***
Dewi
masih menatap soal Zoologi yang sudah berada ditangannya sejak 15 menit yang
lalu. Dia sama sekali ngk mengisi lembar jawaban ujian sedikitpun dan hanya memuter-muter
pena ditangannya. Tak bisa dibohongi Dewi kembali teringat Rezky, kemana dia?
Kenapa dia belum menghubunginya? Dewi menghela nafas panjang, berkali-kali dia
mencoba untuk tak peduli tapi tetap saja cowok itu semakin utuh diingatan.
Wi,
Dewi… “terdengar Amel memanggilnya dengan berbisik.
Dewi
menoleh dan kemudian menggeleng pertanda dia belum mengisi lembar jawaban, kemudian
Amel mendekatkan lembar jawabannya, buruan ntar pak Adi datang lho “ujarnya
sambil berbisik dan Dewi pun menyalin punya Amel yang tampak seperti tidak
bersemangat. Meskipun masih heran dengan sikap Dewi sejak semalam, Amel tampak
seperti tidak ambil pusing, ntar Dewi juga nyerocos lagi, lagi bad mood aja
kali, batinnya sambil tetap berpikir positif.
Sehabis
ujian semua anak dikelas pada sibuk ngomongin soal Zoologi, soal sialan dan
hujatan semacamnya terlontar dari hampir semua penghuni kelas karena memang
soal tadi lumayan menguras isi otak plus jumlahnya seabrek. Dewi sama sekali
ngk peduli, dia udah yakin banget kalo nilai Zoo nya nanti pasti anjlok karena
memang dia tidak bisa konsentrasi sedikitpun.
***
Dewi
masih termangu sendiri dibalkon kamarnya. Sudah 2 minggu tidak ada sama sekali
pesan atau miscall dari Rezky, berkali-kali dia menganggap ini hanya mimpi dan
segera terbangun, menatap Rezky ada dihadapannya tapi gagal, ini terlalu nyata.
Cowok itu benar-benar meninggalkannya. Benarkah? Sejahat itukah sosok yang
begitu dicintainya? Tapi bagaimana dengan kenyataan yang terlalu jelas didepan
mata. Rezky benar-benar pergi. Inikah jawaban dari semua penantian dan
kesabarannya? Dewi kembali menekur dan perlahan terdengan isaknya yang
tertahan, tak ada kata-kata, hanya tangisnya yang seakan memecah kesunyian
senja yang semakin beranjak malam. Dia salah, dia keliru, seseorang yang dia
anggap akan jadi pilihan terakhirnya sekarang pergi ninggalin dia, sekarang tak
akan ada lagi kejutan indah yang bisa membuatnya tersenyum. Rezky pergi tanpa
dia tahu kenapa, bahkan tanpa menemuinya sekalipun, tanpa bertanya dan tanpa
mendengar penjelasannya. Milik orang lain sejak awal? Kalimat itu membuat Dewi
mendengus, bukannya dia tahu. Dewi yakin Rezky pasti punya alasan lain, ada
oranglainkah? Atau memang dari awal Rezky hanya ingin singgah, dia tidak punya
rencana untuk tetap tinggal. Sakit memang dan mungkin tak ada hal lain yang
bisa diungkapkan selain meneteskan air mata, tapi rasanya itu tak cukup, ingin
rasanya Dewi mati detik ini juga, dia serasa kehilangan semuanya.
Wi…
Terdengar suara yang cukup berat memanggilnya, Dewi mengangkat kepalanya dan
melihat Aldo berdiri tak jauh darinya, menatapnya dengan pandangan heran.
Tiba-tiba Dewi berdiri dan berjalan memeluk cowok itu. Tangisnya semakin keras.
Dia tak bisa lagi menahan semuanya, hatinya teramat sakit. Aldo hanya diam, dia
tahu Dewi kenapa, Amel sudah menceritakan semuanya, dia datang hanya ingin
mengatakan kalau semuanya akan baik-baik saja.
***
Aku
cuma becanda Al, hanya becanda tapi pada akhirnya aku lupa kalau aku sedang
becanda. Aku juga ngk tahu sejak kapan aku punya perasaan yang beda, perasaan
yang aneh, untuk pertama kalinya aku begitu ingin waktu berhenti saat
didekatnya, ingin malam berlalu lebih cepat dari biasanya, entah sejak kapan
aku mulai ngerasa dia begitu penting dan entah kapan aku menjadi begitu bodoh
dengan semua kesalahan dia aku masih saja bisa maafin. Aku cinta dia Al… “Dewi
menekur, satu tetes bening turun dari matanya, Aldo bisa melihatnya dengan
jelas, bahkan sangat jelas tapi dia hanya diam dan tak melakukan apapun. Dia
hanya heran bagaimana mungkin seorang Dewi bisa seperti ini cuma gara-gara satu
orang cowok? Cinta? Sepertinya ini bukan pertama kalinya Aldo mendengar kata
itu dari mulut Dewi tapi kenapa kali ini Aldo merasa semua ini dari hati. Dewi
jatuh cinta dan dia kecewa karenanya. Ini seperti kenyataan yang bahkan sangat
sulit untuk dianggap nyata.
Aku ngk
ngerti kenapa dia pergi kayak gini. Kenapa dia ninggalin aku, aku ngk pernah
ngeduain dia Al dan bahkan aku udah tinggalin semuanya buat dia. Aku akan
terima apapun alasan dia untuk pergi tapi kamu lihat dia ngk bilang apa-apa,
dia pergi gitu aja Al… “Dewi berusaha tersenyum sambil menyeka airmatanya
berkali-kali sementara Aldo menatapnya tak bergeming, hatinya terasa sakit
melihat airmata Dewi, terlihat jelas kalau cowok itu sedang mengepalkan
tangannya dengan kuat seperti menahan amarah yang teramat sangat.
Aku
memimpikan banyak hal dan bahkan aku udah putuskan untuk memilih dia Al, aku
pilih dia… “Dewi mengakhiri penjelasannnya sambil menatap Aldo, dia tersenyum…
Aku bodoh ya? Pertanyaan itu membuat Aldo tersenyum sambil menggeleng.
Dia
yang bodoh… “Perkataan Aldo membuat Dewi heran. Kamu hanya kehilangan orang
yang tidak mencintaimu sedangkan dia… Dia kehilangan orang yang benar-benar
mencintainya. Wi… Tuhan itu mengambil sesuatu pasti dia akan menggantinya
dengan yang lebih baik… Ya, memang terdengar klise tapi kali ini cobalah untuk
percaya, setidaknya bisa bikin hati kamu sedikit tenang. Ya… “Aldo menatap Dewi
mencoba memberikan keyakinan untuk perkataannya barusan.
***
Mana Rezky?
Aldo berdiri didepan kelas Rezky dan bertanya kepada salah satu mahasiswa yang
sedang berada disana.
Dia ngk
masuk tuh… Udah 2 minggu ini malahan “Jawab salah satu mahasiswa didalam
ruangan. Ada apa? Tanpa menjawab pertanyaan itu Aldo segera berlari ke ruang
dosen FMIPA dan tak lama dia keluar. Satu kesimpulan… Rezky udah ngk kuliah
disini, dia pindah kampus. Aldo terduduk lemah dibangku taman, apa yang
terjadi? Tidak mungkin dia pindah kampus hanya untuk menghindari Dewi, ngk
mungkin, pasti ada alasan lain tapi apa? Aldo terlihat tak habis pikir, dia
benar-benar tak bisa menebak sama sekali kenapa Rezky pergi dan bahkan
meninggalkan kampus.
***
Al… Ada
apa? Dewi keluar pagar dan melihat Aldo berdiri disana dengan wajah capek, dia
menatap Dewi sendu. Ada apa Al? Tadi kamu nyuruh nunggu sekarang malah diam
aja, kamu kesambet ya? Ucap Dewi berusaha tertawa tapi tidak berhasil, awan
hitam itu terasa masih bertengger disudut matanya. Perlahan Aldo menarik tangan
Dewi dan mendekap cewek itu, dia terdiam agak lama, Dewi pun tampak heran, ada
apa dengan Aldo?
Lupain
dia. Rezky… Lupain dia Wi, dia ngk pantes buat kamu, pengecut, aku ngk peduli
kamu akan marah tapi yang jelas aku sangat berterima kasih dia pergi, cukup…
Sudah cukup dia bikin kamu nangis, aku mohon… Aku mohon Dewi, lupain dia… “Aldo
melepaskan dekapannya dan menatap Dewi lama… Aku mohon ini terakhir kalinya aku
denger nama dia, jangan pernah sebut nama dia lagi didepan aku. Dewi hanya
diam, dia kenal Aldo sejak lama dan dia sangat tahu sahabatnya itu sedang tidak
becanda. Tanpa berkata apapun Dewi hanya mengangguk sambil berusaha tersenyum.
***
Rezky
bener-bener berlalu, dia tidak akan kembali bahkan hanya untuk meminta maaf,
rasa sayang yang dia tunjukkan selama ini hanya sandiwara, dan Dewi… adalah
bagian dari sandiwara itu yang harus merelakan hatinya terluka dalam karena
rasa yang terlanjur mencintai. Matanya masih nanar menatap matahari yang hampir
tenggelam diufuk barat, seandainya hati bisa seperti itu, tenggelam dan esok
kembali dengan hari yang baru pasti semuanya tidak akan sesulit ini. Rasanya
terlalu sulit untuk membujuk hati, terlalu bohong untuk mengatakan kalau
semuanya akan baik-baik saja. Semuanya tidak akan pernah baik-baik saja, waktu
akan memperbaiki semuanya, sampai kapan? Perlahan ada bulir bening mengalir
disudut matanya, Dewi sudah bertekat untuk tidak lagi menangis tapi rasanya
hati tidak pernah mau berkompromi dengan logika.
Cinta…
Hal yang selama ini dianggap bulsyit oleh Dewi dan hari ini dia bahkan menangis
untuk hal bulsyit itu. Bisa dikatakan bodoh, membuang airmata demi seorang
cowok, tapi tidak untuk kali ini. Dewi terisak, dia menangis sesugukan,
berkali-kali dia menekan dadanya mungkin karena rasa sakit yang teramat sangat.
Nangis
aja kalau itu bisa bikin kamu lebih lega… “ucap seseorang yang tiba-tiba duduk
disamping Dewi.
Ryan?
Dewi melihat sosok disebelahnya dengan heran, dia menatap cowok itu seperti
mengatakan bagaimana dia ada disini? Sejak kapan? Cowok itu hanya menatap Dewi
dengan sendu, menyeka airmatanya dan berusaha tersenyum meskipun tampak samar.
***
Aku ngk sengaja ketemu Aldo kemarin, dia
cerita tentang kamu, aku ngk nyangka kalau kamu bisa kayak gini Wi. Kenapa Wi?
Bukankah dulu kamu yang bilang cowok didunia ini banyak, ngk bakal ada yang
bener-bener bisa merebut hati kamu apalagi mematahkannya. Tapi kenapa kali ini
kamu nangis? Ryan menatap gadis didepannya dengan sendu, tak ada raut marah
ataupun kesal dari tatapan itu yang ada hanyalah ketulusan yang terpancar jelas
dari dua bola matanya. Sekali lagi airmata Dewi menetes, inikah cowok yang dia
tinggalkan untuk Rezky? Yang bahkan hari ini menyeka airmatanya saat dia
sendirian, yang mau berbagi beban saat dia merasa tak sanggup? Tak ada kata
yang dapat diucapkan Dewi, dia memalingkan wajahnya, dia seakan malu pada diri
sendiri.
Lupakan dia Wi… Aku tahu ini sulit, tapi
percayalah kamu akan menemukan seseorang yang lebih baik darinya, percayalah
untuk menyelamatkanmu dari orang yang salah, mungkin Tuhan harus mematahkan
hatimu. Mungkin disuatu tempat ada orang yang nantinya akan mencintaimu dengan
tulus, pikirkan kuliah kamu sekarang jangan pikirkan apapun… ya… “Ryan mencoba
mengacak rambut Dewi, gadis itu tersenyum tipis.
Maafin aku ya Yan… Aku…
Ngk ada yang perlu dimaafin kok Wi, kamu
ngk salah, yang salah itu kalau kamu ngk ngasih tahu aku, kamu bilang kan kalau
kamu cinta sama dia dan memilih, kamu ngk salah… Kamu hanya sedang jatuh cinta…
“ucap Ryan yang membuat Dewi kembali meneteskan airmatanya, dia tertegun,
seandainya Rezky itu Ryan, mungkin dia akan menjadi gadis paling bahagia
didunia.
Aku
tidak mengerti apa yang begitu istimewa dari seorang Rezky sampai kamu sebegitu
patah hatinya tapi percayalah, tuhan sedang mempersiapkan seseorang yang
terbaik buat kamu Wi… “Ryan menatap Dewi dalam seakan mencoba menyematkan
kalimatnya dihati gadis itu. Dewi pun berusaha tersenyum meskipun tampak
dipaksakan, dia tahu Ryan tidak sedang menghiburnya, diapun percaya tuhan
sedang mengambil orang salah dan suatu saat akan mengirimkan orang yang tepat
disaat yang tepat, semua hanya masalah waktu.
***
Dewi
masih tertegun disamping jendela kamarnya, malam semakin pekat tak ada satupun
bintang yang bertengger diatas sana. Pandangannya beralir ke layar handponenya
yang terletak disudut tempat tidur, masih jelas wajah cowok yang sedang
tersenyum disana. Ya… Rezky, diraihnya handpone itu dan ditatapnya lama,
perlahan Dewi kembali merasa pipinya hangat, satu bulir lagi jatuh disudut
matanya.
Pergi
aja, aku tahu kamu sudah lama berhenti hanya aku yang sulit memberitahu diri
sendiri bahwa semua orang bisa berubah karena aku mencintai seperti tak akan
berakhir “bisiknya pada foto itu. Tak lama Dewi menekan tombol delete, membuka
sim card dan membuangnya, ngk ada pilihan lain selain membiarkan semuanya.
***
Dewi
membuka jendela kamarnya, dihirupnya udara pagi sambil memejamkan mata dan
berusaha tersenyum meskipun tipis. Dia menatap pagi dengan segala hiruk
pikuknya, kendaraan yang lalu lalang, mahasiswa yang mulai tampak berjalan
kekampus untuk kuliah, dia menatap keufuk timur, matahari yang tenggelam sore
kemarin tampak kembali dengan rutinitasnya setiap hari. Hidup itu terus
berjalan, tanpa Rezky dunia masih berputar, tak ada yang bener-bener runtuh
kecuali hatinya dan mungkin benar, waktu akan memperbaiki semuanya. Semoga!
Untuk seseorang yang pernah kusebut Cinta…
Aku tidak pernah menyalahkan Tuhan mengapa
Dia memberikan rasa yang begitu dalam hanya untuk seseorang…
Ya… Hanya aku, kamu tidak…
Jika ini maumu… Pergilah sayang…
Kan kutata hatiku dengan tenang - (Juli 2009)
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar