera bertanya setelah mereka kembali melanjutkan perjalanannya…
Banyak… aku selalu berdoa tapi kali ini aku ingin kesembuhan Anand, seperti yang kamu mau dan pernikahan kalian agar cepat dilaksanakan… dan apapun yang kamu minta sewaktu di gereja tadi aku berharap tuhan mengabulkannya “ujar Shanaya sambil tersenyum, Meera tertegun… dia begitu kagum dengan Shanaya… ada sorot ketulusan dari matanya.

***
Shanaya begitu gugup begitu memasuki rumah sakit itu, jantungnya berdegup kencang. Bagaimana bisa dia setuju dengan ajakan Meera untuk datang, semua ini sama saja dengan menggelar kembali kenangan yang begitu sulit dia tutup… tapi apa, dia harus tegar semua ini hanya untuk membantu Anand, bukan untuk cinta.

Itu Anand… masuklah “Meera meminta Shanaya untuk masuk ke ruangan dimana Anand di rawat, Shanaya masih terlihat gugup.
Kamu gila Meera, kamu mencintai Anand… bagaimana mungkin kamu menyuruhku untuk datang kesini dan duduk disampingnya…
Justru semua ini karena aku mencintainya, aku ingin dia bangun… dan kalau memang cuma kamu yang bisa bantu, kenapa tidak… masuklah…

Shanaya memasuki ruangan itu, dia bisa melihat dari dekat Anand terbujur kaku tak berdaya. Dia tidak bisa menahan airmatanya, ditatapnya cowok itu lama… Shanaya meraih tangan Anand dan menggenggamnya erat…
Meera hanya menatap mereka di balik kaca, airmata yang sejak tadi dia tahan akhirnya jatuh. Hatinya sakit…
Anand… apa yang terjadi? Kamu kenapa? Aku Shanaya… kita bertemu lagi. Meera menemuiku… Aku tidak mengerti kenapa dia mencariku dan memintaku untuk datang. Tapi apapun itu aku seneng bisa bertemu kamu lagi. Kenapa kamu tidak melupakanku? Kenapa masih memanggil namaku? Kan ada Meera… kamu ngk tahu betapa dia sangat mencintaimu. Bangunlah… aku datang kesini berharap bisa hadir dipernikahan kalian.

Anand tak bergeming, Shanaya tertunduk… dia melangkah keluar menemui Meera.
Kamu lihat kan? Kedatanganku tidak berubah apapun, kamu ngk perlu buang waktu untuk membawaku kesini.

Tiba-tiba Meera melihat tangan Anand bergerak, ada bulir bening jatuh disudut matanya… Meera segera menghampirinya, Shanaya tampak heran. Dia pun mengikuti Meera.
Sepertinya dia tahu kalau kamu disini… “ujar Meera, Shanaya hanya terdiam tak mengerti.
Tanpa menghiraukan apapun Meera segera berlari menemui dokter, dia melihat ada bulir bening mengalir disudut mata Anand, entah karena apa… begitu ajaibkah kedatangan Shanaya? Anand memberikan respon diluar dugaannya. Dia tidak tahu harus sedih atau bahagia saat ini.

***
Jadi anda Shanaya? Dokter bertanya setelah memeriksa keadaan Anand.
Iya dokter “jawab Shanaya singkat.
Ada hubungan apa anda dengan pasien? Pertanyaan dokter membuat Shanaya terdiam dan menatap kearah Meera dengan pandangan yang sulit untuk diartikan. Meera hanya tertunduk.
Aku temannya, kita udah lama ngk ketemu…
Wah… teman yang luar biasa… nyonya Meera tunangan anda memberikan respon yang baik, detak jantungnya meningkat dari biasa.

Apa dia akan bangun dokter? Tanya Meera khawatir.
Kemungkinan itu ada, kita jangan berharap dulu… tapi sejauh ini dia memberikan reaksi yang baik.
Meera menatap Shanaya sambil tersenyum… ngk apa-apa, aku baik-baik aja kok “Meera menggenggam tangan Shanaya untuk menepis rasa kacau dihatinya.

Begitulah setiap hari mereka selalu datang kerumah sakit sepulang Meera dari kantor, dan dokter bilang keadaan Anand semakin ada kemajuan. Meera bahagia sekaligus sedih, bahagia karena Anand mulai membaik, sedih… kenapa harus Shanaya yang bisa melakukan semua itu, tidakkah ada dia dalam hati Anand? Dan Shanaya… gadis itu benar-benar berbeda, gadis dari keluarga elite tapi mencintai kehidupan yang biasa, sejak ada dia… Meera baru merasa bagaimana rasanya pulang ke rumah… dia merasa seperti ada keluarga yang menunggunya, gadis itu selalu tersenyum menyambutnya. Dia seperti sahabat sejati… inikah yang membuat Anand jatuh cinta?

Meera hanya menatap Shanaya yang tertidur disampingnya, Meera memperhatikannya dari dekat… Shanaya… seandainya kamu bukan orang yang dicintai Anand ”bisiknya pelan, ada bulir bening yang jatuh dari matanya.

To be continue…

CERBUNG SAANS (Part 10)


Hrithik Roshan as Anand Kishore
Katrina Kaif as Shanaya
Kareena Kapoor as Meera
Ranbir Kapoor as Prem
Abhisek Bachan as Jay (special appreance)

***
Kenapa kamu mencariku? Akhirnya Shanaya bersedia untuk bicara dengan Meera.
Meera mengeluarkan sesuatu dari tasnya, diary Anand… dan memberikannya pada Shanaya. Ini… aku menemukannya sehari setelah pertunanganku. Sekarang katakan… apa yang akan kamu lakukan jika kamu ditempatku?

Shanaya membuka diary itu setiap lembarnya, dia terdiam… terlihat jelas ada bulir bening turun dari matanya hingga membasahi kertas itu. Shanaya menatap Meera, dia benar-benar tidak tahu apa yang harus dia katakan…

Meera… maafkan aku kalau semua ini menyakitimu tapi aku sudah tinggalkan semuanya. Sejak lama aku sudah menyadari kekeliruanku… Aku sudah menikah… dan…
Aku tahu… Prem Kishen, suamimu kan?
Ya… Lalu apa yang kamu inginkan dengan mencariku?
Aku ingin kamu ikut denganku, ke Mumbai… kamu mau kan?
Untuk apa Meera? Shanaya tampak heran.
Anand sakit Shanaya… dia kecelakaan tiga hari yang lalu dan sampai sekarang dia belum sadarkan diri.
Apa? Kamu mau bawa aku menemui Anand? Omong kosong apa ini? Udahlah Meera, kamu ngk perlu lakukan ini, kalaupun Anand sakit yang dia butuhkan itu cuma dokter dan obat… bukan aku. Aku pergi ya… kamu ngk perlu buang-buang waktu kamu kesini.
Dia sering memanggil namamu, karena itu aku datang kesini. Please Shanaya… ikutlah bersamaku… “Meera tampak memelas.
Apa yang kamu inginkan dengan kedatanganku?
Kesembuhan Anand… “jawab Meera pasti.

Lama Shanaya terdiam… maaf Meera aku tidak bisa lakukan semua ini. Kamu mencintainya kan? Aku tidak mencintainya lagi Meera “Shanaya menggenggam tangan Meera… Meera, cinta itu menyembuhkan, dia pasti sembuh… tunjukin kalau kamu cinta sama dia, semuanya pasti baik-baik aja kok. Kamu bisa lakukan semua ini tanpa aku, kamu orang yang bersamanya sekian lama. Meera… cinta itu bukan hanya tentang perasaan tapi keterbiasaan… “Shanaya beranjak pergi, dia hanya tak ingin rasa yang lama dia kubur akan datang lagi begitu bertemu laki-laki itu.

***
Keesokan harinya…
Meera… “Shanaya kaget melihat Meera sedang berdiri di depan kantor Prem
Please Shanaya… tidak akan lebih dari tiga hari, setelah itu kamu boleh pergi. Aku mohon, aku hanya ingin Anand bangun… itu saja ”Meera menangis.
Kenapa harus aku Meera? Bagaimana kalau kedatanganku tidak merubah apapun?
Karena Anand mencintaimu…
Kamu gila ya? Cinta? What nonsense… “Shanaya berlalu pergi.
Shanaya tunggu… selain kamu tidak ada orang yang bisa melakukan ini.
Shanaya berhenti sebentar. Menatap Meera dengan sendu tapi dia kembali berlalu sementara Meera terus mengikutinya dari belakang.
Besok aku akan ke Mumbai, aku harap kamu bisa ikut bersamaku… please Shanaya, aku butuh bantuanmu… “Shanaya terus melangkah tanpa menghiraukan Meera yang terus bicara padanya, dia segera menyetop taksi dan pergi… aku akan menunggumu Shanaya ”Meera berteriak entah gadis itu mendengarnya atau tidak.

***
Meera terlihat sangat gelisah, penerbangannya 10 menit lagi tapi tidak ada tanda-tanda Shanaya akan muncul , Meera pasrah sepertinya gadis itu tidak akan datang… dia berjalan gontai menuju pesawat, berkali-kali Meera melihat kebelakang beharap Shanaya datang berlari menghampirinya… tapi sepertinya dia harus kembali ke Mumbai tanpa dia. Semua sia-sia… Meera menghempaskan tubuhnya di kursi, dia menghela nafas panjang.

Kenapa begitu terlambat… “tiba-tiba seseorang menegurnya dari samping, Meera menoleh.
Shanaya? Meera begitu kaget melihat gadis itu sedang duduk di sampingnya.
Kamu mengajakku ke Mumbai, tapi kenapa begitu lama kamu masuk?
Meera hanya diam dan menatap Shanaya seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Thanks… “hanya itu yang bisa diucapkan Meera.
Bukan sekarang, nanti kalau tunanganmu sudah sembuh. Dan aku tidak akan lebih dari tiga hari. Suamiku menunggu, ini aja aku udah susah banget buat izin sama dia.
Meera hanya tersenyum… apapun itu Meera senang Shanaya bisa ikut. Setidaknya kalaupun dia bertemu Anand, dia ingin Anand menyadari satu hal, Shanaya sudah menjadi milik orang lain.

***
Masuk yuk… “Meera mempersilahkan Shanaya masuk ke apartementnya. Mereka telah sampai di Mumbai.
Shanaya masuk dengan canggung, keadaannya begitu berantakan.
Kamu tinggal sendiri?
Ya… “jawab Meera sambil membereskan pakaiannya.
Orang tuamu?
Mereka di Malaysia. Aku kerja disini Shanaya, lagian aku lebih suka tinggal sendiri, menjadi wanita karir yang sukses.
Kamu ngk ada rencana untuk tinggal di Malaysia?
Ada… tapi yach mungkin aku akan menetap disini, lagian aku juga akan menikah dengan Anand dan pasti aku akan tinggal bersamanya… “tiba-tiba Meera menghentikan pekerjaanya, dia tertegun lama… menikah? Entah bagaimana nasib pernikahannya setelah semua kejadian ini.
Meera… kamu baik-baik aja kan? Shanaya terlihat khawatir melihat Meera terdiam.
Sudahlah… kamu tidur lagi, besok pagi kita akan kerumah sakit.

Malam pun semakin larut, Shanaya masih terbangun… dia tidak bisa membayangkan esok, Anand… laki-laki yang berusaha dia singkirkan dari hatinya tapi besok… dia akan menemuinya. Shanaya menghela nafas panjang dan berusaha menutup mata.

To be continue…

CERBUNG SAANS (Part 9)


Hrithik Roshan as Anand Kishore
Katrina Kaif as Shanaya
Kareena Kapoor as Meera
Ranbir Kapoor as Prem
Abhisek Bachan as Jay (special appreance)

***
Meera menatap keluar jendela pesawat, hanya awan… dia sudah berpikir berkali-kali dan satu hal yang ingin dia lakukan… ke London, mencari Shanaya. Banyak hal yang ingin dia katakan dan yang pasti dia ingin tahu seperti apa seorang Shanaya… yang berhasil merebut hati Anand darinya. Entah kenapa dia melakukan semua ini.

Aku tidak tahu Anand, apa yang aku lakukan ini salah atau benar… tapi satu hal aku akan bawa Shanaya padamu. Aku akan cari dia, aku ingin kamu bangun… dan kalau cuma dia yang bisa membantuku, aku akan buang dulu perasaan sakitku “bisiknya pada diri sendiri.
Satu bulir bening jatuh di matanya, bagaimana mungkin dia melakukan sesuatu yang jelas-jelas akan menyakitinya? Menemui Shanaya… itu sama saja dengan muruntuhkan tanah tempat dia berpijak, tapi dia ngk punya pilihan lain. Dia harus lakukan ini… harus!

Begitu sampai Meera sepertinya sangat terburu-buru… dan bruk, dia menabrak seseorang hingga belanjaanya jatuh berserakan di lantai.
Ops… maaf ya aku ngk sengaja ”ucap Meera pada gadis dihadapanya.
I’ts oke… “gadis itu memunguti belanjaanya. Meera ikut membantu.
Sekali lagi maaf ya…
Gadis itu hanya tersenyum sambil berlalu pergi dari hadapan Meera, namun tak beberapa langkah Meera berbalik menatap gadis itu yang sudah menjauh darinya. Entah kenapa? dia hanya tertegun tanpa kata.

***
Sudah 2 hari Meera di London, tapi dia tidak menemukan tanda-tanda gadis itu. Bagaimana bisa mencari seseorang yang bahkan tidak tahu rupanya sekalipun… oh my god, apa yang harus aku lakukan?

Prem… “tiba-tiba nama itu muncul di ingatan Meera, suami Shanaya. Bukankah dia pengusaha property terkenal, pasti tidak akan sulit mencarinya. Tanpa pikir panjang Meera langsung keluar dan berusaha menemukannya dan benar… hanya dalam waktu 2 jam Meera berhasil menemukan kantornya. Ternyata Prem benar-benar pengusaha sukses, Meera hanya mencarinya di 2 perusahaan dan langsung menemukan alamat kantornya dengan mudah.

Meera melangkahkan kakinya memasuki gedung itu…
Selamat siang, ada yang bisa kami bantu? Seorang administrasinya bertanya pada Meera.
Aku ingin bertemu dengan bapak Prem Kishen, apa dia ada?
Siapa anda? Apa sudah membuat janji sebelumn ya?
Belum tapi…
Maaf nona, kami hanya melayani bila anda sudah membuat janji sebelumnya. Lagian bapak Prem Kishen sedang keluar. Anda bisa tunggu, nanti akan kami hubungi lagi…
Oke thanks… “Meera duduk diruang tunggu dengan cemberut. Dia tampak sangat lelah, dia selalu memperhatikan siapa yang datang berharap kedatangan Prem tidak terlewatkan dari pantauannya.
Prem… “Meera kaget, dia mendengar ada seseorang memanggil nama Prem dari luar gedung, dilihatnya seorang gadis sedang melambaikan tangannya kearah laki-laki yang hendak memasuki kantor. Dia… Meera sangat kaget melihat gadis itu, ya gadis itu… yang ditemuinya di bandara kemarin. Dia buru-buru keluar dan mengikuti gadis itu, dia tidak peduli lagi dengan Prem, yang dia cari Shanaya…
Gadis itu turun di depan sebuah coffee shop, Meera terus mengikutinya. Gadis itu duduk sendiri, Meera terus memperhatikan gadis itu dari jauh, entah kenapa dia begitu yakin gadis itu adalah gadis yang dia cari.

Permisi… “Meera memberanikan diri bicara dengannya.
Ya…
Boleh aku duduk disini… aku sendiri dan tidak ada teman, aku lihat kamu juga sendirian…
Oh, silahkan… “gadis itu tersenyum… oh sepertinya kita pernah bertemu, tapi dimana ya?
Di bandara, waktu itu aku tidak sengaja menjatuhkan belanjaanmu… “ucap Meera yakin.
Oh ya… aku inget, aku Shanaya… kamu? “ujar Shanaya sambil mengulurkan tangannya.
Deg… Meera merasa jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya mendengar nama itu. Dadanya sesak, rasanya ingin menangis sekali lagi. Ternyata dia benar-benar Shanaya, gadis yang dia cari ada di hadapannya, gadis yang diam-diam mencuri Anand darinya. Gadis yang membuatnya harus terjaga dari mimpi panjang dan terbangun lalu menyadari… ternyata Anand telah beralih hati.
Meera hanya tersenyum lalu duduk, Shanaya pun tidak berusaha bertanya lagi… dia sibuk dengan coffee ditangannya.
Kamu baru pertama kali ke London ya? Tanya Shanaya.
Ya…
Kerja?
Bukan, aku sedang mencari seseorang?
Benarkah? Siapa? Maaf ya… aku terlalu banyak bertanya, oke… aku pergi dulu. Sampai ketemu lagi… oh ya, kamu belum beritahu aku namamu, siapa namamu?
Meera berdiri dan berbalik… aku Meera, aku yakin kamu pernah mendengar namaku… aku Meera, tunangan Anand, Anand Kishore.
Shanaya tersentak, dia terdiam tanpa kata… dia hanya menatap Meera dengan tajam.
Dan aku kesini untuk mencarimu… Shanaya ”ucap Meera sambil memperjelas nama Shanaya. Kali ini dia tak bisa menahan airmatanya untuk tidak jatuh.

Tanpa mengatakan apapun Shanaya keluar dari coffee shop itu.
Shanaya tunggu… aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Shanaya tidak menghiraukan panggilan Meera dia terus berjalan dengan cepat.
Kamu dengar aku kan? Meera berhasil memegang tangan gadis itu. Aku ingin mengatakan sesuatu padamu… please.

To be continue…

CERBUNG SAANS (Part 8)


Hrithik Roshan as Anand Kishore
Katrina Kaif as Shanaya
Kareena Kapoor as Meera
Ranbir Kapoor as Prem
Abhisek Bachan as Jay (special appreance)

***
2 Januari 2006

Meera menutup diary yang dibacanya, bening kristal itu mengalir deras di matanya, bagaimana mungkin ini terjadi… ada perempuan lain di hati Anand, tunangannya. Anand jatuh cinta selain dirinya, semua itu terjadi sejak lama dan mirisnya Anand masih menunggu gadis itu saat pernikahan mereka sudah didepan mata. Jadi ini alasan kenapa Anand berubah sejak kepulangannya dari London? Ya… ada orang yang tiba-tiba datang diantara mereka. Meera menekurkan wajahnya di meja, dia tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya, dia menangis sesugukan.

Meera… “seseorang memanggilnya, ternyata Anand sudah pulang. Jarum jam telah menunjukkan pukul 15.45.
Aku sudah memanggilmu berulang-ulang, apa kamu ngk denger? Gimana kita jadi ke butik?
Meera mengangkat wajahnya dan menatap Anand…
Meera, ada apa? Kamu menangis? Apa yang terjadi? Tanya Anand heran melihat wajah Meera begitu basah.
Aku pikir kamu mencintai aku Anand… tapi…
Kamu ngomong apa sich Meera? Apa yang terjadi?
Ini… “Meera melemparkan diary yang dia baca tadi ke wajah Anand, aku berbicara tentang Shanaya. Shanaya… perempuan yang sering kau sebut didiary itu. Aku sedang berbicara tentangnya.
Meera… aku… “Anand tampak bicara terbata-bata.
Stop Anand… aku tidak mau mendengar apapun, aku tidak mengerti Anand, kenapa semua ini bisa terjadi? Kenapa? Kamu mencintainya Anand… dan itu sejak lama. Jadi ini alasannya kenapa kamu menunda sedemikian lama pertunangan kita dan Anand… kamu masih menulis tentangnya di malam sehari sebelum pertunangan kita? Oh my god… kenapa ini terjadi? Meera memegang kepalanya lalu terduduk dengan lemah… bagaimana bisa dia datang dan menyingkirkan aku? Ya tuhan kenapa aku begitu bodoh… aku benci kamu Anand, aku sangat membencimu… oke… aku pergi “Meera berlari keluar tanpa memperdulikan Anand yang terus memanggilnya.

Meera… tunggu, dengarkan aku dulu…
Denger apa? Denger kalau kamu mencintai Shanaya dan ingin bertemu dia lagi… ingin meminta waktu lebih lama untuk memastikan dia akan datang atau tidak? Kamu jahat Anand… kamu ngk tahu gimana perasaan aku “Meera semakin sesugukan.
Bukan begitu Meera, tolong dengerkan aku dulu… aku minta maaf, aku sudah lupain dia kok… tolong jangan begini, kita bisa omongin baik-baik.
Oh ya? “Meera berbalik… Kamu udah lupain dia? Kamu yakin?
Meera terus berlari keluar apartement dan setibanya dijalan… tiba-tiba ada mobil yang mendekat ke arah Meera…
Meera awas… gadis itu terjatuh disisi jalan dan Anand… cowok itu tergeletak bersimbah darah.
Anand… “Meera histeris melihat apa yang terjadi di hadapannya.

***
Meera hanya bisa menangis melihat Anand terbaring lemah. Dia belum sadarkan diri. Entah apa yang dia tangiskan, keadaan Anand ataukah kenyataan bahwa Anand mencintai orang lain? Berkali-kali Meera menghela nafas, kenyataan ini begitu menyakitkan…

Dia belum sadarkan diri… kita berdoa saja semoga dia cepat pulih dari masa kritisnya dan segera sadar “hanya itu yang diucapkan dokter pada orang tua Anand. Mereka tampak sangat terpukul melihat anaknya. Apalagi Meera, semua ini karena dia… kalau saja Anand tidak mendorongnya semua ini tidak akan terjadi. Sulit untuk diungkapkan bagaimana perasaannya saat ini.

Meera memasuki ruangan Anand dirawat, dia memandangi Anand dengan sendu.
Kenapa Anand? Kenapa? Kenapa harus ada orang lain diantara kita? Meera kembali menangis, dia terisak… digenggamnya jemari Anand. Bagaimana bisa dia datang dan merebut hatimu dalam sekejap? Sekian lama kita bersama tapi ternyata masih ada celah dihatimu untuk dia masuk dan sihir apa yang membuatmu berpaling dariku, kita udah bersama sejak lama Anand… kenapa? Aku mencintaimu Anand… aku sangat mencintaimu… “tiba-tiba Anand menggerakkan jarinya.

Anand kamu bangun? Dokter… “Meera tampak begitu bersemangat melihat Anand bergerak. Segera seorang dokter datang memeriksa keadaannya … Shanaya “kata itu keluar dari mulut Anand, Meera tampak tertegun tanpa kata. Dia melepaskan genggaman tangannya. Bulir bening dimatanya jatuh sekali lagi, guratan diwajahnya nampak jelas menyiratkan luka yang mulai berdarah. Bibirnya bergetar menahan tangis.

Ini hanya pergerakan biasa nona, biasa terjadi pada pasien yang sedang dalam masa kritis… tapi siapa Shanaya? Sebaiknya anda menyuruhnya datang… Dokter itu bertanya tapi Meera hanya diam dan keluar dari ruangan. Dia menangis, hatinya begitu terluka. Shanaya… gadis itu benar-benar telah menyingkirkannya keluar dari hati Anand.

***
Siapa Shanaya? Kamu pasti tahu sesuatu kan Meera… “ibu Anand langsung bertanya pada Meera begitu mendengar penjelasan dokter.
Aku tidak tahu bu… aku tidak tahu dia siapa?
Kenapa Anand memanggil dia? Kalian sudah bersama selama lima tahun kan… katakan sesuatu nak, apa dia temen Anand? Mungkin kalau dia datang Anand bisa bangun. Ibu ngk mau kehilangan Anand… “wanita paruh baya itu menangis sesugukan.
Aku benar-benar tidak mengenalnya bu… Anand tidak pernah bercerita tentangnya.

Shanaya? Dia kan teman Anand waktu di London… “tiba-tiba paman Anand datang menyela pembicaraan mereka.
Apa? Ibu Anand sangat kaget mendengarnya.
Iya… dia pernah membawanya kerumah sewaktu ulang tahun pernikahanku, tapi aku tidak begitu mengenalnya karena memang Anand hanya membawanya sekali itu saja. Tapi kenapa Anand memanggil dia?

Semuanya sontak memandang kearah Meera, entah karena apa? Banyak hal yang tidak terjawab… tapi satu hal yang dia tahu, karena Anand mencintainya… gadis itu hanya menekurkan wajahnya. Dia merasa hatinya begitu sakit dengan keadaan ini, apa keluarga Anand tidak tahu, mendatangkan Shanaya kesini hanya akan membuat lukanya semakin dalam.

***
Meera melihat dari balik kaca ruangan Anand, tampak ibu cowok itu begitu terpukul dengan keadaan putranya. Rasa bersalah itu menyeruak lagi, guratan kesedihan diwajah wanita paruh baya itu begitu dalam, Meera menyeka airmatanya yang sejak tadi berusaha dia tahan. Dia terduduk dikoridor rumah sakit, dipandanginya cincin yang melingkar dijari manisnya, airmatanya semakin jatuh… pengikat apa ini? Hati Anand? Ngk… seseorang telah membawanya pergi dan rasanya dia tidak bisa mengikat apapun hanya dengan sebuah cincin. Meera menutup wajahnya dengan telapak tangan, dia semakin terisak, pikirannya kacau… apa yang harus dia lakukan sekarang?

To be continue…

CERBUNG SAANS (Part 7)


Hrithik Roshan as Anand Kishore
Katrina Kaif as Shanaya
Kareena Kapoor as Meera
Ranbir Kapoor as Prem
Abhisek Bachan as Jay (special appreance)

***
Malam harinya Shanaya benar-benar datang seperti permintaan Anand. Dia bisa melihat suasana yang begitu berbeda. Begitu banyak lilin yang berjejar di pintu masuk, candle light dinner, musik yang romantis dan yang pasti semuanya berwarna biru muda… warna favorit Shananya.
Gadis itu begitu terpana dengan apa yang dilihatnya. Tiba-tiba Anand muncul dengan seikat bunga mawar putih di tangannya.

Anand… semua ini… “Shanaya terlihat heran dengan apa yang dilihatnya.
Surprise… “jawab Anand, cowok itu berlutut di hadapan Shanaya.
Shanaya… aku mencintaimu. Aku ingin katakan padamu betapa indahnya hariku setelah perjumpaan itu, tahukah engkau… betapa seluruh alam tampak lebih indah dari biasanya. Saat kamu jauh beberapa hari ini aku merasa kehilangan setengah hatiku. Semua itu semakin membuatku sadar, aku tidak bisa jauh darimu. Aku ingin menghabiskan seluruh hidupku bersamamu, hanya bersamamu… aku akan tinggalkan semuanya untukmu… Shanaya, maukah kau menikah denganku?
Shanaya diam termangu… Anand melamarnya, tapi wajahnya terlihat begitu sendu. Dia hanya diam menatap Anand, seperti sangat kebingungan tidak tahu apa yang harus dikatakan.
Shanaya… kenapa? Kenapa kamu diam?
Anand… Aku tidak bisa menikah denganmu “jawaban Shanaya seperti petir di siang bolong, Anand begitu kaget.
Shanaya… kamu bercanda kan?
Lusa hari pernikahanku… aku akan menikah dengan Prem seperti rencanaku sejak awal ”ucapan Shanaya membuat Anand geleng-geleng kepala seakan tak percaya. Ini yang ingin aku katakan tadi siang, tapi kamu tidak mau dengar.

Shanaya apa yang sedang kamu katakan?

Seminggu ini aku berpikir Anand dan aku menemukan satu jawaban… aku jatuh cinta pada orang yang salah dan pada waktu yang salah. Apa yang terjadi antara kita itu salah. Cinta… bagaimana bisa semua ini terjadi. Aku tidak bisa membatalkan pernikahanku Anand, anggap saja semua yang aku katakan tentangnya salah. Aku telah setuju untuk menikah lusa… aku mempercepat pernikahanku agar keraguanku tentangnya hilang. Semakin kesini aku semakin menyadari kalau perasaanku terhadapmu itu salah.

Anand terdiam tak percaya dengan apa yang didengarnya…

Ya… aku bahagia bersamamu, aku menemukan sesuatu yang membuat hatiku nyaman hingga aku lupa semua hal… aku hanya melihat mimpiku semakin nyata dengan kedatanganmu. Tapi Anand… tiba-tiba aku tersentak dan menyadari kalau kebersamaan kita hanya akan melukai banyak hati. Apa yang kamu katakan? Kamu akan meninggalkan semuanya untuk aku? Bagaimana dengan Meera? Kamu meninggalkan orang yang sekian lama bersamamu demi aku… orang yang baru kamu kenal? Apa yang aku lakukan? Mengambilmu darinya, membatalkan pernikahanku dengan Prem… bagaimana mungkin aku bisa sejahat itu? Maaf Anand… aku tidak bisa lakuin semua itu.

Aku mencintaimu Shanaya… apa itu salah? Aku ingin menghabiskan seluruh hidupku bersamamu, entah kenapa aku merasa menemukan separuh hati dan nafasku saat bertemu denganmu… apa kamu tidak mencintaiku?

Aku mencintaimu Anand, aku sangat mencintaimu… tapi aku tidak bisa sekejam itu, aku tidak bisa seegois itu, aku tidak bisa bayangkan kalau seandainya aku di posisi Meera. Aku pasti marah dan sakit hati… Apa yang harus aku katakan jika suatu saat aku bertemu dengannya, aku mencintai tunangannya? Maaf Anand, apapun alasannya aku tidak bisa menikah denganmu, kembalilah… kau datang tanpa aku kan? Kembalilah tanpa aku. Kita lupakan semuanya, kita mulai dari awal… Jangan tinggalkan Meera hanya untuk seseorang yang hanya singgah sekejap dalam hidup kamu. Anggap saja hari kemarin tidak pernah ada dan hari ini adalah hari pertama dan terakhir kita untuk bertemu.
Hai Anand, aku Shanaya… maukah kau berteman denganku? Anand hanya diam melihat Shanaya mengulurkan tangannya, dia tidak ingin menjabatnya. Dia hanya termangu menatap Shanaya.

Melihat Anand tidak mengubris uluran tangannya, Shanaya hanya tersenyum dan berkata… aku pergi ya, jaga dirimu baik-baik ya, pertemuan kita sangat singkat Anand dan aku yakin kita pasti bisa melupakan semuanya. Gadis itu terdiam dan akhirnya pergi meninggalkannya. Hujan pun turun seakan berusaha meredam luka yang tengah menyesakkan hatinya. Shanaya semakin menjauh… sangat jauh. Entah dia akan kembali atau tidak… tanpa dia ketahui Shanaya pun sebenarnya sangat terluka, dia mencintai Anand… tapi dia yakin ini yang terbaik. Kebersamaannya dengan Anand hanya akan menyakiti banyak hati.

“Bagaimana mungkin aku bisa jadi sahabatnya, aku mencintainya… semuanya berakhir, aku kembali ke Mumbai tanpa dia, tanpa Shanaya. Aku tidak tahu bagaimana hari-hari ke depan tanpanya… rasanya begitu sesak seperti kehilangan udara untuk bernafas. Aku kehilangan hatiku… disini, London… bersama Shanaya.”

9 Maret 2004

“Aku kembali menginjakkan kakiku di Mumbai, hari ini Shanaya menikah… aku tidak kuasa berada disana meskipun hanya disudut kota London. Tapi… tetap saja, rasanya begitu sesak… ada sesuatu yang seperti merenggut separuh nafas. Ingin rasanya aku berharap semua ini hanya mimpi, kemudian aku terbangun dan semuanya baik-baik saja, semuanya seperti biasa adanya… “
“Tapi entah kenapa aku tidak bisa, ya… semuanya tidak pernah biasa sejak ada Shanaya, hariku, perasaanku, kehidupanku semuanya menjadi luar biasa…”

31 Desember 2004

“Sepertinya… sejauh apapun aku berlari, bayangmu tak pernah henti kutepis, dikepalaku… tentangmu selalu berjejal tak pernah pergi. Shanaya, apa kau benar-benar pergi? Apa kita tidak punya kesempatan hanya untuk bertemu? Apa kamu tahu…? Lukaku sedemikian parah, tak mungkin disembuhkan dalam waktu seperti yang kau minta. Terkadang… dalam pejam aku melihatmu berlari ditengah hujan… menujuku, memelukku, menepis bekunya hati”

“8 bulan telah berlalu… selama itu pula aku tak pernah lagi tahu tentangmu, kepada malam kubiarkan rindu tenggelam meremang dibalik wajah rembulan yang menyiratkan senyummu… Shanaya semoga kamu bahagia dalam hidup dan dengan siapapun yang kau pilih”

30 Desember 2005

“Hatiku lelah…”
“Masih saja aku merindunya… meski langit dan bumi tak merestu. Meski hati dan logika tak menyatu. Masih saja aku merindunya…”
“Lelah hatiku terus bertarung bersama logika, mengapa tak pernah kutemukan jawaban, siapa yang mestinya kuikuti? Logika yang tak pernah mengizinkan rindu menghinggapi pikiran… ataukah sang hati yang memang terlalu tunduk akan auramu yang meski telah hilang ditelan waktu”

“Shanaya… ini terakhir kali aku puisikan rasa hati untukmu… mungkin memang, kamu bukan orang yang tertulis ditakdirku… Aku kalah, mungkin Tuhan memang tidak merestui kita. Izinkan aku walaupun hanya memilikimu dalam ingatan, jika sampai nafas terakhir nanti aku juga tidak pernah punya kesempatan untuk bertemu denganmu lagi… kamu harus tahu, kamulah nama terakhir yang aku pahat direlung hati”

To be continue…

CERBUNG SAANS (Part 6)


Hrithik Roshan as Anand Kishore
Katrina Kaif as Shanaya
Kareena Kapoor as Meera
Ranbir Kapoor as Prem
Abhisek Bachan as Jay (special appreance)

***
“Aku merasa malam begitu cepat berlalu. Lampu-lampu telah padam, burung-burung beterbangan melintasi wajah ayu yang sedang terlelap… Ini pertama kalinya aku melihatnya tertidur… begitu tenang. Seperti embun pagi yang menetes sebelum udara. Sunyi… aku bahkan ingin katakan pada burung-burung untuk menunda kicauannya pagi ini agar tak membangunkan Shanaya dan pergi dariku. Aku ingin dia disini lebih lama…”

Tak lama… Shanaya membuka mata, hari sudah mulai terang. Dia melihat Anand sudah bangun dan sedang mencoba menstarter mobil.
Kamu udah bangun daritadi ya? Tanya Shanaya kaget melihat mereka akan segera berangkat pulang.
Udah, bahkan udah jalan kedepan… jauh lagi.
Oh ya? Kok kamu ngk bangunin aku?
Udahlah… kita pulang sekarang ya, maaf udah bikin kamu tidur dimobil semalaman “ujar Anand tampak sedikit ngk enak dengan Shanaya.
Gadis itu hanya tersenyum, seandainya dia bisa katakan… ini adalah tidur yang paling menyenangkan untuknya, karena terbangun disebelah cowok itu.

***
Jam 8 pagi… akhirnya mereka sampai didepan rumah Shanaya. Gadis itu turun dan berpamitan…

Shanaya… “panggilan Anand membuat gadis itu berbalik.
Apa kamu melihat seseorang? Semalam aku bilang ada seseorang yang menunggumu, apa kamu melihatnya? Anand tampaknya masih penasaran dengan semua yang dia katakan semalam, Shanaya terdiam agak lama. Dia masih ingat tentang semua yang dikatakan Anand semalam tentang impiannya.
Tidak… “jawab Shanaya singkat.
Anand hanya tersenyum… oke sampai ketemu lagi.
Boleh aku katakan sesuatu, “ucap Shanaya yang membuat Anand berbalik… kamu tahu kapan aku merasa sangat bahagia dalam hidup?
Anand mengerutkan kening menatap Shanaya…
Sejak bertemu denganmu… bye ”Shanaya berlalu dari hadapannya, tapi perkataannya barusan benar-benar diluar dugaannya, Anand tampak tertegun dengan penuturan gadis itu, dia tersenyum.

“Entah apa yang kurasa, Shanaya… gadis itu tiba-tiba menghadirkan perasaan yang tak biasa, sulit untuk ku jelaskan tapi… ada sesuatu dalam dirinya yang membuatku ingin selalu berada di dekatnya… ingin menatapnya lebih lama dari biasanya, ingin mendengar semua ceritanya, ingin menggengam erat jemarinya dan berkata… Shanaya, aku ingin kamu selalu ada disini.”

***
1 Pebruari 2004

“Shanaya datang ke kantorku, dia menangis… entah kenapa ada rasa sakit dihatiku melihat airmatanya…”

Shanaya… ada apa?
Aku tidak mau menikah dengannya, Anand… “
Kenapa?
Dia tidak mencintaiku Anand, dia hanya mencintai uang, kekuasaan, dia tidak pernah mengerti aku…

“Shanaya menyeka airmata… aku tidak mengerti apa yang telah terjadi dan aku juga tidak ingin tahu. Sekarang aku hanya ingin mengukir senyum di wajahnya. Shanaya… dia gadis yang berbeda, rintikan hujan malam itu sukses membuatnya tersenyum, dia sederhana… aku menyukainya, sangat menyukainya. Aku terus menatapnya tak henti… dia begitu cantik di bawah hujan. Tiba-tiba aku menyadari satu hal, ini bukan sekedar suka… aku jatuh cinta padanya. Semuanya baik-baik saja hingga kemarin, bagaimana cinta ini terjadi? Aku tidak pernah membayangkannya, bagaimana bisa tiba-tiba ada perasaan yang berbeda menyergap relung hati?”

Aku mencintaimu Shanaya… “ucap Anand tiba-tiba.
Shanaya terdiam dan menatapnya heran, apa yang barusan di dengarnya…
Shanaya… tolong jangan salah paham, aku jatuh cinta padamu. Aku juga tidak tahu apa perasaanku ini salah tapi yang jelas aku hanya mencoba jujur, aku mencintaimu Shanaya.
Shanaya hanya diam, dia tetap tidak bisa menepis keheranan yang ada di wajahnya…
Aku akan mencintaimu seperti yang kamu inginkan, aku bekerja dengan baik dan tidak akan mengurangi waktu bersamamu… aku akan memelukmu, menciummu setiap hari dan aku akan bawakan setangkai bunga untukmu setiap hari… “Anand tampak berkaca-kaca saat mengatakan isi hatinya pada Shanaya.

“Shanaya tidak mengatakan apapun… dia berbalik lalu pergi. Aku tidak tahu apa yang dia rasa dengan pengakuanku… dan aku juga tidak menghentikannya karena kurasa tak perlu… aku tidak perlu memaksanya.”

***
4 Pebruari 2004

“Aku tidak tahu apa aku salah dengan semua pengakuanku pada Shanaya… aku hanya mengatakan apa yang kurasa, aku benar-benar jatuh cinta padanya… dan tiba-tiba…”
“Shanaya sedang berdiri di depan kantorku, aku merasa senang melihatnya… dia sedikit kebasahan karena memang diluar sedang gerimis. Aku memperhatinya dari jauh… ada apa dia kesini? Aku tidak ingin mendengar jawabannya tentang pernyataanku kemaren tapi… tiba-tiba dia melihatku, dia berjalan ke arahku sambil tersenyum… dan sekarang dia tepat di depanku. Aku tidak tahu entah air apa yang ada di wajahnya… airmata ataukah hujan… dia terus menatapku lama dan tiba-tiba dia memelukku… aku terdiam tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi, kenapa Shanaya datang.”

Anand… saat aku menutup mata malam itu, kamu bilang kan… diujung sana ada pangeran yang sedang menungguku, dia membawa seikat mawar merah, dia menatapku, aku semakin mendekat dan kamu tahu saat aku katakan aku tidak melihat siapapun… aku bohong Anand, aku melihat seseorang, dan orang itu… kamu!!!

“Aku terdiam dengan penuturan Shanaya…”

Aku sudah berusaha untuk mengatakan tidak, tapi aku bahagia saat bersamamu, aku ingin selalu bersamamu aku ingin hidup bersamamu… selamanya. Perasaan apa ini? Kalau ini memang cinta… ya, aku mencintaimu.

“Aku sangat kaget dengan perkataannya… aku tidak memikirkan apapun kecuali Shanaya. Aku hanya bisa memeluknya dengan erat, aku merasa hatiku utuh saat bersamanya… sejak itu aku merasa Shanayalah duniaku, hidupku. Aku tidak menginginkan apapun kecuali dia… hanya dia.”

1 Maret 2004

“Semua baik-baik saja hingga kemarin, tapi hari ini Shanaya tidak datang… aku mencarinya, dia juga tidak ada. Aku tidak tahu kemana dia? Aku tidak bisa menghubunginya… dia tidak memberikan kabar apapun. Satu hari, dua hari sampai seminggu aku tidak melihatnya… dia juga tidak pernah datang lagi. Tujuh kuntum bunga mawar yang kubeli setiap harinya layu begitu saja. Aku ingin membawanya ke Mumbai, bertemu dengan orang tuaku dan menikah… aku tidak peduli dengan apapun, yang jelas aku ingin menghabiskan seluruh hidupku dengannya”

7 Maret 2004

“Sekali lagi aku mencarinya dan hari ini sepertinya aku beruntung… aku melihat Shanaya didepan rumahnya. Entah dari mana yang jelas dia sepertinya dia baru pulang…”

Kamu kemana sich Shanaya… aku mencarimu, handponemu juga tidak bisa dihubungi, apa yang terjadi? Akhirnya Anand menghampiri gadis itu.
Shanaya hanya menatapnya lekat… aku ingin mengatakan sesuatu padamu.
Aku juga “potong Anand cepat. Aku ingin mengatakan sesuatu padamu, penting… tapi tidak disini. kamu datang ya nanti malam ke cafe deket kantor aku… aku tunggu.
Tapi Anand, aku ingin mengatakan sesuatu padamu sekarang…
Nanti malam… aku tunggu “Anand berlalu dari hadapannya, Shanaya hanya terlihat menghela nafas panjang melihat cowok itu, terlihat sekali kalau dia sangat gelisah. Entah kenapa.

To be continue…