Rabu, 23 Maret 2016

Lost My Heart - 7



***
Dewi masih menatap soal Zoologi yang sudah berada ditangannya sejak 15 menit yang lalu. Dia sama sekali ngk mengisi lembar jawaban ujian sedikitpun dan hanya memuter-muter pena ditangannya. Tak bisa dibohongi Dewi kembali teringat Rezky, kemana dia? Kenapa dia belum menghubunginya? Dewi menghela nafas panjang, berkali-kali dia mencoba untuk tak peduli tapi tetap saja cowok itu semakin utuh diingatan.

Wi, Dewi… “terdengar Amel memanggilnya dengan berbisik.

Dewi menoleh dan kemudian menggeleng pertanda dia belum mengisi lembar jawaban, kemudian Amel mendekatkan lembar jawabannya, buruan ntar pak Adi datang lho “ujarnya sambil berbisik dan Dewi pun menyalin punya Amel yang tampak seperti tidak bersemangat. Meskipun masih heran dengan sikap Dewi sejak semalam, Amel tampak seperti tidak ambil pusing, ntar Dewi juga nyerocos lagi, lagi bad mood aja kali, batinnya sambil tetap berpikir positif.

Sehabis ujian semua anak dikelas pada sibuk ngomongin soal Zoologi, soal sialan dan hujatan semacamnya terlontar dari hampir semua penghuni kelas karena memang soal tadi lumayan menguras isi otak plus jumlahnya seabrek. Dewi sama sekali ngk peduli, dia udah yakin banget kalo nilai Zoo nya nanti pasti anjlok karena memang dia tidak bisa konsentrasi sedikitpun.

***
Dewi masih termangu sendiri dibalkon kamarnya. Sudah 2 minggu tidak ada sama sekali pesan atau miscall dari Rezky, berkali-kali dia menganggap ini hanya mimpi dan segera terbangun, menatap Rezky ada dihadapannya tapi gagal, ini terlalu nyata. Cowok itu benar-benar meninggalkannya. Benarkah? Sejahat itukah sosok yang begitu dicintainya? Tapi bagaimana dengan kenyataan yang terlalu jelas didepan mata. Rezky benar-benar pergi. Inikah jawaban dari semua penantian dan kesabarannya? Dewi kembali menekur dan perlahan terdengan isaknya yang tertahan, tak ada kata-kata, hanya tangisnya yang seakan memecah kesunyian senja yang semakin beranjak malam. Dia salah, dia keliru, seseorang yang dia anggap akan jadi pilihan terakhirnya sekarang pergi ninggalin dia, sekarang tak akan ada lagi kejutan indah yang bisa membuatnya tersenyum. Rezky pergi tanpa dia tahu kenapa, bahkan tanpa menemuinya sekalipun, tanpa bertanya dan tanpa mendengar penjelasannya. Milik orang lain sejak awal? Kalimat itu membuat Dewi mendengus, bukannya dia tahu. Dewi yakin Rezky pasti punya alasan lain, ada oranglainkah? Atau memang dari awal Rezky hanya ingin singgah, dia tidak punya rencana untuk tetap tinggal. Sakit memang dan mungkin tak ada hal lain yang bisa diungkapkan selain meneteskan air mata, tapi rasanya itu tak cukup, ingin rasanya Dewi mati detik ini juga, dia serasa kehilangan semuanya.
Wi… Terdengar suara yang cukup berat memanggilnya, Dewi mengangkat kepalanya dan melihat Aldo berdiri tak jauh darinya, menatapnya dengan pandangan heran. Tiba-tiba Dewi berdiri dan berjalan memeluk cowok itu. Tangisnya semakin keras. Dia tak bisa lagi menahan semuanya, hatinya teramat sakit. Aldo hanya diam, dia tahu Dewi kenapa, Amel sudah menceritakan semuanya, dia datang hanya ingin mengatakan kalau semuanya akan baik-baik saja.

***
Aku cuma becanda Al, hanya becanda tapi pada akhirnya aku lupa kalau aku sedang becanda. Aku juga ngk tahu sejak kapan aku punya perasaan yang beda, perasaan yang aneh, untuk pertama kalinya aku begitu ingin waktu berhenti saat didekatnya, ingin malam berlalu lebih cepat dari biasanya, entah sejak kapan aku mulai ngerasa dia begitu penting dan entah kapan aku menjadi begitu bodoh dengan semua kesalahan dia aku masih saja bisa maafin. Aku cinta dia Al… “Dewi menekur, satu tetes bening turun dari matanya, Aldo bisa melihatnya dengan jelas, bahkan sangat jelas tapi dia hanya diam dan tak melakukan apapun. Dia hanya heran bagaimana mungkin seorang Dewi bisa seperti ini cuma gara-gara satu orang cowok? Cinta? Sepertinya ini bukan pertama kalinya Aldo mendengar kata itu dari mulut Dewi tapi kenapa kali ini Aldo merasa semua ini dari hati. Dewi jatuh cinta dan dia kecewa karenanya. Ini seperti kenyataan yang bahkan sangat sulit untuk dianggap nyata.

Aku ngk ngerti kenapa dia pergi kayak gini. Kenapa dia ninggalin aku, aku ngk pernah ngeduain dia Al dan bahkan aku udah tinggalin semuanya buat dia. Aku akan terima apapun alasan dia untuk pergi tapi kamu lihat dia ngk bilang apa-apa, dia pergi gitu aja Al… “Dewi berusaha tersenyum sambil menyeka airmatanya berkali-kali sementara Aldo menatapnya tak bergeming, hatinya terasa sakit melihat airmata Dewi, terlihat jelas kalau cowok itu sedang mengepalkan tangannya dengan kuat seperti menahan amarah yang teramat sangat.

Aku memimpikan banyak hal dan bahkan aku udah putuskan untuk memilih dia Al, aku pilih dia… “Dewi mengakhiri penjelasannnya sambil menatap Aldo, dia tersenyum… Aku bodoh ya? Pertanyaan itu membuat Aldo tersenyum sambil menggeleng.

Dia yang bodoh… “Perkataan Aldo membuat Dewi heran. Kamu hanya kehilangan orang yang tidak mencintaimu sedangkan dia… Dia kehilangan orang yang benar-benar mencintainya. Wi… Tuhan itu mengambil sesuatu pasti dia akan menggantinya dengan yang lebih baik… Ya, memang terdengar klise tapi kali ini cobalah untuk percaya, setidaknya bisa bikin hati kamu sedikit tenang. Ya… “Aldo menatap Dewi mencoba memberikan keyakinan untuk perkataannya barusan.

***
Mana Rezky? Aldo berdiri didepan kelas Rezky dan bertanya kepada salah satu mahasiswa yang sedang berada disana.

Dia ngk masuk tuh… Udah 2 minggu ini malahan “Jawab salah satu mahasiswa didalam ruangan. Ada apa? Tanpa menjawab pertanyaan itu Aldo segera berlari ke ruang dosen FMIPA dan tak lama dia keluar. Satu kesimpulan… Rezky udah ngk kuliah disini, dia pindah kampus. Aldo terduduk lemah dibangku taman, apa yang terjadi? Tidak mungkin dia pindah kampus hanya untuk menghindari Dewi, ngk mungkin, pasti ada alasan lain tapi apa? Aldo terlihat tak habis pikir, dia benar-benar tak bisa menebak sama sekali kenapa Rezky pergi dan bahkan meninggalkan kampus.

***
Al… Ada apa? Dewi keluar pagar dan melihat Aldo berdiri disana dengan wajah capek, dia menatap Dewi sendu. Ada apa Al? Tadi kamu nyuruh nunggu sekarang malah diam aja, kamu kesambet ya? Ucap Dewi berusaha tertawa tapi tidak berhasil, awan hitam itu terasa masih bertengger disudut matanya. Perlahan Aldo menarik tangan Dewi dan mendekap cewek itu, dia terdiam agak lama, Dewi pun tampak heran, ada apa dengan Aldo?

Lupain dia. Rezky… Lupain dia Wi, dia ngk pantes buat kamu, pengecut, aku ngk peduli kamu akan marah tapi yang jelas aku sangat berterima kasih dia pergi, cukup… Sudah cukup dia bikin kamu nangis, aku mohon… Aku mohon Dewi, lupain dia… “Aldo melepaskan dekapannya dan menatap Dewi lama… Aku mohon ini terakhir kalinya aku denger nama dia, jangan pernah sebut nama dia lagi didepan aku. Dewi hanya diam, dia kenal Aldo sejak lama dan dia sangat tahu sahabatnya itu sedang tidak becanda. Tanpa berkata apapun Dewi hanya mengangguk sambil berusaha tersenyum.

***
Rezky bener-bener berlalu, dia tidak akan kembali bahkan hanya untuk meminta maaf, rasa sayang yang dia tunjukkan selama ini hanya sandiwara, dan Dewi… adalah bagian dari sandiwara itu yang harus merelakan hatinya terluka dalam karena rasa yang terlanjur mencintai. Matanya masih nanar menatap matahari yang hampir tenggelam diufuk barat, seandainya hati bisa seperti itu, tenggelam dan esok kembali dengan hari yang baru pasti semuanya tidak akan sesulit ini. Rasanya terlalu sulit untuk membujuk hati, terlalu bohong untuk mengatakan kalau semuanya akan baik-baik saja. Semuanya tidak akan pernah baik-baik saja, waktu akan memperbaiki semuanya, sampai kapan? Perlahan ada bulir bening mengalir disudut matanya, Dewi sudah bertekat untuk tidak lagi menangis tapi rasanya hati tidak pernah mau berkompromi dengan logika.

Cinta… Hal yang selama ini dianggap bulsyit oleh Dewi dan hari ini dia bahkan menangis untuk hal bulsyit itu. Bisa dikatakan bodoh, membuang airmata demi seorang cowok, tapi tidak untuk kali ini. Dewi terisak, dia menangis sesugukan, berkali-kali dia menekan dadanya mungkin karena rasa sakit yang teramat sangat.

Nangis aja kalau itu bisa bikin kamu lebih lega… “ucap seseorang yang tiba-tiba duduk disamping Dewi.

Ryan? Dewi melihat sosok disebelahnya dengan heran, dia menatap cowok itu seperti mengatakan bagaimana dia ada disini? Sejak kapan? Cowok itu hanya menatap Dewi dengan sendu, menyeka airmatanya dan berusaha tersenyum meskipun tampak samar.

***
Aku ngk sengaja ketemu Aldo kemarin, dia cerita tentang kamu, aku ngk nyangka kalau kamu bisa kayak gini Wi. Kenapa Wi? Bukankah dulu kamu yang bilang cowok didunia ini banyak, ngk bakal ada yang bener-bener bisa merebut hati kamu apalagi mematahkannya. Tapi kenapa kali ini kamu nangis? Ryan menatap gadis didepannya dengan sendu, tak ada raut marah ataupun kesal dari tatapan itu yang ada hanyalah ketulusan yang terpancar jelas dari dua bola matanya. Sekali lagi airmata Dewi menetes, inikah cowok yang dia tinggalkan untuk Rezky? Yang bahkan hari ini menyeka airmatanya saat dia sendirian, yang mau berbagi beban saat dia merasa tak sanggup? Tak ada kata yang dapat diucapkan Dewi, dia memalingkan wajahnya, dia seakan malu pada diri sendiri.
Lupakan dia Wi… Aku tahu ini sulit, tapi percayalah kamu akan menemukan seseorang yang lebih baik darinya, percayalah untuk menyelamatkanmu dari orang yang salah, mungkin Tuhan harus mematahkan hatimu. Mungkin disuatu tempat ada orang yang nantinya akan mencintaimu dengan tulus, pikirkan kuliah kamu sekarang jangan pikirkan apapun… ya… “Ryan mencoba mengacak rambut Dewi, gadis itu tersenyum tipis.
Maafin aku ya Yan… Aku…
Ngk ada yang perlu dimaafin kok Wi, kamu ngk salah, yang salah itu kalau kamu ngk ngasih tahu aku, kamu bilang kan kalau kamu cinta sama dia dan memilih, kamu ngk salah… Kamu hanya sedang jatuh cinta… “ucap Ryan yang membuat Dewi kembali meneteskan airmatanya, dia tertegun, seandainya Rezky itu Ryan, mungkin dia akan menjadi gadis paling bahagia didunia. 
Aku tidak mengerti apa yang begitu istimewa dari seorang Rezky sampai kamu sebegitu patah hatinya tapi percayalah, tuhan sedang mempersiapkan seseorang yang terbaik buat kamu Wi… “Ryan menatap Dewi dalam seakan mencoba menyematkan kalimatnya dihati gadis itu. Dewi pun berusaha tersenyum meskipun tampak dipaksakan, dia tahu Ryan tidak sedang menghiburnya, diapun percaya tuhan sedang mengambil orang salah dan suatu saat akan mengirimkan orang yang tepat disaat yang tepat, semua hanya masalah waktu.
***
Dewi masih tertegun disamping jendela kamarnya, malam semakin pekat tak ada satupun bintang yang bertengger diatas sana. Pandangannya beralir ke layar handponenya yang terletak disudut tempat tidur, masih jelas wajah cowok yang sedang tersenyum disana. Ya… Rezky, diraihnya handpone itu dan ditatapnya lama, perlahan Dewi kembali merasa pipinya hangat, satu bulir lagi jatuh disudut matanya.

Pergi aja, aku tahu kamu sudah lama berhenti hanya aku yang sulit memberitahu diri sendiri bahwa semua orang bisa berubah karena aku mencintai seperti tak akan berakhir “bisiknya pada foto itu. Tak lama Dewi menekan tombol delete, membuka sim card dan membuangnya, ngk ada pilihan lain selain membiarkan semuanya.

***
Dewi membuka jendela kamarnya, dihirupnya udara pagi sambil memejamkan mata dan berusaha tersenyum meskipun tipis. Dia menatap pagi dengan segala hiruk pikuknya, kendaraan yang lalu lalang, mahasiswa yang mulai tampak berjalan kekampus untuk kuliah, dia menatap keufuk timur, matahari yang tenggelam sore kemarin tampak kembali dengan rutinitasnya setiap hari. Hidup itu terus berjalan, tanpa Rezky dunia masih berputar, tak ada yang bener-bener runtuh kecuali hatinya dan mungkin benar, waktu akan memperbaiki semuanya. Semoga!

Untuk seseorang yang pernah kusebut Cinta…
Aku tidak pernah menyalahkan Tuhan mengapa Dia memberikan rasa yang begitu dalam hanya untuk seseorang…
Ya… Hanya aku, kamu tidak…
Jika ini maumu… Pergilah sayang…
Kan kutata hatiku dengan tenang - (Juli 2009)

TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar