Rabu, 23 Maret 2016

Lost My Heart - 7



***
Dewi masih menatap soal Zoologi yang sudah berada ditangannya sejak 15 menit yang lalu. Dia sama sekali ngk mengisi lembar jawaban ujian sedikitpun dan hanya memuter-muter pena ditangannya. Tak bisa dibohongi Dewi kembali teringat Rezky, kemana dia? Kenapa dia belum menghubunginya? Dewi menghela nafas panjang, berkali-kali dia mencoba untuk tak peduli tapi tetap saja cowok itu semakin utuh diingatan.

Wi, Dewi… “terdengar Amel memanggilnya dengan berbisik.

Dewi menoleh dan kemudian menggeleng pertanda dia belum mengisi lembar jawaban, kemudian Amel mendekatkan lembar jawabannya, buruan ntar pak Adi datang lho “ujarnya sambil berbisik dan Dewi pun menyalin punya Amel yang tampak seperti tidak bersemangat. Meskipun masih heran dengan sikap Dewi sejak semalam, Amel tampak seperti tidak ambil pusing, ntar Dewi juga nyerocos lagi, lagi bad mood aja kali, batinnya sambil tetap berpikir positif.

Sehabis ujian semua anak dikelas pada sibuk ngomongin soal Zoologi, soal sialan dan hujatan semacamnya terlontar dari hampir semua penghuni kelas karena memang soal tadi lumayan menguras isi otak plus jumlahnya seabrek. Dewi sama sekali ngk peduli, dia udah yakin banget kalo nilai Zoo nya nanti pasti anjlok karena memang dia tidak bisa konsentrasi sedikitpun.

***
Dewi masih termangu sendiri dibalkon kamarnya. Sudah 2 minggu tidak ada sama sekali pesan atau miscall dari Rezky, berkali-kali dia menganggap ini hanya mimpi dan segera terbangun, menatap Rezky ada dihadapannya tapi gagal, ini terlalu nyata. Cowok itu benar-benar meninggalkannya. Benarkah? Sejahat itukah sosok yang begitu dicintainya? Tapi bagaimana dengan kenyataan yang terlalu jelas didepan mata. Rezky benar-benar pergi. Inikah jawaban dari semua penantian dan kesabarannya? Dewi kembali menekur dan perlahan terdengan isaknya yang tertahan, tak ada kata-kata, hanya tangisnya yang seakan memecah kesunyian senja yang semakin beranjak malam. Dia salah, dia keliru, seseorang yang dia anggap akan jadi pilihan terakhirnya sekarang pergi ninggalin dia, sekarang tak akan ada lagi kejutan indah yang bisa membuatnya tersenyum. Rezky pergi tanpa dia tahu kenapa, bahkan tanpa menemuinya sekalipun, tanpa bertanya dan tanpa mendengar penjelasannya. Milik orang lain sejak awal? Kalimat itu membuat Dewi mendengus, bukannya dia tahu. Dewi yakin Rezky pasti punya alasan lain, ada oranglainkah? Atau memang dari awal Rezky hanya ingin singgah, dia tidak punya rencana untuk tetap tinggal. Sakit memang dan mungkin tak ada hal lain yang bisa diungkapkan selain meneteskan air mata, tapi rasanya itu tak cukup, ingin rasanya Dewi mati detik ini juga, dia serasa kehilangan semuanya.
Wi… Terdengar suara yang cukup berat memanggilnya, Dewi mengangkat kepalanya dan melihat Aldo berdiri tak jauh darinya, menatapnya dengan pandangan heran. Tiba-tiba Dewi berdiri dan berjalan memeluk cowok itu. Tangisnya semakin keras. Dia tak bisa lagi menahan semuanya, hatinya teramat sakit. Aldo hanya diam, dia tahu Dewi kenapa, Amel sudah menceritakan semuanya, dia datang hanya ingin mengatakan kalau semuanya akan baik-baik saja.

***
Aku cuma becanda Al, hanya becanda tapi pada akhirnya aku lupa kalau aku sedang becanda. Aku juga ngk tahu sejak kapan aku punya perasaan yang beda, perasaan yang aneh, untuk pertama kalinya aku begitu ingin waktu berhenti saat didekatnya, ingin malam berlalu lebih cepat dari biasanya, entah sejak kapan aku mulai ngerasa dia begitu penting dan entah kapan aku menjadi begitu bodoh dengan semua kesalahan dia aku masih saja bisa maafin. Aku cinta dia Al… “Dewi menekur, satu tetes bening turun dari matanya, Aldo bisa melihatnya dengan jelas, bahkan sangat jelas tapi dia hanya diam dan tak melakukan apapun. Dia hanya heran bagaimana mungkin seorang Dewi bisa seperti ini cuma gara-gara satu orang cowok? Cinta? Sepertinya ini bukan pertama kalinya Aldo mendengar kata itu dari mulut Dewi tapi kenapa kali ini Aldo merasa semua ini dari hati. Dewi jatuh cinta dan dia kecewa karenanya. Ini seperti kenyataan yang bahkan sangat sulit untuk dianggap nyata.

Aku ngk ngerti kenapa dia pergi kayak gini. Kenapa dia ninggalin aku, aku ngk pernah ngeduain dia Al dan bahkan aku udah tinggalin semuanya buat dia. Aku akan terima apapun alasan dia untuk pergi tapi kamu lihat dia ngk bilang apa-apa, dia pergi gitu aja Al… “Dewi berusaha tersenyum sambil menyeka airmatanya berkali-kali sementara Aldo menatapnya tak bergeming, hatinya terasa sakit melihat airmata Dewi, terlihat jelas kalau cowok itu sedang mengepalkan tangannya dengan kuat seperti menahan amarah yang teramat sangat.

Aku memimpikan banyak hal dan bahkan aku udah putuskan untuk memilih dia Al, aku pilih dia… “Dewi mengakhiri penjelasannnya sambil menatap Aldo, dia tersenyum… Aku bodoh ya? Pertanyaan itu membuat Aldo tersenyum sambil menggeleng.

Dia yang bodoh… “Perkataan Aldo membuat Dewi heran. Kamu hanya kehilangan orang yang tidak mencintaimu sedangkan dia… Dia kehilangan orang yang benar-benar mencintainya. Wi… Tuhan itu mengambil sesuatu pasti dia akan menggantinya dengan yang lebih baik… Ya, memang terdengar klise tapi kali ini cobalah untuk percaya, setidaknya bisa bikin hati kamu sedikit tenang. Ya… “Aldo menatap Dewi mencoba memberikan keyakinan untuk perkataannya barusan.

***
Mana Rezky? Aldo berdiri didepan kelas Rezky dan bertanya kepada salah satu mahasiswa yang sedang berada disana.

Dia ngk masuk tuh… Udah 2 minggu ini malahan “Jawab salah satu mahasiswa didalam ruangan. Ada apa? Tanpa menjawab pertanyaan itu Aldo segera berlari ke ruang dosen FMIPA dan tak lama dia keluar. Satu kesimpulan… Rezky udah ngk kuliah disini, dia pindah kampus. Aldo terduduk lemah dibangku taman, apa yang terjadi? Tidak mungkin dia pindah kampus hanya untuk menghindari Dewi, ngk mungkin, pasti ada alasan lain tapi apa? Aldo terlihat tak habis pikir, dia benar-benar tak bisa menebak sama sekali kenapa Rezky pergi dan bahkan meninggalkan kampus.

***
Al… Ada apa? Dewi keluar pagar dan melihat Aldo berdiri disana dengan wajah capek, dia menatap Dewi sendu. Ada apa Al? Tadi kamu nyuruh nunggu sekarang malah diam aja, kamu kesambet ya? Ucap Dewi berusaha tertawa tapi tidak berhasil, awan hitam itu terasa masih bertengger disudut matanya. Perlahan Aldo menarik tangan Dewi dan mendekap cewek itu, dia terdiam agak lama, Dewi pun tampak heran, ada apa dengan Aldo?

Lupain dia. Rezky… Lupain dia Wi, dia ngk pantes buat kamu, pengecut, aku ngk peduli kamu akan marah tapi yang jelas aku sangat berterima kasih dia pergi, cukup… Sudah cukup dia bikin kamu nangis, aku mohon… Aku mohon Dewi, lupain dia… “Aldo melepaskan dekapannya dan menatap Dewi lama… Aku mohon ini terakhir kalinya aku denger nama dia, jangan pernah sebut nama dia lagi didepan aku. Dewi hanya diam, dia kenal Aldo sejak lama dan dia sangat tahu sahabatnya itu sedang tidak becanda. Tanpa berkata apapun Dewi hanya mengangguk sambil berusaha tersenyum.

***
Rezky bener-bener berlalu, dia tidak akan kembali bahkan hanya untuk meminta maaf, rasa sayang yang dia tunjukkan selama ini hanya sandiwara, dan Dewi… adalah bagian dari sandiwara itu yang harus merelakan hatinya terluka dalam karena rasa yang terlanjur mencintai. Matanya masih nanar menatap matahari yang hampir tenggelam diufuk barat, seandainya hati bisa seperti itu, tenggelam dan esok kembali dengan hari yang baru pasti semuanya tidak akan sesulit ini. Rasanya terlalu sulit untuk membujuk hati, terlalu bohong untuk mengatakan kalau semuanya akan baik-baik saja. Semuanya tidak akan pernah baik-baik saja, waktu akan memperbaiki semuanya, sampai kapan? Perlahan ada bulir bening mengalir disudut matanya, Dewi sudah bertekat untuk tidak lagi menangis tapi rasanya hati tidak pernah mau berkompromi dengan logika.

Cinta… Hal yang selama ini dianggap bulsyit oleh Dewi dan hari ini dia bahkan menangis untuk hal bulsyit itu. Bisa dikatakan bodoh, membuang airmata demi seorang cowok, tapi tidak untuk kali ini. Dewi terisak, dia menangis sesugukan, berkali-kali dia menekan dadanya mungkin karena rasa sakit yang teramat sangat.

Nangis aja kalau itu bisa bikin kamu lebih lega… “ucap seseorang yang tiba-tiba duduk disamping Dewi.

Ryan? Dewi melihat sosok disebelahnya dengan heran, dia menatap cowok itu seperti mengatakan bagaimana dia ada disini? Sejak kapan? Cowok itu hanya menatap Dewi dengan sendu, menyeka airmatanya dan berusaha tersenyum meskipun tampak samar.

***
Aku ngk sengaja ketemu Aldo kemarin, dia cerita tentang kamu, aku ngk nyangka kalau kamu bisa kayak gini Wi. Kenapa Wi? Bukankah dulu kamu yang bilang cowok didunia ini banyak, ngk bakal ada yang bener-bener bisa merebut hati kamu apalagi mematahkannya. Tapi kenapa kali ini kamu nangis? Ryan menatap gadis didepannya dengan sendu, tak ada raut marah ataupun kesal dari tatapan itu yang ada hanyalah ketulusan yang terpancar jelas dari dua bola matanya. Sekali lagi airmata Dewi menetes, inikah cowok yang dia tinggalkan untuk Rezky? Yang bahkan hari ini menyeka airmatanya saat dia sendirian, yang mau berbagi beban saat dia merasa tak sanggup? Tak ada kata yang dapat diucapkan Dewi, dia memalingkan wajahnya, dia seakan malu pada diri sendiri.
Lupakan dia Wi… Aku tahu ini sulit, tapi percayalah kamu akan menemukan seseorang yang lebih baik darinya, percayalah untuk menyelamatkanmu dari orang yang salah, mungkin Tuhan harus mematahkan hatimu. Mungkin disuatu tempat ada orang yang nantinya akan mencintaimu dengan tulus, pikirkan kuliah kamu sekarang jangan pikirkan apapun… ya… “Ryan mencoba mengacak rambut Dewi, gadis itu tersenyum tipis.
Maafin aku ya Yan… Aku…
Ngk ada yang perlu dimaafin kok Wi, kamu ngk salah, yang salah itu kalau kamu ngk ngasih tahu aku, kamu bilang kan kalau kamu cinta sama dia dan memilih, kamu ngk salah… Kamu hanya sedang jatuh cinta… “ucap Ryan yang membuat Dewi kembali meneteskan airmatanya, dia tertegun, seandainya Rezky itu Ryan, mungkin dia akan menjadi gadis paling bahagia didunia. 
Aku tidak mengerti apa yang begitu istimewa dari seorang Rezky sampai kamu sebegitu patah hatinya tapi percayalah, tuhan sedang mempersiapkan seseorang yang terbaik buat kamu Wi… “Ryan menatap Dewi dalam seakan mencoba menyematkan kalimatnya dihati gadis itu. Dewi pun berusaha tersenyum meskipun tampak dipaksakan, dia tahu Ryan tidak sedang menghiburnya, diapun percaya tuhan sedang mengambil orang salah dan suatu saat akan mengirimkan orang yang tepat disaat yang tepat, semua hanya masalah waktu.
***
Dewi masih tertegun disamping jendela kamarnya, malam semakin pekat tak ada satupun bintang yang bertengger diatas sana. Pandangannya beralir ke layar handponenya yang terletak disudut tempat tidur, masih jelas wajah cowok yang sedang tersenyum disana. Ya… Rezky, diraihnya handpone itu dan ditatapnya lama, perlahan Dewi kembali merasa pipinya hangat, satu bulir lagi jatuh disudut matanya.

Pergi aja, aku tahu kamu sudah lama berhenti hanya aku yang sulit memberitahu diri sendiri bahwa semua orang bisa berubah karena aku mencintai seperti tak akan berakhir “bisiknya pada foto itu. Tak lama Dewi menekan tombol delete, membuka sim card dan membuangnya, ngk ada pilihan lain selain membiarkan semuanya.

***
Dewi membuka jendela kamarnya, dihirupnya udara pagi sambil memejamkan mata dan berusaha tersenyum meskipun tipis. Dia menatap pagi dengan segala hiruk pikuknya, kendaraan yang lalu lalang, mahasiswa yang mulai tampak berjalan kekampus untuk kuliah, dia menatap keufuk timur, matahari yang tenggelam sore kemarin tampak kembali dengan rutinitasnya setiap hari. Hidup itu terus berjalan, tanpa Rezky dunia masih berputar, tak ada yang bener-bener runtuh kecuali hatinya dan mungkin benar, waktu akan memperbaiki semuanya. Semoga!

Untuk seseorang yang pernah kusebut Cinta…
Aku tidak pernah menyalahkan Tuhan mengapa Dia memberikan rasa yang begitu dalam hanya untuk seseorang…
Ya… Hanya aku, kamu tidak…
Jika ini maumu… Pergilah sayang…
Kan kutata hatiku dengan tenang - (Juli 2009)

TAMAT

Lost My Heart - 6



***
Ponsel Dewi berdering berkali-kali. Rezky sudah menelpon untuk yang kesekian kali, dia tampak sangat risau, bagaimana mungkin dia ngangkat telpon saat kayak gini. Bu Indri lagi cuap-cuap didepan kelas, Dewi tampak tidak menggubris panggilan itu. Dia terlihat berusaha konsentrasi dengan penjelasan Bu Indri didepan kelas.
Kelas berakhir, jam tangannya sudah menunjukkan pukul 5 sore. Dewi melihat layar ponselnya, 5 panggilan tak terjawab. Dia berniat nelpon balik tapi ternyata pulsa ngk cukup. Huf… Nich pulsa pake acara habis lagi, Dewi segera keluar gerbang kampus berniat untuk mencari counter terdekat. Namun baru saja dia keluar, Rezky sudah berdiri dihadapannya.
Rez… Sejak kapan kamu disini?
Sejak 2 jam yang lalu, kamu kemana aja sich? Telpon ngk diangkat-angkat “Rezky tampak marah.
Aku lagi kuliah Rez, sama Bu Indri. Kamu tahu kan Bu Indri suka marah kalau ada yang berisik dikelas.
Kamu kan bisa keluar buat ngangkat telpon, kamunya aja yang ngk niat buat ngangkat.
Kok kamu jadi marah-marah sich? Dewi terlihat heran melihat sikap Rezky yang ngk kayak biasanya.
Gimana ngk marah, udah keluar kelas pun kamu ngk telpon balik kan?
Ini aku mau telpon kamu, pulsa aku tuh habis makanya aku isi dulu, kamu jangan marah-marah downk “Dewi terlihat tak kalah sewot.
Akh… Banyak alasan kamu tahu ngk. Ya udahlah… “Rezky tiba-tiba berbalik dan berjalan menuju mobilnya. Dewi tampak panik dan berusaha mengejar.
Oke aku minta maaf. Aku ngk maksud bentak kamu. Maafin aku ya… Oke aku salah, ini ngk bakal kejadian lagi. Ya… “Dewi terlihat mulai berkaca-kaca.
Udahlah… “Rezky menepis tangan Dewi dan masuk kemobilnya.
Rez… Kamu kenapa sich? Aku minta maaf… Kamu jangan kayak gini downk “Dewi mulai terisak, satu tetes air berhasil turun dari matanya.
Udahlah… “Rezky melajukan mobilnya sementara Dewi masih mematung tidak mengerti. Airmatanya jatuh berkali-kali. Dia duduk ditepi jalan memikirkan apa yang salah.
Dewi… Kamu ngapain disini? Amel yang tiba-tiba datang habis membeli minum kaget melihat Dewi terduduk ditepi jalan gini sambil nangis.
Mel… Aku… “Dewi tidak melanjutkan kata-katanya. Dia memeluk sahabatnya itu sambil terus menangis. Amel hanya diam, dia tak bertanya apapun, biarkan saja, Dewi akan mengatakannya nanti.
Ya udah kita pulang yuk, ngk enak dilihat orang… “Amel membantu Dewi berdiri. Untung udah sore, jadi kampus udah mulai sepi, kalau ngk si Dewi bisa jadi bahan tontonan nich apalagi kalau sempat dilihat sama anak-anak kelas sebelah. Merusak reputasi banget.
***
Ngk tahu kenapa aku ngerasa dia berubah aja sekarang. Bukan Rezky yang dulu aku kenal. Aku ngk tahu kenapa dia jadi sering banget marah sekarang. Terkadang cuma karena hal sepele dia bisa marah banget sama aku. Aku ngk ngerti Mel… Aku ngerasa kehilangan dia “Dewi menutup wajahnya, Amel terdiam mendengar semua penuturan sahabatnya itu. Dia heran, kenapa Dewi seperti ini.
Tapi aku ngerasa kehilangan kamu Wi “ucap Amel yang membuat Dewi tertegun pertanda tidak mengerti dengan ucapan Amel. Dewi yang aku kenal ngk pernah kayak gini. Aku kenal kamu ngk kemaren Wi, kamu kenapa sich? Kenapa mesti nangis sich Wi? Cuma karena cowok? Ini bukan kamu Wi…
Aku cinta sama dia Mel… Dan itu membuatku merasa ketakutan, takut kehilangan dia “ucap Dewi yang membuat Amel ngk berkata-kata lagi. Dia hanya menatap Dewi yang mulai berbaring dan perlahan terpejam. Sebegitu istimewakah seorang Rezky, hingga Dewi, cewek yang paling cuek dan ngk pedulian yang pernah dia kenal kini bertekuk lutut dihadapannya? Gadis yang paling realistis kini terlihat begitu bodoh. Segitu cintakah Dewi padanya?
***
Aku minta maaf soal kemaren “ucap Dewi berusaha tersenyum saat Rezky menemuinya, cowok itu tersenyum sambil memeluknya.
Aku juga minta maaf, ngk seharusnya aku marah sama kamu. Jangan nangis lagi ya… “Ucapan Rezky terasa seperti gerimis yang datang saat semuanya terasa begitu gersang. Dia tersenyum, inilah Rezky yang membuatnya jatuh cinta.
Wi… Kalau seandainya aku ngk ada, kamu jangan kangen ya… “Ucap Rezky tiba-tiba sambil terus menyetir mobilnya.
Maksud kamu? Dewi menatapnya seperti minta penjelasan lebih. Cowok itu hanya tersenyum tapi Dewi tak ingin bertanya lagi.
Mereka telah sampai didepan asrama Dewi, gadis itu turun tapi dikepalanya masih terngiang ucapan Rezky barusan. Ngk ada? Maksudnya apa? Dewi berbalik, dia menatap Rezky berdiri dibelakangnya, dia berjalan kearah cowok itu dan memeluknya.
Rez… Aku ngk pernah mengucapkan kalimat ini sebelumnya, pada cowok manapun. Aku ingin terus sama kamu sampai kapanpun, aku ingin selalu didekatmu, menghabiskan waktu seumur hidup, apapun itu yang jelas… Aku akan bertahan disisimu sesakit apapun. Aku janji… “Rezky hanya diam, dia melepaskan pelukannya.
Rezky hanya tersenyum sambil menatap Dewi lama, entah apa yang berusaha dia salami dari bola mata gadis itu. Dewi hanya tersenyum dan perlahan dia meninggalkan halaman dan menuju asrama, dia membalikkan badan dan masih bisa melihat Rezky melambaikan tangan padanya.
***
Udah seminggu sejak malam itu Rezky seperti menghilang, Dewi berusaha maklum. Mungkin dia sibuk toh juga sering kayak gini, Dewi berusaha membujuk diri sendiri tapi tiba-tiba ada sesuatu yang mengganjal dihati Dewi, dia kembali teringat ucapan Rezky tiga minggu yang lalu… Kalau aku ngk ada kamu jangan kangen ya? Maksudnya apa? Dewi seperti bertanya pada diri sendiri. Kali ini dia mencoba menghubungi cowok itu… MAILBOX… Ya ampun… Kok Hpnya Rezky ngk aktif sich? Rez… Kamu jangan kayak gini dong Rez, aku ngk bisa tanpa kamu. Udah lebih dari seminggu pun Rezky belum juga menghubungi Dewi entah apa yang terjadi pada cowok itu. Dewi berusaha tenang dengan tidak bilang apa-apa dulu sama Amel. sekarang dia mau fokus dulu ama ujian yang tengah berlangsung, dia ngk pengen suasana hatinya terganggu dengan pikiran yang macam-macam, bisa-bisa ntar nilainya pada berantakan.

***
Ujian semester udah berlangsung selama seminggu, Dewi menghela nafas… Rasanya beban agak berkurang, uh… ujian tinggal tiga hari lagi, tepatnya hari rabu depan ujian finish dan senengnya lagi ultahnya juga udah dekat tapi dimana Rezky? Apa dia lupa sama hari ulangtahunnya yang udah deket? Pake acara sok sibuk plus no Hp ngk aktif lagi, maunya apa sich? Gerutu Dewi pada diri sendiri.

Aku ingin engkau menjadi milikku… Lagu miliknya Romance mengalun lembut dari ponselnya Dewi, ada sms masuk… dia membukanya…

Wi… Aku tahu kamu milik orang lain sejak awal…
Kembalilah dan lupakan…
Sender : 085766******

Meski tak ada nama, entah kenapa Dewi yakin banget sms itu dari Rezky. Apa maksud cowok itu? Kembali, lupakan… Dewi tampak sangat bingung dengan apa yang baru dibacanya, tanpa pikir panjang dia segera menelpon nomor itu tapi mailbox, berkali-kalipun dia coba tapi hasilnya tetap sama, Rezky tak bisa dihubungi. Dewi terduduk disudut kamar, dia terisak dan membenamkan kepalanya kelutut. Hening… hanya derai tangisnya yang seakan memecah suasana. Kenapa? Apa yang terjadi? Kembali Dewi meraih handpone dan mengetik sms…

To : 085766******
Rez… Setidaknya kasih aku waktu buat jelasin
Aku sayang kamu, plis jgn kayak gini Rez
Jangan tinggalin aku…

Pending… Dewi tampak putus asa, inikah akhir dari semuanya? Kenapa? Bahkan ketika dia berusaha menerima semua hal buruk dari cowok itu dan berusaha berdamai dengan diri sendiri cuma karena alasan dia cinta, tapi ini yang dia dapat?

***
Jarum jam menunjukkan pukul 07.00, Dewi membuka mata dan langsung meraih handpone untuk memastikan apa ada pesan atau miscall dari Rezky tapi sepertinya dia harus kecewa sekali lagi. Tidak ada satupun pesan dan miscall dari cowok itu. Dewi merasa seluruh persendiannya mati. Dia berusaha diam, tapi sulit, luka itu terlalu dalam untuk disembunyikan. Sakit itu terlalu menusuk untuk ditahan, dia bener-bener terluka. Airmata rasanya tak cukup mewakili kekecewaannya. Untuk pertama kalinya dia bener-bener ngerasain sakit… sakit banget!
Kenapa? Kenapa saat dia memilih dan meninggalkan semua untuk satu orang dan menutup pintu lainnya justru orang itu sendiri yang membuka pintu lalu pergi dengan alasan yang tidak dia tahu.

Seharian Dewi mengurung diri di kamar, dia ngk mau bicara, ngk mau makan, wajahnya mendung seperti awan hitam yang kapanpun bisa meneteskan hujan.

Dewi… “terdengar suara panggilan dari luar dan itu adalah Amel, Dewi diam dia tak ingin Amel tahu kalau dia sedang menangis. Wi… Kita ujian jam 1 lho, kamu kok daritadi ngk keluar kamar? Katanya mau kekampus pagi, kita kan mau nemuin Bu Eris dulu nich buat ngasih tugas susulan minggu lalu, kamu udah siap kan? Hening… Amel tampak bingung, apa Dewi masih tidur? Wi… “dia mencoba memanggilnya sekali lagi, buka pintunya dong, kamu baik-baik aja kan? Tetap ngk ada sahutan, Amel menghela nafas panjang dan berbalik meninggalkan kamar Dewi. Tak lama terdengar pintu terbuka, Amel berbalik, dia melihat Dewi dengan tatapan heran. Matanya bengkak dan masih terlihat jelas ada genangan disudut matanya.

Dewi… Kamu kenapa? Tanpa menjawab Dewi langsung memeluk Amel dengan erat, dia menangis lagi. Amel hanya diam, tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Dewi kenapa? Tapi dia tidak ingin bertanya, dia tahu Dewi akan cerita dengan sendirinya.
Kamu kenapa Wi? Setelah tenang, Amel memberanikan diri untuk bertanya tapi tiba-tiba Dewi tersenyum.

Ngk apa-apa… Yuk kita kekampus, kan mau ngasih tugas dulu ke Bu Eris dulu trus ujian jam 1. Ya kan? Dewi berusaha untuk terlihat baik-baik saja, tapi Amel tidak bodoh, dia tahu pasti ada sesuatu yang terjadi tapi dia tak ingin bertanya lagi.

Ya udah yuk… “Jawabnya sambil tersenyum lalu beranjak pergi.

Bersambung…

Lost My Heart - 5



***
Dewi masih belum dapat memejamkan matanya, Rezky… Bayangan cowok itu selalu aja menari di pikirannya. Dewi duduk, menyalakan lampu kamar kembali, diliriknya jam di ponsel udah menunjukkan pukul 23.00 dia pengen banget Rezky menelponnya sekarang. Belum sampe beberapa jam, rasanya dia udah kangen banget sama cowok itu.

Saat kamu jatuh cinta, kamu ngk akan peduli apapun kecuali dia, didepannya kamu ngk tahu mesti ngapain, kamu kangen disaat dia jauh dan bila malam matamu akan sulit terpejam karena pikiranmu tidak bersamamu. 

Dewi teringat ucapan seseorang, Ryan! Ya… Ryan pernah katakan kalimat itu padanya. Kalimat yang dulu dia anggap bulsyit… Tapi sekarang, Dewi harus mengakui kalau itu benar.

Ngapain nangis buat cowok, bego banget… ngk penting lagi… kayaknya sekarang Dewi harus menarik kalimat itu kembali. Rezky bener-bener meruntuhkan prinsipnya… Cowok itu bener-bener bikin Dewi gampang banget meneteskan airmatanya, padahal sebenernya terkadang Rezky cuma iseng.

Ponsel Dewi bergetar… Dia melihat layar hp, Rezky! Segera dia menekan tombol ok…

Halo Rez…!

Halo… Belum tidur ya sayang?

Dewi terdiam sejenak, entah kenapa kata sepele itu lagi-lagi membuatnya bungkam dan berkaca-kaca. Ini bukan pertama kalinya Dewi mendengar kata itu, bahkan sangat susah untuk dihitung. Tapi kali ini kata itu terdengar begitu istimewa saat diucapkan oleh Rezky… Sayang!!!

Wi… Kok kamu diam aja? Suara Rezky diseberang  mengagetkannya.

Belom… Lom ngantuk soalnya.

Trus lagi ngapain sekarang?

Ngk ada, kan lagi nelpon ”canda Dewi.

Hallah… Tauk, bisa ngeles juga ternyata, dasar…” gerutu Rezky. Dewi cekikikan… Seneng deh ngedenger Rezky sewot kayak gini. Ngk kuliah ya besok?
Iya… Tapi jam 10 kok… Ngk apa-apalah tidur kemaleman.

Mau dibikin ngantuk ngk? Resky sok promosi.

Caranya? Dewi jadi penasaran.

Nyanyi… Aku nyanyi ya” Rezky menyanyikan lagu kasihnya, Salju band.

Nich cowok ngk tahu lagu lain apa? Lagu itu mulu… Mana suaranya udah seok gitu. Pengen rasanya Dewi ketawa sekerasnya saat ini juga kalo ngk takut penghuni kamar lain bakalan kebangun.

Rez… Suara kamu bikin aku tambah melek tau ngk… Udah deh mending diem.

Ya udah… “lama mereka terdiam, hening malam mulai mencekam. Dewi menunggu Rezky memanggilnya, udah tidur nich cowok? Tanyanya dalam hati, Dewi menajamkan pendengarannya, jelas banget. Dia bisa ngedenger suara nafas cowok itu dari headset ponsel. Dewi mulai gugup, entah kenapa dia seperti merasa Rezky di dekatnya sekarang.

Wi…”deg, jantung Dewi mau copot saking kagetnya, ternyata nich cowok belum tidur.

Dewi diam… Dia ingin Rezky mengiranya udah tidur, nich cowok ngk didepannya, ngk ditelpon selalu aja bikin dia gugup.

Udah tidur ya Wi? Rezky bersuara lagi. Dewi tetap diam. Wi… Aku sayang kamu, aku ngk bohong. Met tidur ya… Bye!

Dewi tersenyum sambil memegang dadanya. Rasanya begitu bergemuruh. Perlahan airmatanya turun. Dia seneng banget. Malam semakin larut, tapi tak sedikitpun Dewi bisa memejamkan matanya, ditatapnya langit dari jendela kamar, bulan sabit tersenyum manis membuat Dewi ikut tersenyum. Ada rasa yang tak biasa… Mungkin itu yang ada dalam pikirannya! Terkadang Dewi seperti tak mengenal dirinya, dia males banget ngangkat telpon kalo lagi tidur, ngebales sms yang ngk penting, diatur sama cowok, ngalah, apalagi sampe nangis… Buat cowok? GAK PENTING BANGET… Tapi sekarang semua itu seakan ngk berlaku buat Rezky. Dewi mau kok ngorbanin tidurnya cuma buat ngedengerin cerita Rezky yang sebenernya ngk penting, seneng banget kalo Rezky ngesms dia walaupun cuma bilang “met pagi”, dia mau nurutin apapun kata cowok itu bahkan dia sanggup meneteskan airmata hanya karena cowok itu ngk menghubunginya. Aneh memang… Tapi itulah yang dia rasa.

Rezky… Keren, penuh perhatian… Cowok idola dengan segala kesempurnaannya? SALAH.
Dia biasa aja bahkan jauh dari standar cowok idaman pujaan Dewi, dia cuek plus nyebelin, bukan pangeran dari negeri dongeng seperti yang ada dalam mimpi Dewi. Tapi… Mungkin benar yang dikatakan Khalil Gibran, cinta itu masalah hati, bukan penampilan. Semuanya tiba-tiba berubah, rasanya menjadi lebih hidup. Bangun, kuliah bahkan bernafaspun semua itu menjadi hal yang begitu istimewa untuk pertama kalinya.

Rez… Mungkin sekarang kamu juga lagi lihat bulan yang sama, aku pengen bilang satu hal…
Demi malam… Demi Juni… Demi bulan yang tersenyum manis bertahtakan sang bintang, aku cinta sama kamu, kali ini aku yakin dengan perasaanku… Yakin banget! Aku titipkan hatiku padamu, jangan pernah jauh dariku… Mungkin tanpamu aku akan baik-baik saja, tapi aku tidak suka dengan apapun yang tanpamu.

***
Dewi meremas jarinya berkali-kali, dia kelihatan sangat gugup.

Hai sayang… “Ryan melambaikan tangannya dari jauh dan berlari mendekati Dewi. Kamu ngk kuliah? Kok tumben ngajak aku ketemu disini, aku ngk pede nich nongkrong dikampus kamu gini. Kok sendiri? Mana si Aldo? Temen kamu yang super kepo itu… “Ryan terus aja nyerocos ngk henti sementara Dewi terus saja diam membuat Ryan menghentikan omongannya dan balik menatap Dewi.

Kamu kenapa Wi? Semuanya baik-baik aja kan?

Yan… Aku mau kita sampai disini aja…

Ryan terperangah, ucapan Dewi sukses membuatnya kaget setengah mati. Dia menatap cewek itu lama.

Aku minta maaf… Aku ngk bisa lanjutin dan kalau kamu ngk keberatan kita tetap teman ya. Hening diantara mereka, Dewi meraih tangan Ryan dan menggenggamnya erat. Aku bener-bener minta maaf. Aku pergi dulu ya… “Dewi meraih tasnya dan beranjak pergi.

Kenapa? Akhirnya kata itu keluar dari mulut Ryan setelah diam agak lama. Oke Wi… Maaf, aku janji dech aku ngk bakal marah lagi kalau kamu deket-deket ama Aldo. Dia teman kamu kan? Aku ngk bakal ngeledek kamu lagi soal dia. Aku ngk bakal terlalu ngatur kamu ini itu. Tapi jangan kayak gini donk Wi, kamu tahu kan aku sayang banget sama kamu.

Dewi berbalik, dia manatap cowok itu lama. Dia ngk bisa menjelaskan apapun. Dia hanya diam sambil menatap cowok itu lama.

Ada orang lain? Tebakan Ryan seperti petir yang muncul tiba-tiba.

Lagi-lagi Dewi tetap diam, Ryan berdiri dan kini dia tepat didepan gadis itu. Kenapa Wi? Ryan menatap gadis yang dicintainya itu, dia bisa melihat mata Dewi berkaca-kaca, dia semakin bingung apa yang sebenarnya terjadi. Dia lalu memeluknya, tapi tiba-tiba Dewi berusaha menghindar dan berusaha menjauh. Maaf Yan… Aku pergi dulu “Ryan masih mematung tidak mengerti, ada apa dengan Dewi, kenapa dia seperti ini. Beribu pertanyaan berkecamuk dibenaknya. Tapi dia tetap bungkam, percuma mencegat Dewi sekarang.

***
Dewi menatap langit-langit kamar, dia masih teringat jelas pertemuan dengan Ryan tadi. Apa dia keterlaluan? Apa dia salah? Tapi gimana dia ngk bisa membohongi perasaannya. Rezky, sulit banget dijelaskan betapa dia cinta pada cowok itu. Dan Ryan… Akan lebih jahat kalau dia membohonginya. Ya… Aku ngk salah kok… “Dewi berusaha membujuk diri sendiri.

Ponsel dalam celananya tiba-tiba bergetar… Dewi meraihnya. Ada sms dari Rezky.

Syg… Aku diluar nich…
Sender : Rezky

Seketika wajah Dewi berubah, dia tersenyum. Segera diusap airmatanya dan berlari keluar. Dia bisa melihat Rezky dari atas balkon, dia tersenyum, cowok itu melambaikan tangan padanya. Tanpa pikir panjang Dewi segera turun dan tanpa bicara dia langsung memeluk cowok itu. Rezky aku cinta sama kamu, aku sayang sama kamu, aku ingin terus sama kamu, ini pertama kalinya aku begitu takut kehilangan seseorang dalam hidup, yaitu kamu, entah dapat kekuatan darimana Dewi berhasil mengatakan isi hatinya. Hening diantara mereka, Rezky tak mengatakan apapun tapi  Dewi bisa merasakan cowok itu memeluknya semakin erat.

***
Rezky memandang gadis yang dihadapannya tanpa berkedip, entah apa yang berusaha dia cari dari wajahnya.
Ngapain kamu ngelihatin aku? Ujar Dewi yang membuat Rezky kaget, ternyata dalam gelap pun Dewi menyadari kalau dia memperhatikannya sejak tadi.
Ngk apa-apa, cuma pengen lihat aja, emang harus bayar?
Segera Dewi tersenyum dan balik menatap cowok itu. Yap… Emang sanggup mau bayar berapa?
Maunya berapa? Rezky malah balik nanya.
Akh… Udah akh, apaan sich? Ngk penting banget. Aku masuk dulu… “Dewi membuka pintu mobil lalu turun. Dia melambaikan tangannya sambil menunggu sampai mobil Rezky hilang ditikungan jalan.
Dewi masih berdiri, tiba-tiba dia merasa aneh. Kenapa Rezky tidak berpamitan padanya? Seperti bukan dia. Akh, mungkin cuma perasaan aku aja kali ya.  

***
Kamu baik-baik aja kan? Dewi tidak bisa lagi menyembunyikan keheranannya melihat sikap Rezky beberapa hari ini. Seperti ada yang berubah. Rezky jarang ngasih kabar dan mulai terlihat sibuk. Entah itu karena skripsi yang benar-benar menyita waktu atau ada hal lain.
Baik-baik aja, memangnya kenapa? jawab Rezky santai sambil terus mengutak atik ponselnya.
Ngk apa-apa. Aku cuma nanya aja, soalnya… Akh udahlah lupain aja “Dewi tak melanjutkan ucapannya dan berusaha terlihat setenang mungkin tapi dalam hatinya begitu takut, ada apa dengan Rezky. Sekarang pun kenapa dia tidak bertanya saat Dewi mengatakan lupain aja, tidak seperti biasanya, cowok itu selalu berusaha ingin tahu apapun tentang Dewi. 

Bersambung…